mas wawan, tidak usah heran mas buat mereka yang memang punya anggapan keliru bahwa ilmu atau malah derajad itu diturunkan. maksudnya, jika ayahnya itu 'mulia' ya anaknya mulia juga. padahal al- qur'an tidak sedikit menunjukkan pertalian darah atau hubungan ortu anak itu juga bisa putus oleh iman atau kafir. bisa kita lihat kisah putusnya hubungan suami istri, yaitu dalam kisah luth a.s, lalu putusnya hubungan ayah anak, dalam kisah Ibrahim a.s dan ayahnya, dan Nuh a.s dan anaknya. itu segelintir pelajaran Allah tapi sangat dalam maknanya: jangan merasa mewarisi kualitas jika buktinya tidak ada.
sekalian, mas, saya juga ingin sampaikan, tidak menjamin, yang mengenyam pesantren itu pasti ahli ibadah dan ahli agama, atau sebaliknya yang tidak mengenyam pesantren itu tidak ahli agama dan ahli ibadah. Rasulullah, misalnya, kan tidak pernah nyantren, apalagi bisa baca kitab kuning ...! Hehehe ... :-) jadi mas, nda ada lho jaminan, anak kyai itu ya kyai juga. anak ulama itu ulama juga. sama sekali tidak ada aturan demikian, betapapun sangat inginnya seseorang bermimpi dan berangan-angan soal itu. sekarang jg cukup banyak contoh demikian, beda antara ayah dan anak. tapi, ini kan negeri bebas bicara bebas berbuat, mas, jadi maklumi saja adanya pendapat keliru ini. toh kalo sudah mentok akan sadar juga. setidaknya, jika memang kita ingin lihat sisi baiknya, kita anggap saja ini doa agar memang anak kyai/ulama itu memang benar adalah kyai/ulama juga, meski nyantrennya ke negeri Barat dll. salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "wawan wawan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > bu noni, penasaran saja, apa hubungannya si profesor ini > dengan putra seorang ahi fikih ? > > regards > > > On 2/28/08, noni marlini <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Prof. Dr. Nadirsyah Hosen adalah putra ahli fiqh Indonesia dan mantan > > Ketua MUI, almarhum Prof. Ibrahim Hosen > > > > Artikel dicopy dari web > > http://indonesianmu slim.com/ > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >