Ilmu Mushthalah Hadits Ilmu Mushthalah Hadits memilah status Hadits dalam yang sahih, hasan, dha'if bahkan yang paling rendah derajatnya alias palsu, yaitu kedustaan yang dibuat-buat kemudian disandarkan kepada Rasulullah SAW. Beliau telah mengisyaratkan bahwa akan ada nanti orang-orang yang membuat Hadits palsu. Kitab-kitab sejarah, termasuk buku "Agama-agama Arab Sebelum Islam", dalam ilmu Mushthalah Hadits kedudukannya lebih rendah dari Hadits yang paling rendah derajatnya. Kalau percaya kitab sejarah, tetapi menolak Hadits, itu sama tidak logisnya mereka "katanya" shalat Jum'at, tetapi menolak Hadits. Mengapa tidak logis atau berlogika bengkok? Sebab cara shalat Jum'at itu diperoleh petunjuknya dari Hadits. Ilmu Mushthalah Hadits menyangkut bagaimana Hadits2 itu diteliti kebenarannya. Penelitian ini tidak mudah, karena seseorang yang hapal mesti menyebutkan dari mana ia mendapatkan hadits-hadits itu. Kira-kira, perinciannya begini : masa itu, seluruh orang Islam yang hafal hadist, berapa pun, dipanggil untuk menyetorkan hapalannya kepada semacam kepanitiaan. Dalam setoran itu, ia dituntut juga untuk menyebutkan dari siapa-dari siapa-dari siapa, hingga sampai kepada Nabi saw. Mungkin, bagi yg orang non-Arab, akan heran, betapa orang Arab bisa menghapal urutan org yang memberinya ilmu, runtut ke atas, hingga Nabi saw. Seorang mahasiswa Al Ahzar di Kairo menyatakan pada waktu kecilnya heran ketika orang tuanya memberikan kisah ttg Imam Syafii yang hapal al-Qur'an pada usia 9 tahun. Eh, setelah dia sudah di Mesir, zaman sekarang masih banyak anak kecil yg hapal Qur'an, bahkan pd usia 6 atau 7 tahun. Setelah si Fulan setor kpd panitia, ia tidak lepas begitu saja. Seluruh guru yang ia sebutkan pun akan diteliti, seberapa kejujurannya, kecerdasan, kesalehan, pernah bohong atau nggak, lupa atau nggak. Dan lain sebagainya. Seluruh orang yang disebut dalam riwayat-riwayat Hadits, dapat dilacak pada daftar buku. Mahasiswa bersangkutan punya 15 jilid buku yg memuat seluruh periwayat hadits, puluhan ribu nama, serta kapabilitas pribadinya. Dalam daftar itu disebutkan segalanya, misalnya si A lemah ingatannya, pernah berbohong ttg ini, sangat dipercaya, dan lain2. Hal-hal berkenaan dg orang-2 yg meriwayatkan ini disebut Isnad, atau sanad-lah. Selain itu, juga diteliti soal teks-teks hadits itu, misalnya apa tidak bertentangan dengan Al Quran, salah satu kriteria yang terpenting di samping kriteria sanadnya dan kriteri-kriteria lain. Dari sini, bisa diketahui hadits-2 sahih, sahih minus, lemah serta palsu. Masing-masing punya tingkatan kualitas lagi. Itulah sedikit seluk-beluk gambaran tentang penelitian Hadits2, sangat jauh berbeda dengan penelitian Sejarah. Sejarah Indonesia bikin pusing guru-guru sejarah, ganti penguasa, ganti sejarah. Kalau Hadits dengan gambabaran di atas itu, apa yang anda katakan Imam/Ulama GANTI HADITS, sangat jauh panggang dari api.
Salam La Tando -------------------------------------------------------- Ole sio sayange, silakan dini'mati Salam La Tando Para Sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam yang paling banyak meriwayatkan hadits antara lain : Abu Hurairah 5374 hadits Ibnu Umar 2630 hadits Anas bin Malik 2286 hadits Aisyah Ummul Mukminin 2210 hadits Ibnu 'Abbas 1660 hadits Jabir bin 'Abdullah 1540 hadits Para Sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam yang melakukan pembukuan hadits antara lain : Abdullah bin Amr bin Al-Ash (7-65H) : As-Shahifah As-Shadiqah Abdullah bin Abbas (3-68H) Jabir bin Abdillah Al-Anshari (16-78H) : As-Shahifah. Hamam bin Munabbih (40-131H) : As-Shahifah As-Shahihah Perintah Umar bin Abdul Aziz untuk memulai pembukuan dan pelembagaan hadits secara resmi Khalifah Umar bin Abdul Aziz memelopori pembukuan dan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. secara resmi. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm. Perintah Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut " Perhatikanlah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu tulislah dia, karena sesungguhnya aku khawatir akan hilangnya ilmu dan wafatnya para 'ulama , dan janganlah diterima kecuali hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam" (Riwayat Imam Bukhary (1/33) dan Ad-Daarimi (1/126) Dan Ibnu Hazm selanjutnya menunjuk ulama besar yaitu Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk melakukan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau berdua merupakan thabaqat awal pembukuan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ibnu Hazm pulalah yang memulai dan mencetuskan ilmu Riwayatul hadits. Yakni suatu ilmu tentang meriwayatkan sabda-sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. perbuatan-perbuatannya, taqrir-taqrirnya dan sifat-sifatnya. Ilmu ini sifatnya lebih tertuju pada mengumpulkan hadits-hadits saja, tanpa memeriksa secara detail sah atau tidaknya yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Faedah-faedah Ilmu riwayatul hadits antara lain : 1. Supaya kita dapat membedakan mana yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan mana yang disandarkan kepada selain beliau. 2. Agar supaya hadits tidak beredar dari mulut ke mulut atau dari satu tulisan ke tulisan lain tanpa sanad. 3. Agar dapat diketahui jumlah hadits yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. 4. Agar dapat diperiksa sanad dan matannya sah atau tidak. Nama-nama 'ulama pencatat atau perawi hadits yang mu'tabar dari generasi Tabi'in antara lain : Said Ibnul Musayyab (15-94H) Urwah bin Zubair (22-94H) Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (Wafat th.117H) Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri (50-124H) Imam Nafi' (wafat 117H) Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah (Wafat 98H) Salim bin Abdullah bin Umar (Wafat 106H) Ibrahim bin Yazid An-Nakha'I (46-96H) Amir bin Syarahil Asy-Sya'bi (19-103H) Alqamah bin Qais An-Nakha'i (28-62H) Muhammad bin Sirrin (33-110H) Ibnu Juraij Abdul Aziz bin Juraij (Wafat 150H) Said bin 'Arubah (Wafat 156H) Al Auza'i (Wafat 156H) Sufyan At-Tsauri (Wafat 161H) Abdullah bin Mubaarak (118-181H) Hammad bin Salamah (Wafat 176H) Husyaim (Wafat 188H) Nama-nama 'ulama pencatat atau perawi hadits yang mu'tabar dari generasi Tabi'ut Tabi'in antara lain : Bukhari (194-256H) Kitab : Al-Jaami'ush Shahih atau Shahih Bukhari Muslim (204-261H) Kitab : Shahih Muslim Abu Dawud (202-275H) Kitab : As-Sunan Abi Dawud At-Tirmidzi (209-279H) Kitab : As-Sunan At-Tirmidzi An-Nasa'i (215-303H) Kitab : As-Sunan An-Nasa'i Ibnu Majah (207-275H) Kitab : As-Sunan Ibnu Majah Malik bin Anas (90/93-169H) Kitab : Al-Muwatha' Asy Syafi'iy (150-204H) Kitab : Al Um Ahmad bin Hambal (164-241H) Kitab : Al Musnad Ahmad Ibnu Khuzaimah (223-311H) Kitab : Shahih Ibnu Khuzaimah Ibnu Hibban (----354H) Kitab : Shahih Ibnu Hibban Hakim (320-405H) Kitab : Al Mustadrak Ad-Daaruquthni (306-385H) Kitab : Sunan Daaruquthni Al Baihaqiy (384-458H) Kitab : Sunan Al-Kubra Ad Daarimi (181-255H) Kitabnya Sunan Ad-Daarimi Abu Dawud At-Thayaalisi (----204H) Kitab : Musnad At-Thayalisi Al Humaidiy (---219H) Kitab : Musnad Al-Humaidiy Ath Thabrani (260-360H) Kitab : Mu'jam Al-Kabir, Mu'jam Al-Ausath, Mu'jam As-Shagir Abdurrazzaaq (126-211H) Kitab :Mushannaf Abdurrazzaaq Ibnu Abi Syaibah (----235H) Kitab : Mushannaf Ibnu abi Syaibah Abdullah bin Ahmad (203-209H) Kitab : Az-Zawaaidul Musnad Ibnul Jaarud (---307H) Kitab : Al-Muntaqa At-Thahaawi (239-321H) Kitab : Syarah Ma'aanil Atsar, Musykilul Atsar Abu Ya'la (---307H) Kitab : Musnad Abu Ya'la Abu 'awaanah (---316H) Kitab : Shahih Abu 'Awaanah Said bin Manshur (---227H) Kitab : As Sunan Said bin Manshur Ibnu Sunniy (---364H) Kitab : 'Amalul Yaum wal lailah Ibnu Abi 'Ashim (---287H) Kitab : Kitabus Sunnah, Kitab Zuhud (Sumber : Al-Masail Jilid 3 : Ilmu-Ilmu Hadits Abdul Hakim bin Amir Abdat, As-Sunnah Qabla At-tadwin : M.Ajaj Al-Khatib) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ ----- Original Message ----- From: "Mas No" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; "milis muslimah" <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Cc: "akhwat sawitri" <[EMAIL PROTECTED]>; "akhwat asyiani" <[EMAIL PROTECTED]>; "akhwat fitri" <[EMAIL PROTECTED]>; "akhwat hesti" <[EMAIL PROTECTED]>; "akhwat dewi" <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; "Anita Carliani" <[EMAIL PROTECTED]>; "akhwat tia" <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; "akhwat mey" <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>; "Neni Cahyani" <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, March 27, 2008 2:43 PM Subject: [wanita-muslimah] Ingkar SUNNAH ! GlacierPENGANTAR ! Racun! Prof. DR. Harun Nasution, mengatakan: hadits tidak di kenal, tidak di catat, tidak di hafal di zaman Rasulullah, sebab Nabi melarang menuliskan hadits. Pembukuan hadits terjadi pada permulaan abad ke-2 hijriah; sedang pembukuan secara besar-besaran terjadi pada abad ke 3 hijriah; dan masih ada tuduhan-tuduhan lain. (bahkan suatu golongan yang sesat menyatakan, "disinilah bukhari, muslim, dll. melakukan pemalsuan hadits - SEMOGA ALLAH MELAKNAT ORANG INI). DR. Daud Rasyid, MA, mengatakan: tuduhan oleh Prof. DR. Harun Nasution diatas JAUH LEBIH berbahaya dari pada pemikiran orientalis. Bukan Siapa-siapa! Prof. DR Harun Nasution ternyata bukan seorang yang ahli dalam agama, sebab dari sekian banyak bukti atas tuduhannya, diantara hadits di bawah sampai tidak diketahui: Perhatikan HADITS Berikut! Dari Abdullah bin Amru, dia berkata: Sesungguhnya aku telah menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah, untuk kemudian aku hafal. Namun banyak dari kaum Quraisy yang melaporkan, mereka berkata: "Apakah kamu akan menuliskan segala sesuatu yang kamu dengar dari Rasulullah s.a.w., sedangkan beliau sendiri adalah manusia biasa yang bisa saja berbicara dalam keadaan senang dan marah?" Sehingga aku berhenti menulisnya. Lalu hal tersebut aku adukan kepada Rasulullah s.a.w., beliau kemudian memberikan isyarat dengan jarinya yang menunjuk ke mulut beliau, beliau berkata: "Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, TIDAK ADA YANG KELUAR DARINYA (mulutku ini) KECUALI KEBENARAN". (HR. Abu Dawud jld.2, bab. Ilmu, no.3; di SHAHIH-kan oleh Syaikh Nashirudin al-Bani) -------------------------------------------------------------------- Telah berkata Umar bin Khaththab: "sesungguhnya akan datang manusia yang akan membantah kamu dengan berbagai macam syubat (dari ayat-ayat) al-Qur'an, MAKA LAWANLAH mereka DENGAN SUNNAH, karena sesungguhnya AHLUS SUNNAH lebih tahu tentang Kitabullah (Al-Qur'an). Riwayat Imam Daarimiy (sunnan:1/49) --------------------------------------------------------------------- Sunnah menurut bahasa adalah ath Thariqah atau as-Sirah, yang artinya "jalan" atau perjalanan. Bila dikatakan "Sunnah Nabi", itu artinya perjalanan Nabi s.a.w. didalam mengamalkan dan menda'wakan Islam, yang mana yang diamalkan dan dida'wakan meliputi: hal aqidah, hal ibadah, hal muamalah, hal akhlak, dan lain-lain. Dan inilah yang terkenal dengan nama SUNNAH MURADIF (hadits) (lihat Mauqif Ahlu Sunnah wal Jamaah min Ahlil Ahwaa' wal Bida', juz.1 hal.29-35 oleh Syaikh Ibrahim Ar- Ruhaily; As-Sunnah Qoblat Tadwin oleh DR. Muhammad al-Khatib; al-Hadits wal Nuhaditsun oleh Syaikh Muhammad Abu Zahuw) INGKAR SUNAH! Ingkar sunah adalah sikap penolakkan terhadap sunah Rasulullah, baik sebagian atau secara keselueuhan. Pengingkar sunah "membuat metodologi" yang tidak popular di kalangan ulama Islam dalam menyikapi sunnah. Mereka tidak mengakui sunah, ter\ntu didasarkan atas logika-logika dangkal dan terlalu sederhana; yaitu: alQuran diturunkan sudah lengkap dan tidak membutuhkan sesuatu yang lain. Kekeliruan golongan ini terletak pada memahami bahwa alQuran sudah lengkap. Perlu menjadi pegangan bahwa kelengkapan alQuran terletak pada kesempurnaanya dalam mengatur persoalan-persoalan pokok kehidupan manusia (ushul al hayat), bukan pada persoalan-persoalan cabang yang kecil (furu' al masa'il). KITAB YANG LENGKAP YANG MEMUAT AA..PA SAJA YANG ADA DI ALAM INI HANYA KITAB YANG TERSIMPAN di AL LAUH AL MAHFUZH.. Sunnah dan petunjuk (hadyu) Rasulullah adalah mutlak kebenarannya dan harus diikuto oleh setiap muslim. Tidak ada tempat untuk meragukannya karena hadits adalh BAGIAN POKOK dari agama ini. Pihak-pihak yang berusaha meragukan hadits dan sunnah harus DIHADAPI DENGAN SIKAP SERIUS sehingga masyarakat awam TIDAK SUDI MASUK DALAM KELOMPOK INGKAR SUNNAH INI. KONTEKSTUALISASI HADITS! Kondisi kehidupan zaman moderen ini memang sering berbenturan dengan komitmen ajaran islam. Aturan-aturan yang sudah umum diketahui dalam hadits, sering dihadapkan dengan kondisi kehidupan manusia di suatu tempat. Jika seseorang komitment kepada Islam, dia terpaksa menghadapi risiko dalam kehidupannya, sebaliknya jika menuruti tuntutannya kehidupannya maka berarti melakukan penyimpangan terhadap ajaran Islam (Hadits). Darisini muncul ide KONTEKSTUALISASI hadits; yaitu bahwa harus ada pemikiran untuk memahami pengertian zhahir (tekstual) hadits dengan YANG SEBALIKNYA, sehingga tidak berbenturan dengan situasi dan tuntutan hidup yang ada. Kontekstualisasi hadits bisa dibenarkan dalam batas-batas tertentu, ASALKAN TIDAK LEPAS DARI KERANGKA DASAR yang akhirnya liar sehingga menabrak batas-batas yang disepakati oleh ahli-ahli ilmu (ulama-ulama tafsir, hadits, fikih). Jika seorang muslim berhadapan dengan benturan-benturan dalam hidupnya, maka sudah seharusnya BERTANYA kepada yang ahlinya (ulama). Kontekstualisasi hadits bisa dilakukan, tetapi hanya oleh mereka yang memang memiliki keahlian (ulama) PENTING! Hadits Nabi Muhammad adalah MUTLAK kebenarannya dan HARUS DIIKUTI oleh setiap orang yang telah mengucapkan 2 kalimat syahadat. Pihak-pihak yang BERUSAHA MERAGUKAN HADITS harus dihadapi dengan serius. [EMAIL PROTECTED] accounting PT. Tri Wall Indonesia Kaw. Indt. Jababeka 1 Cikarang - Bekasi Telp.021-89105801, HP.081382593011 [Non-text portions of this message have been removed]