Kelas menengah cari identitas ?

Jadi kayak :

Kemang isinya melayu kaya dan bule, 
Pantai indah kapuk isinya suku tionghua




Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-----Original Message-----
From: "akmal n. basral" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Mon, 21 Apr 2008 22:31:19 
To:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Fwd: laporan dari canberra tentang Film Ayat-ayat 
CInta


hamzah sahal <[EMAIL PROTECTED] <mailto:sahaljr%40yahoo.com> com> wrote: 
 ’Ayat-Ayat Cinta’ Digandrungi karena Menyodorkan Budaya Konsumtif 
 
 Senin, 21 April 2008 08:18 
 
 Canberra, NU Online
 
 ’Ayat-Ayat Cinta’ (AAC) baik film maupun novelnya digandrungi karena berhasil 
memenuhi kebutuhan kalangan Muslim di Indonesia untuk mengkonsumsi 
budaya-budaya yang dianggap bernilai islami.
 
 Menjadi Muslim ternyata tidak cukup hanya dengan bersyahadat, shalat, zakat, 
tirakat dan berhaji di tanah Arab. Seseorang merasa lebih mantap menjadi Muslim 
dalam tatanan dunia pasar bebas ini dengan mengkonsumsi barang-barang dan 
budaya-budaya islami itu.
 Demikian dikemukakan Amrih Widodo, antropolog dan pakar pop-culture dari 
Australian National University (ANU) dalam diskusi Fenomena Ayat-Ayat Cinta 
yang diselenggarakan Pengurus Cabang istimewa Nahdatul Ulama (PCINU) Canberra 
bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) ANU dan 
Minaret—sebuah kelompok studi sosial keagamaan di Canberra, Kamis (17/4) lalu.
 
 Para panelis, demikian dilaporkan kontributor NU Online di Canberra Yasir 
Alimi, menilai, AAC lahir karena tuntutan mapannya Muslim kelas menengah ke 
atas, yang terbentuk sejak 'Haji Suharto' menampilkan identitas Islam. 
 
 Kemapanan kelas menengah atas ini, menurut Amrih, melahirkan kebutuhan dan 
sirkulasi barang yang bernilai Islam. Kesuksesan AAC karena ‘ideologi estetik 
popular’ yang mengondisikannya.
 
 Menurut Amrih, AAC dianggap memberikan teladan nilai-nilai Islam serta juklak 
untuk hidup secara Islami. "Ia memberikan ‘manual for living in Islamic ways’,” 
katanya.
 Namun Islam yang disajikan di sana ternyata Islam model "Ikhwan". Demikian 
tegas Nabiela, dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi pembicara setelah 
Amrih. Hal ini tampak di antaranya dalam penolakan Fahri untuk bersalaman 
dengan perempuan yang bukan muhrimnya, walaupun dengan penolakan itu Fahri 
masih sering ber-khalwat (mojok) dengan Maria.
 
 Meski ada elemen-elemen yang menarik seperti pembelaan Fahri terhadap seorang 
Amerika diatas bus kota, namun secara umum Islam yang ditampilkan AAC, menurut 
Nabiela, adalah "Islam Timur Tengah" daripada "Islam Indonesia".
 
 Hal itu disepakati Amrih dengan mengutip tulisan Hanung--sang sutradara film, 
yang menganggap dirinya mengamati Islam 'dari dekat sekali' ketika ia sedang 
mempersiapkan film tersebut di Kairo.
 
 Dalam kesempatan yang sama, Aris Mundayat—Dosen senior Anthropologi 
UGM—menegaskan bahwa AAC adalah bentuk moral panics kelas menengah atas serbuan 
budaya pop barat yang luar biasa deras. Saking derasnya pemerintah pun tak 
kuasa menahan lajunya.
 
 Disamping kepanikan simbolik ini, kelas menengah juga menghadapi kepanikan 
yang sangat riil, yaitu drug. "Oleh karena itu, kalau tahun 80-an di kelas saya 
hanya 1 atau 2 orang yang pakai jilbab sekarang banyak sekali. Pembengkakan 
jumlah jilbaber ini tidak hanya terjadi di dalam kelas tapi juga di luar 
kelas," tandasnya.
 
 Yang mencengangkan, menurut Aris, AAC hamper sama dengan film 30/S/PKI dalam 
penggalangan penonton. Kalau film PKI yang menggerakkan adalah pemerintah, film 
AAC yang menggerakkan adalah lembaga kerohanian yang menguasai SMA-SMA. Lembaga 
kerohanian ini adalah perluasan setelah dikuasainya kampus-kampus umum.
 
 Salah satu contoh penguasaan yang nyaris sempurna adalah di sebuah SMAN 
favorit di Yogyakarta. Disana siswa saling mengawasi (surveillance). Kalau ada 
siswa yang berpacaran dengan tidak secara Islami, maka akan dilaporkan.
 
 “Penguasaan itu berkembang menjadi diskriminasi sehingga para alumni yang 
beragama non-Muslim pun sekarang juga takut menyekolahkan anaknya disekolahan 
tersebut,” katanya. (yas)
 
 ---------------------------------
 Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 
 
 minds are like parachutes. they work best when open.
 
 ---------------------------------
 Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
 
 [Non-text portions of this message have been removed]
 
                                                                        
------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
....Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke