Sudah.. sudah.. jangan kelahi.. antara pendukung FPI & AKKBB.. lihat tuh..
kabarnya ada/banyak(?) dalang.. yang mengadu domba ente" kabeh.. :-|

Masih pada mau 'perang' soal topik 1 Juni 2008 & Ahmadiyah? :-P
CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

---------- Forwarded message ----------
From: Domu Damians Ambarita <[EMAIL PROTECTED]>
Date: 2008/6/25
Subject: Re: [mediacare] Sejarah Penghianatan para founding fathers terhadap
umat Islam

Hahahah........ teruslah membual dan menggiring opini publik, solah-olah
data anda runut dan sistemik, sepertinya meyakinkan dan dapat dipercaya.
Tapi saya sangat ragu, sekali lagi sangat ragu, ini adalah bagian propaganda
untuk satu kelompok/kepentingan (bukan untuk agama), tetapi politik
segelintir orang.


Banyak kerusuhan, anarkisme atau pemberontakan di negeri ini didalangi atau
operatornya adalah militer

- 1948, perisitwa Madiun
Oleh rezim Soeharto dikaitkan dengan PKI), adalah konflik personal berlatar
belakang militer. Bermula dari aktivitas Kelompok Diskusi Patuk yang
diprakarsai Dayno, yang tinggal di Patuk, Yogyakarta. Dari kalangan ada DN
Aidit, Syam Kamaruzzaman, kemudian dari kalangan militer antara lain Kolonel
Joko Suyono, Letkol Sudiarto (Komandan Brigade III, Divisi III), Letkol
Soeharto (Komandan Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi Komandan
Wehrkreis III, dan menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan, Kapten Suparjo,
Kapten Abdul Latief dan Kapten Untung Samsuri.

- 1958 PRRI/Permesta.
Gerakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) diproklamasikan
Letkol Achmad Husein (Ketua Dewan Perjuangan) 15 Februari 1958 di Sumatera
Barat, dan Perjuangan Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara oleh Letkol
Ventje Sumual yang semula menjabat KSAD PRRI/Permesta.


- 1965, PKI.
Militer dan rezim Soeharto menuding PKI menculik dan membunuh tujuh
jenderal, yang belakangan 'dihargai' sebagai pahlawan revolusi. Sebelumnya
ada pengondisian KAMI, KAPPI dan elemen rakyak berunjuk rasa, membawa
aspirasi Tritura. Pincaknya, terlibat tiga orang Jendral, yaitu Letjen (yang
baru naik pangkatnya) Soeharto, Brigjen Amir Machmud dan Brigjen M Yusuf,
yang mengkudeta Bung Karno. Soeharto yang ambisius menghalalkan segala cara.

- 15 Januari 1974, Malari
Ada konflik kepentingan dan perebutan kekuasaan antara Panglima Kopkamtib
Jenderal Soemitro, Kepala Bakin Soetopo Juwono yang digantikan Yoga Sugama,
dan Jenderal Ali Moertopo. Disertai aksi-aksi mahasiswa turun ke jalan

- Reformasi, Mei 1998
Puluhan ribu massa mengepung gedung DPR/MPR. Setelah seminggu lebih kumpulan
massa makin menguat, akhirnya si Hari-hari Omong Kosong selaku Ketua MPR
yang sebelumnya herder selaku Menpen "menurut Petunjuk Bapak Presiden",
meminta presiden munudr. Sebelum jatuh korban di pihak mahasiswa. Dua
kelompok jenderal pun diduga berseteru, kelompok Wiranto dan Prabowo S.

- 24-25 Mei 2008
Ketika presiden didemo karena menaikkan harga BBM, tanggal 24 Mei 2008,
mahasiswa Unas yang berunjuk rasa menolak kebijakan itu, akhirnya diserang
polisi. 141 mahasiwa sitangkap, sebagain dipentung, 31 di antaranya ditahan
9 hari.

-1 Juni 2008, bentrok Monas. Ada perang antargeng intelijen. Gus Dur
menyebut ada dua jenderal yang menyeting penyerbuan massa AKKBB, satu TNI
satu Polisi. Belakangan info bawah tanah menyebut mereka adalah
orang-orangnya SBY, yakni Yas (TNI) dan Abp (Polisi). Yas Korlap gengnya
intelnya SBY, kontra dengan tiga kelompok jenderal berbeda, yang satu sama
lain punya agenda sendiri-sendiri yakni Wiranto dengan Hanura dan pro
Cendana, Prabowo dengan Gerindra (juga masih ada kepentingan bisnis kelompok
Cendana), dan Hendroproyono (kepentingan melindungi diri dari kasus Munir).

Siapa pun tahu, kalau keberadaan FPI, RBR, kasus-kasus kerusuhan antaretnis
dan antarumat agama di berbagai daerah adalah setingan orang-orang 'elite'
dari Jakarta. Keji memang.

Buruk atau baiknya republik ini, kacau atau amannya republik ini, kata
kuncinya adalah militer. So, dari sekarang, jangan percaya lagi TNI, dan
jangan bawa ke panggung politik, suruh saja ngurusi barak, dan jangan
ditambah lagi jumlahnya dan anggarannya.

Para pemimpin Parpol, jangan beri lagi ruang kepada para TNI-polisi calon
Gubernur-Bupati. Tempatnya TNI-polisi lebih rendah dari institusi sipil, dan
tidak memiliki kekuasaan suerbody.

--- On *Wed, 6/25/08, Sangun <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:

From: Sangun <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [mediacare] Sejarah Penghianatan para founding fathers terhadap
umat Islam
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Wednesday, June 25, 2008, 4:38 AM


 Sejarah Penghianatan para founding fathers terhadap umat Islam

Diarsipkan di bawah: Sejarah — canaprasetya @ 1:07 pm

Sudah saatnya nama SM Kartosoewiryo / Kahar Mudzakkar dll direhabilitasi

Sebelum ada TNI, sejak pra kemerdekaan hingga kemerdekaan,
komponen-komponen pejuang terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu
Hisbullah, Peta (Pembela Tanah Air) dan Laskar-laskar.

Milisi Hisbullah merupakan campuran berbagai ormas Islam seperti
Muhammadiyah, Masyumi, Syarikat Islam, dan NU.

Sedangkan milisi Peta (Pembela Tanah Air) mayoritasnya berasal dari
Muhammadiyah, dimana Jenderal Besar Sudirman merupakan salah satu
tokohnya. Yang dimaksud dengan laskar-laskar, terdiri dari berbagai
laskar seperti laskar minyak, laskar listrik, laskar pesindu, laskar
pemuda sosialis dan laskar Kristen.

Umat Islam dan TNI

Laskar pemuda sosialis dan laskar kristen adalah minoritas. Sedangkan
laskar minyak, listrik dan sejenisnya berasal dari komunitas sejenis
bajing loncat yang insyaf dan membentuk kekuatan rakyat dan bergabung
dengan Laskar mayoritas Hisbullah.

Pada 1946 terbentuk TKR (Tentara Keselamatan Rakyat) yang berasal dari
ketiga komponen tersebut, dan Hisbullah merupakan unsur yang paling
banyak (mayoritas).

imagePada 1947, TKR menjadi TRI (Tentara Rakyat Indonesia), di bawah
pimpinan Panglima Besar Sudirman yang berasal dari Peta. Sebagai
wakilnya adalah Urip Sumoharjo seorang mantan tentara KNIL (tentara
Belanda) yang beragama Kristen.

Sejak saat itulah terjadi ketidak-adilan, dimana minoritas menguasai
mayoritas di tubuh (embrio) TNI. Kelak, para pejuang sejati dari
Hisbullah dan peta (terutama Hisbullah) digusur oleh mantan tentara
KNIL. Selain Urip Sumohardjo (mantan KNIL beragama Kristen), mantan
KNIL lainnya adalah Gatot Soebroto (Budha), Soeharto (Kejawen), dan
A.H. Nasution (nasionalis sekuler yang keberislamannya tumbuh setelah
digusur Soeharto).

Tentara KNIL adalah tentara Belanda yang memerangi tentara rakyat
Indonesia yang ketika itu sedang berusaha menggapai kemerdekaan.
Tentara KNIL adalah pengkhianat bangsa. Namun ketika Indonesia
merdeka, merekalah yang merebut banyak posisi di tubuh institusi
tentara (TNI). Sedangkan pejuang sejati terutama yang tergabung dalam
Hisbullah disingkirkan begitu saja.

Terbukti kemudian, ketika para pengkhianat itu memimpin bangsa
(seperti Soeharto), kehidupan kita menjadi penuh musibah. Soekarno
juga seorang pengkhianat, ketika rakyat bersusah payah mengusir
penjajah, ia justru membuat perjanjian damai dengan Belanda. Sedangkan
anak angkat Gatot Soebroto yang bernama Bob Hasan, termasuk salah
seorang tokoh pemegang HPH yang menggunduli hutan kita.
Kahar Muzakar dan Kartosoewirjo

imagePada tahun 1946 Kahar Muzakar (Panglima Hisbullah dari Sulawesi)
dikirim ke Yogya (Ibukota RI) untuk menghimpun kekuatan rakyat. Saat
itu Panglima Hisbullah Kalimantan adalah Hasan basri, yang berpusat di
Banjarmasin. Sedangkan Panglima Nusatenggara adalah Ngurah Rai yang
berpusat di Bali.

Sedangkan Kartosoewirjo adalah Panglima Hisbullah Jawa Barat. Ia terus
berjuang melawan penjajah Belanda.

Pada tahun 1948, ketika terjadi Perjanjian Renville (di atas kapal
Renville) daerah yang dikuasi rakyat Indonesai semakin kecil, karena
daerah inclave harus dikosongkan. Kartosoewirjo tidak mau mengosongkan
Jawa Barat, maka timbullah pemberontakan Kartosoewirjo tahun 1948
melawan Belanda.

Kala itu Kartosoewirjo selain harus menghadapi Belanda juga menghadapi
mantan tentara KNIL yang sudah bergabung ke TRI yang kala itu mereka
baru saja kembali dari Yogyakarta.

Kartosoewirjo yang berjuang melawan Belanda dalam rangka
mempertahankan Jawa Barat karena dia adalah Panglima Divisi Jawa
Barat, justru dicap pemberontak oleh Soekarno, sehingga dihukum mati
pada 1962.

Menurut Dr. Bambang Sulistomo, putra pahlawan kemerdekaan Bung Tomo,
tuduhan pemberontak kepada Kartosoewirjo dinilai bertentangan dengan
fakta sejarah.

image"Menurut kesaksian almarhum ayah saya, yang ditulisnya dalam
sebuah buku kecil berjudul HIMBAUAN, dikatakan bahwa pasukan Hizbullah
dan Sabilillah, menolak perintah hijrah ke Yogyakarta sebagai
pelaksanaan isi perjanjian Renvile; dan memilih berjuang dengan gagah
berani mengusir penjajah dari wilayah Jawa Barat. Keberadaan mereka di
sana adalah atas persetujuan Jenderal Soedirman dan Wakil Presiden
Mohammad Hatta. Pada saat clash Belanda kedua, pasukan TNI kembali ke
Jawa Barat dan merasa lebih berhak menguasai wilayah yang telah
berhasil direbut dengan berkuah darah dari tangan penjajah oleh
pasukan Hizbullah dan Sabilillah di bawah komando SM Kartosoewirjo.
Karena tidak dicapai kesepakatan, maka terjadilah pertempuran antara
pasukan Islam dan tentara republik tersebut…" (Lihat Buku "FAKTA
Diskriminasi Rezim Soeharto Terhadap Umat Islam", 1998, hal. xviii).

Sehubungan dengan hal tersebut, Prof. Dr. Deliar Noor berkomentar:
"Kesaksian almarhum ayah saudara itu, persis seperti kesaksian Haji
Agoes Salim yang disampaikan di Cornell University Amerika Serikat,
tahun 1953. Memang perlu penelitian ulang terhadap sejarah yang
ditulis sekarang…"

Pada buku berjudul "Menelusuri Perjalanan Jihad SM Kartosuwiryo" (Juli
1999, hal. xv-xvi), KH Firdaus AN menuliskan sebagai berikut:

"…Setelah perjanjian Renville ditandatangani antara Indonesia dan
Belanda pada tanggal 17 Januari 1948, maka pasukan Siliwangi harus
`hijrah' dari Jawa Barat ke Yogyakarta, sehingga Jawa Barat dikuasai
Belanda. Jelas perjanjian itu sangat merugikan Republik Indonesia.
Waktu itu Jenderal Sudirman menyambut kedatangan pasukan Siliwangi di
Stasiun Tugu Yogyakarta. Seorang wartawan Antara yang dipercaya sang
Jendral diajak oleh beliau naik mobil sang Panglima TNI itu…."

"…Di atas mobil itulah sang wartawan bertanya kepada Jendral Sudirman:
`Apakah siasat ini tidak merugikan kita?' Pak Dirman menjawab, `Saya
telah menempatkan orang kita disana', seperti apa yang diceritakan
oleh wartawan Antara itu kepada penulis.

"…Bung Tomo, bapak pahlawan pemberontak Surabaya, 10 November dan
mantan menteri dalam negeri kabinet Burhanuddin Harahap, dalam sebuah
buku kecil berjudul `Himbauan', yang ditulis beliau pada tanggal 7
September 1977, mengatakan bahwa Pak Karto (Kartosuwiryo, pen.) telah
mendapat restu dari
Panglima Besar Sudirman…"

"…Dalam keterangan itu, jelaslah bahwa waktu meninggalkan Yogyakarta
pada tahun 1948 sebelum pergi ke Jawa Barat, beliau (Kartosuwiryo)
pamit dan minta restu kepada Panglima Besar TNI itu dan diberi restu
seperti keterangan Bung Tomo tersebut.

Dikatakan dengan keterangan Jenderal Sudirman kepada wartawan Antara
di atas tadi, maka orang dapat menduga bahwa yang dimaksud `orang
kita' atau orangnya Sudirman itu, tidak lain adalah Kartosuwiryo
sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa waktu itu Kartosuwiryo adalah
orang penting dalam Kementerian Pertahanan Republik Indonesia yang
pernah ditawari menjadi Menteri Muda Pertahanan, tetapi ditolaknya.
Jabatan Menteri Muda Pertahanan itu ternyata kemudian diduduki oleh
sahabat beliau sendiri, Arudji Kartawinata. Dapatlah dimengerti,
kenapa Panglima Besar Sudirman tidak memerintahkan untuk menumpas DI
/TII; dan yang menumpasnya adalah Jenderal AH Nasution dan Ibrahim
Adji. Alangkah banyaknya orang Islam yang mati terbunuh oleh Nasution
dan Ibrahim Adji! Apakah itu bukan dosa…?"
Terbentuknya Kodam-kodam

Tahun 1950, TRI mereorganisasi membentuk divisi-divisi dalam bentuk TT
(Tentara Teritorium yang merupakan embrio Kodam. Ini merupakan awal
daripada AD (Angkatan Darat) dan PKI (Partai Komunis Indonesia)
berkuasa menguasai TRI melalui kodam-kodam (divisi-divisi) .

Kala itu provinsi di Ind masih terdiri dari
1. Kalimantan, dengan ibukota Banjarmasin
2. Sulawesi,dengan ibukota Makassar
3. Sumatera Selatan, dengan ibukota Palembang
4. Sumatera Tengah, dengan ibukota Padang
5. Aceh, dengan ibukota Banda Aceh
6. Sunda Kecil (Bali, NTT, NTB), dengan ibukota Singaraja.

Pada Desember 1950 terjadi pengakuan kedaulatan RI. Dua bulan kemudian
Jen. Sudirman meninggal, kepemimpinannya dilanjutkan oleh Urip mantan
tentara KNIL beragama Kristen. Sementara itu, Panglima Divisi
Sulawesi, Kahar Muzakar yang ditugaskan ke Yogya utk menghimpun
kekuatan rakyat di tahun 1946, jabatannya sebagai Panglima Divisi
Sulawesi diisi oleh Gatot Subroto mantan KNIL beragama Budha yang anti
Hisbullah.

Terjadi konflik antara Kahar dengan Gatot Subroto, sehingga diciptakan
situasi yang merugikan/merusak citra Kahar (putra daerah), akibatnya
Kahar melawan ketidakdilan dan ketidak benaran yang dihembuskan Gatot
Subroto.

Tahun 59/60 Kahar dinyatakan terbunuh dalam pertempuran, tetapi
jenazahnya tidak ditemukan. M. Jusuf pernah dikirim melawan Kahar,
mengalami kekalahan namun bisa selamat kembali ke Jakarta.

Tidak semua divisi mengalami pergolakan. Di Kalimantan Selatan, Ibnu
Hadjar menjadi Panglima KRJT (Kesatoean Rakjat Jang Tertindas).
Institusi ini di bawah Panglima Divisi kalimantan yang panglimanya
adalah Hasan Basri. Sedangkan Divisi Jawa Timur panglimanya adalah
Jen. Sudirman (sebelum meninggal dunia).

Ketidak-adilan di dalam tubuh TRI semakin terasa ketika orang-orang
dari Sulut yang beragama Kristen (dan mantan tentara KNIL) banyak
menduduki jabatan penting, antara lain Kol. Kawilarang (menjabat
panglima divisi Siliwangi), Kol. Ventje Sumual, dan sebagainya.

Apalagi kemudian AD memegang kendali pemerintahan, setelah Soekarno
tumbang. Soeharto yang mantan KNIL dan penganut Kejawen, kemudian
mengawali pemerintahannya dengan rasa benci yang mendalam terhadap Islam.

Sebelum era Benny Moerdani, Soeharto menempatkan orang-orangnya
seperti Panggabean, Soedomo dan Ali Moertopo yang dengan baik memenuhi
kemauan Soeharto.

Ali Moertopo sukses dengan proyek Komando Jihad. Kemudian Soedomo juga
sukses dengan Kopkamtibnya "ngegebukin" umat Islam. Benny Moerdani
sukses dengan proyek Imran/Woyla dan Tanjung Priok. Try Soetrisno
sukses dengan proyek Lampung dan DOM Aceh, juga beberapa kasus seperti
Haur Koneng, dan sebagainya.

Jenderal M. Jusuf (orang Makasar) sempat didudukkan sebagai Pangab,
sebelum Benny. Ketika itu tekanan terhadap Islam agak mereda,
perlakuan ala binatang terhadap Tapol dan Napol Islam, agak berkurang
ketika Yusuf menjadi Pangab. Kesejahteraan prajurit pun membaik. Namun
tidak banyak yang bisa ia lakukan. Meski dari Makasar ternyata Yusuf
tidak semilitan Katholik abangan seperti Benny.

Di masa Benny, betapa sulitnya mendapatkan perwira Muslim yang
menjabat Komandan Kodim. Semuanya Kristen, hanya satu-dua saja yang
Budha atau Hindu. Pada umumnya Dandim adalah perwira Kopassandha (kini
Kopassus). Untuk menjadi perwira Kopassandha, rangkaian testing
dilakukan hari Jumat, sehingga prajurit yang masih loyal kepada
agamanya, tidak bisa ikut test. Akibatnya, dari puluhan perwira
Kopassandha kala itu, hanya satu yang Islam (abangan), dan satu Hindu
atau Budha.

Penyingkiran secara sistematis ini sudah berlangsung sejak Panggabean,
yang meneruskan tradisi Urip Soemohardjo dan Gatot Soebroto, sejak
awal kemerdekaan terutama sejak wafatnya Jen. Soedirman.

Namun demikian untuk menghindarkan kesan diskriminatif, Benny merekrut
juga pemuda-pemuda Islam menjadi tentara (bukan perwira Kopassandha) .
Tapi yang ia pilih yang tolol-tolol. Kalau ada pemuda Islam dari
keluarga baik-baik (militan) kemudian cerdas, pasti dinyatakan tidak
lulus testing dengan berbagai macam alasan.

Pemuda Islam tolol yang direkrut jadi tentara sebagian besar dikirim
ke Timor Timur untuk menyetorkan nyawa. Ada diantara mereka yang
selamat, seperti Ratono yang pernah terlibat kasus Priok. Ratono
sampai kini masih hidup semata-mata karena keberuntungan, atau
setidaknya Allah jadikan ia sebagai saksi hidup kebiadaban Benny dan
para pendahulunya.

Tahun 1988 perseteruan Benny - Soeharto meruncing, terutama setelah
rencana kudeta yang gagal dari Benny cs terhadap Soeharto, yang
berakibat dicopotnya Benny dari jabatan Pangab dan digantikan Try.

Ketika Try menjabat Pangab (1989), Benny Moerdani kemudian menjabat
Menhankam. Anehnya, Try masih melapor kepada Benny, padahal seharusnya
ke presiden sebagai Pangti. Termasuk, laporan intelijen (ketika itu
BAIS masih di bawah Pangab) Try Soetrisno selalu meneruskannya ke Benny.

Tahun 1992 Try dipensiunkan dan menduduki kursi Wapres berkat usaha
gigih kalangan AD. Ketika itu sebenarnya Soeharto lebih condong ke
Habibie, namun berkat fait accomply Harsudiono Hartas yang ketika itu
menjabat Kassospol ABRI, akhirnya Try-lah yang baik mendampingi
Soeharto selama lima tahun (hingga 1997).

Kursi Pangab kemudian diisi Eddy Sudrajat. Di masa Eddy inilah tekanan
terhadap ummat Islam yang gencar dilakukan sejak Benny dan Try menjadi
Pangab, agak mengendor. Bahkan kemudian di Mabes berdiri mesjid,
sehingga para perwira dan prajurit bisa shalat Jum'at di Mabes.

Pada masa itu, Eddy Sudrajat sempat menjabat tiga jabatan sekaligus.
Selain masih menjabat KASAD dan Panglima ABRI ia pun dilantik sebagai
Menhankam. Semua jabatan itu satu per satu dilepaskan, kecuali
Menhankam. Jabatan KASAD dilimpahkan ke Wismojo dan Panglima ABRI
kepada Feisal Tanjung.

Di masa Feisal Tanjung, ummat Islam bisa bernafas lega. Tapol dan
Napol banyak yang dibebaskan, meski masih terkesan takut-takut. Bahaya
ekstrim kanan yang selalu dihembuskan sejak dulu, sirna dengan
sendirinya. Bahkan, lulusan pesantren bisa masuk AKABRI ya cuma di
masa Feisal Tanjung.

Sayangnya Feisal bersama Syarwan Hamid dituduh terlibat kasus 27 Juli,
yang sebagian besar korbannya ya ummat Islam juga. Pada masa inilah
muncul istilah ABRI hijau dengan konotasi negatif.

Setelah Feisal, Wiranto mendapat giliran menjadi Pangab. Wiranto
semula adalah kader Benny. Karenanya, ketika ia naik menjadi KASAD
kemudian Pangab, banyak juga yang waswas. Ketika Wiranto menjadi
KASAD, perwira Muslim di lingkungan KASAD digeser dan digantikan
dengan Hindu atau Budha.

Untung ada Prabowo. Sebenarnya Prabowo juga kader Benny, bahkan sejak
ia masih Letnan. Namun akhirnya Prabowo melihat ketidak-adilan yang
dibuat Benny, dan ia memberontak, sehingga jadilah Prabowo sebagai
musuh nomor satu Benny. Kalau tidak ada Prabowo, mungkin sampai kini
tidak ada yang bisa menjadi musuh Benny. Selain karena ia menantu
Presiden, Prabowo juga banyak uang sehingga bisa menetralisir pengaruh
"orang-orang Benny" di tubuh ABRI.

Meski Bowo jarang shalat, ia tetap saja dikategorikan sebagai ABRI
hijau, mungkin karena keberpihakannya. Berkat tekanan dari Prabowo dkk
akhirnya Wiranto tak berkutik. Bahkan belakangan ia ikut-ikutan
menjadi ABRI hijau. Sebuah pilihan yang pragmatis.

Wiranto akhirnya bisa juga berteman dengan Abdul Qadir Djaelani, dan
sebagainya. Dari sinilah lahir istilah aneh-aneh, seperti Pam
Swakarsa, dan sebagainya, yang kesemuanya itu cuma membuat malu umat
Islam.

Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa sejak dulu yang namanya
tentara itu lebih banyak merugikan Islam. Kalau tidak memusuhi secara
terang-terangan, maka ia berbaik-baik sambil memberikan stigma.

Seharusnya ummat Islam menjaga jarak yang pas dengan tentara. Jangan
mau digebukin tetapi juga jangan sampai ditunggangi dengan alasan
kerja sama sinergis.

Sialnya, masih ada saja diantara umat Islam yang mau ditunggangi
tentara padahal dulu mereka sering digebukin. Rasanya, kemiskinanlah
yang membuat mereka seperti itu.

Diposting cana prasetya SH di : http://imancyber. wordpress.
com/<http://imancyber.wordpress.com/>

Link:
http://canaprasetya .wordpress. com/2008/ 06/22/sejarah- penghianatan-
para-founding- fathers-terhadap
-umat-islam/<http://canaprasetya.wordpress.com/2008/06/22/sejarah-penghianatan-para-founding-fathers-terhadap-umat-islam/>


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
....Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke