Itu yang jadi pertanyaan. Sudah diperkenalkan setahun lalu tapi knapa 
pemerintah tidak bertindak cepat untuk membantu rakyat miskin?

Takut PLTG bangkrut? "Selama bisa jual mahal ngapain jual murah?", 
apalagi gratis?". Daripada kasih blt-blt-an, mending bikinin beginian 
aja di desa2. 

wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Boleh dong pasang di rumah.  Model tamyamsam gini sudah 
diperkenalkan sejak bertahun tahun yg lalu.  Ntar samping rumah 
tinggal bikin kandang ayam dan kambing. Bawahnya bikin kolam lele 
atau mujair. Bisa juga belut.  Hehehhe ......
> 
> 
> 
> 
> Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network
> 
> -----Original Message-----
> From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Thu, 03 Jul 2008 06:30:47 
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Subject: [wanita-muslimah] Re:  Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 
dari feses dan urine ->(info) Gula Jawa
> 
> 
> Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari IPB
> 
> Selasa, 23 Januari 2007
> 
>  Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas 
> Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPTP- Fapet- IPB) telah 
> mengembangkan teknologi pembangkit listrik tenaga biogas. Biogas 
> adalah gas hasil fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme 
> anaerobic. Teknologi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah 
mengenai 
> pengembangan bioenergi alternatif dari berbagai bahan organik. 
> 
> "Selama ini biogas dikenal hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar 
> keperluan rumah tangga khususnya untuk memasak saja, padahal biogas 
> bisa juga dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit generator 
> listrik," ungkap Peneliti Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi 
> Peternakan Fakultas IPB, Suhut Simamora sambil mempraktekkan 
kinerja 
> generator listrik temuan IPB, Senin (22/1) di Rumah Pemotongan 
Hewan 
> Kampus IPB Darmaga. Bersama rekannya yang juga staf IPTP-Fapet-IPB, 
> Salundik dan Sri Wahyuni, Simamora mengembangkan teknologi 
pengolahan 
> biogas IPB. 
> 
> Kelebihan bahan bakar biogas untuk memasak ialah menghasilkan nyala 
> biru dan panas yang sama dengan LPG, tidak beracun, tidak berbau, 
> serta tidak menimbulkan jelanga. 
> 
> Proses produksi biogas terbilang sederhana. Bahan utamanya ialah 
> campuran feses, urine (air kencing), dan sisa pakan (bahan organik) 
> dengan pengenceran air. Perbandingan air dan kotoran adalah 2 :1. 
> Nilai kalor biogas ditentukan oleh gas methan (CH4) dan karbon 
> dikosida (CO2). Bahan utama kemudian ditampung dalam digester 
> (pencerna bahan organik) disesuaikan dengan kapasitas dan jumlah 
> ternak. Pengisian pertama harus sudah tercipta kondisi anaerob. 
Waktu 
> tunggu pengolahan biogas 13-20 hari dari isian pertama. Digester 
> dengan kapasitas 3 meter persegi bisa menampung kotoran 2-4 ekor 
> ternak sapi dewasa dan menghasilkan gas bio sebanyak 1800 liter. 
> Biogas sebanyak ini cukup untuk kebutuhan memasak keluarga (5 orang 
> anggota keluarga tiap harinya). 
> 
> "Biogas ini mampu mensubtitusi kebutuhan minyak tanah suatu 
> pembangkit listrik. Setiap satu liter biogas mampu menghasilkan 
> energi listrik setara dengan kemampuan 1.4 liter minyak tanah," 
kata 
> Simamora. Generator pembangkit listrik IPB mampu menghasilkan 
listrik 
> maximum output power 500 watt dan 700 watt serta menerangi selama 4-
6 
> jam. Hal ini disebabkan keterbatasan mesin generator listrik yang 
> memerlukan pendinginan setelah 4-6 jam pemakaian. 
> 
> Total biaya instalasi biogas lengkap dengan digester semen dengan 
> kapasitas 5-7 meter kubik sebesar antara Rp 12.5 juta hingga RP 15 
> juta. Digester dengan kapasitas ini mampu mengolah kotoran sapi 
> sebanyak 5-15 ekor sapi. Sedangkan biaya instalasi digester fiber 
> glass lengkap dengan kapasitas 4 meter kubik lengkap sebanyak Rp 7 
> juta. Digester fiber glass mampu mengolah kotoran 2 ekor sapi 
dewasa. 
> Biaya tersebut mencakup penyediaan kompor gas, digester, saluran 
> distribusi, biaya penggalian, pembuatan bak masukan dan keluaran 
> kotoran, generator dan lain-lain. 
> 
> Selain biogas, dari proses pengolahan kotoran ini diperoleh limbah 
> padat dan cair yang keduanya dikembangkan IPB sebagai 
pupuk. "Setiap 
> satu kali proses produksi biogas, IPB memperoleh 200 liter limbah 
> cair dan padat. Limbah ini dicampur darah -limbah pemotongan hewan- 
> sebagai sumber Nitrogen (N), tepung tulang sebagai sumber Phospor 
(P) 
> dan bakaran sekam sebagai sumber Kalium (K). Dari campuran tersebut 
> terbentuklah pupuk NPK," jelas Simamora. (ris)
> 
> Moga2 bukan hoax...:-) Dari www.ipb.ac.id/id/?b=229
> 
> wassalam,
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" 
> <linadahlan@> wrote:
> >
> > Sebagai penyeimbang informasi: Kotoran Kerbau/Sapi mengandung gas 
> > methane yang bisa digunakan sebgai pengganti gas elpiji yang 
mahal 
> > pisan. Saya nonton teve di acara "Hanya Di Indonesia".Di Bandung 
> > sudah dicoba tuh. Inovatif tapi masih tradisional banget.
> > 
> > Bukan tepu neh! Dan juga bukan model Blue Energy.
> > 
> > wassalam,
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, YULIA@ wrote:
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke