Kesimpulan cerita ini, jangan menikah dengan petani dari Banten. Kalau mau 
suami dari Banten mungkin bisa dipilih yang memiliki profesi selain petani, 
pedagang misalnya, atau pemain debus. Bagaimana ya, kalau sang suami berprofesi 
sebagai pendekar?


-Rizal-


--- On Wed, 7/9/08, IrwanK <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: IrwanK <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Trs: tabiat buruk wanita ?
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Wednesday, July 9, 2008, 4:24 PM

Itu salah semua laki" atau cuma oknum saja? :-|
Menyedihkan.. :-(

Wassalam,

Irwan.K

Pada 9 Juli 2008 15:35, L.Meilany <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

>   Di daerah pedesaan Banten, seorang petani peladang, pulang tengah hari
> untuk makan siang.
> Ia tahu istrinya masak istimewa hari ini; lauk daging ayam.
> Begitu sampai dirumah, di meja hanya ada nasi sedikit , sayur bayam,
> sambal- mana lauk ayamnya?
> Istrinya bilang; - maaf ayam gorengnya dihabiskan anak2,- ;sebelum sempat
> ia menyisihkan untuk suaminya.
> Sekarang anaknya sedang kewarung beli ayam goreng, tunggu sebentar, begitu
> katanya.
> Sang petani itu sangat marah! Dengan caci maki, langsung dihajarlah
> istrinya sampai sang istri meraung-raung kesakitan.
> Anaknya datang bawa ayam goreng, ia terkejut melihat ibunya sudah terkapar
> seperti ayam yg baru dipotong.
> Ayahnya yg kerasukan iblis masih terus memukul, menendang dan bersumpah
> serapah.
>
> Tetangga berdatangan mendengar kegaduhan di siang hari tengah bolong.
> Perempuan itu sudah meregang nyawa - sekarat; ketika dalam perjalanan ke
> klinik ia meninggal!
> Astaga.....Astaghfirullaah!
> [ dari CTV beberapa minggu lalu ]
>
> Salam,
> l.meilany
>



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke