Sebenarnya itu gejala yg "menarik"...
menarik dalam pengertian... ternyata kita masih gagap dalam menghadapi dan
menangani perbedaan..
bahkan kelompok yg mengusung gagasan bahwa perbedaan itu hal yang biasa...
hehehe...

Sama seperti ketika kita bicara pluralitas...
Sebenarnya gimana sih kita menyikapi, menghadapi, menangani pluralitas?
Selama ini, prosesnya baru perang wacana... ttg gagasan pluralitas itu
sendiri.
Mereka yang menentang dan yg mengusung.
Tapi kalau dilihat2 lagi... sebenarnya gimana sih menghadapi dan menangani
pluralitas?
Jadi inget dulu waktu di kampus, ada calon ketua senat yg mengusung
pluralitas sbg bahan kampanye
Cuma setelah dilihat2, gagasannya baru sampe penyadaran bahwa kita ini
beragam.
Dan keragaman itu harus diterima. Tapi, lebih jauh dari itu apa?

Pertanyaan yg sama juga berlaku utk gagasan2 besar lainnya...
Kita bicara tentang gagasan-gagasan peradaban yang matang...
yg dicoba diterapkan pada masyarakat yang (masih) bar-bar...
dan buat mereka yang mengusung ide2 dari peradaban yg matang ini..
kadang2 perlu disadari oleh mereka sendiri bahwa
ternyata tanpa sadar masih ada gap antara idea dengan konsistensi perbuatan.
Sama halnya ada gap antara iman, ilmu dan amal.... hehehe...

Sekedar kritik (dan otokritik, mungkin...).

Herni


On Fri, Jul 11, 2008 at 5:00 PM, Rye Woo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>   Asslkm.... Numpang nongol lagi ahh.. bru biz trip..
>
> Sore2 dapet berita.. tetang salah satu Partai & Pemimpin yg ga patut di
> contoh...
> Kok malah pada beranetm mulu yaaa.. Gimana mau menyelesaikan masalah
> bangsa... Rumah tangganya aja amburadul gitu,, rebutan kekuasaan.
> Dedengkotnya aja hobynya berantem dan ngerasa paling bener terus...
> Nasib... nasib.. jadi prihatin.. Moga aja pada lekas sembuh yaa.. amin.
>
> Dan masih banyak lagi kebobrokan partai2 di Indons, mdh2an cepet pada
> bener...
>
>
>
>
> http://www.detiknews.com/read/2008/07/11/161855/970695/10/rebutan-amplop-dengan-cak-imin-yenny-ngaku-masih-terlalu-sopan
>
> Jakarta - Disaksikan puluhan pasangan mata, Yenny Wahid dan Muhaimin
> Iskandar berebutan amplop berisi nomor urut kampanye PKB di KPU pada 9 Juli
> 2008. Kata Yenny, apa yang dilakukannya itu masih terlalu sopan.
>
> "Saya terlalu sopan saat di KPU," kata dia saat menjawab pertanyaan
> wartawan di kantor DPP PKB Kalibata, Jakarta, Jumat (11/7/2008).
>
> Yenny juga menyayangkan sikap KPU yang diam saja melihat kejadian tersebut.
> "Harusnya amplop itu jangan dipegang oleh Cak Imin, harusnya oleh KPU saja,"
> ujarnya.
>
> Apakah menyesal berlaku seperti anak-anak?
>
> "Itu hal wajar, gebrakan dari yang muda-muda," jawabnya ringan.
>
> Tindakan Yenny-Cak Imin itu dinilai pengamat politik sebagai kelakukan
> 'anak-anak'. Kisah lucu itu berawal karena Yenny terlihat tidak senang
> ketika mengetahui KPU ikut mengundang Muhaimin Iskandar. Dia kemudian melobi
> Ketua KPU Abdul Hafidz Anshary agar yang duduk di kursi PKB adalah Ketua
> Umum PKB Gus Dur, Ali Masykur Musa. Namun lobi itu tidak berhasil. Yenny
> dengan terpaksa duduk di belakang Muhaimin Iskandar.
>
> Ketika giliran PKB mengambil amplop berisi nomor urut, Yenny dan Cak Imin
> masing-masing mengambil satu amplop. Yenny yang ditegur oleh Ketua KPU untuk
> mengembalikan amplop, langsung merobeknya. Dia pun mendapat teguran.
>
> Akhirnya Ketua KPU meminta keduanya mengambil ulang amplop secara
> bersamaan.. Keduanya pun memperlihatkan amplop berisi nomor urut PKB ke
> pengurus parpol lain yang hadir. Setelah itu, Cak Imin langsung membawa
> amplop itu sendiri....
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke