Dari yg diuraikan dan fani kan kita bisa sama sama lihat.

Ada yg percaya tradisi an sich, ada yg percaya bahasan ilmiah.  Pada titik 
tertentu kita harus memilih akan melakukan yg mana.

Terus terang saya rada miris kalau ada yg memilih secara serampangan.  Ikut 
tradisi tanpa paham ada counter fact thd apa yg biasa dilakukan secara tradisi.

Ada lagi yg ikut hoax urban culture secara serampangan juga. Akibatnya menolak 
anaknya diimunisasi.

* mengelus dada dgn perilaku umat *





Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-----Original Message-----
From: Fani Noviyani <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 6 Aug 2008 11:41:59 
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Subject: Bls: Bls: kuram dan bayi was Re: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Mengapa 
Pria Selingkuh?


Dah gini aja...daripada ributin masalah kurma...
Sekarang pertanyaannya---> Ada ndak kasus baby yg meninggal gara2 diberikan 
lumatan kurma setelah dilahirkan?
Klo ada...tolong diposting ceritanya, tentunya dgn bukti yg real ya...



----- Pesan Asli ----
Dari: Wikan Danar Sunindyo <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Terkirim: Selasa, 5 Agustus, 2008 17:33:58
Topik: Re: Bls: kuram dan bayi was Re: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Mengapa Pria 
Selingkuh?


menarik nih mas wawan ...
tentang pemberian glukosa ke bayi prematur
memang pemberian glukosa penting untuk bayi prematur
tetapi seberapa besar kadarnya?
karena kebanyakan glukosa juga tidak baik untuk bayi prematur dan bisa
mengakibatkan hal yang lebih parah

sementara dalam kurma sendiri tidak hanya mengandung glukosa,
melainkan juga sukrosa dan fruktosa dengan kadar bermacam2 sesuai
jenis kurmanya

kalau di RS pasti menggunakan infus untuk pemberian glukosa yang
sesuai dengan dosis yang diharapkan ketimbang menggunakan tahnik yang
tidak jelas dosis dan besarannya.
penanganan bayi yang premature harus dilakukan dengan berhati2 dan
sesuai dengan takarannya agar bayi tidak menjadi bertambah parah.

silakan lihat ke http://www.tempoint eraktif.com/ medika/arsip/ 032001/pus- 
2.htm

Glukosa adalah sumber kalori non-protein utama pada nutrisi
parenteral20. Glukosa merupakan bahan bakar mutlak untuk metabolisme
otak, saraf perifer, retina, sumsum tulang, eritrosit, dan medula
renal5,29 dalam bentuk monohidrat, yang tiap gram menghasilkan 3,4
kkal9,10. Sesudah lahir, sebagian BBLSR memerlukan glukosa parenteral
untuk mempertahankan kadar gula darahnya. Pemberian 2--4 mg/kgbb/menit
glukosa secara bolus diikuti infus glukosa 8 mg/kgbb/menit, dapat
mengatasinya22. Namun, menurut Doyle21, pada pertama bayi premature
memerlukan 4--6 mg/kgbb/menit glukosa. Penulis lain menyatakan
pemberian dimulai dengan 5 mg/kgbb/menit, kemudian ditingkatkan
menjadi 14--20 mg/kgbb/menit sesuai toleransi9. Ada yang memulai
dengan 8--10 mg/kgbb/menit dan ditingkatkan menjadi 12--15
mg/kgbb/menit23. Sebagai sumber kalori, pemberian glukosa 6--8
mg/kgbb/menit akan menurunkan balans nitrogen negatif dan lipolisis
serta mencegah hipoglikemia7. Hipoglikemia berhubungan dengan
kerusakan perkembangan saraf yang terjadi kemudian. Untuk mendapatkan
jumlah yang cukup dengan risiko hiperglikemia yang minimal, diperlukan
40--45% total kalori dalam bentuk glukosa10,23.

Pemberian glukosa berlebihan menghasilkan hiperglikemia7, yaitu suatu
keadaan dimana kadar gula darah > 8 mmol/L dan mulanya terjadi
glukosuria4. Tindakan terhadap hiperglikemia adalah menurunkan
kecepatan infus dan konsentrasi cairan glukosa yang diberikan. Cara
lain dengan memberikan insulin intravena secara kontinyu untuk
meningkatkan uptake glukosa jaringan dan mencoba untuk menghambat
produksi glukosa endogen4,7. Bila telah diputuskan akan memberikan
insulin, maka dianjurkan untuk mulai dari 0,05 U/kgbb/jam24. Namun
demikian, pemberian insulin ini masih kontroversial18.

Adanya glukosa intoleran pada BBLSR biasanya berhubungan dengan
sepsis, pemberian steroid atau katekolamin, usia < 1 minggu,
ketidakstabilan kardiopulmonal, atau insufisiensi pankreas7.

salam,
--
wikan

On 8/5/08, wawan wawan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
>
> On 8/5/08, Wikan Danar Sunindyo <wikan.danar@ gmail.com> wrote:
>  >
>  > kalau dari ilmu medis, cara menguyahkan makanan sebelum disuapkan ke
>  > bayi adalah tindakan yang tidak higienis
>  > karena mulut orang yang menguyahkan mengandung bibit2 penyakit yang
>  > bisa berbahaya buat bayi yang daya imunitasnya masih rendah
>  > akibatnya bayi bisa tertular penyakit dari orang yang menguyahkan
>  >
>  > bayi yang baru lahir, tidak membutuhkan makanan padat, melainkan ASI
>  > bahkan sebaiknya ASI eksklusif selama 6 bulan, tanpa makanan padat
>  > untuk mendapatkan hasil yang optimal
>  > kalau menurut ilmu kedokteran, pemberian makanan padat kepada bayi
>  > yang baru lahir rada2 nggak nyambung logikanya
>
>  ============ =
>  sama2 bukan dokter, ini kutipan lainnya
>
>  *Penjelasan Ilmiah*
>
>  Sesungguhnya kandungan zat gula "glukosa" dalam darah bayi yang baru lahir
>  adalah sangat kecil, dan jika bayi yang lahir beratnya lebih kecil maka
>  semakinkecil pula kandungan zat gula dalam darahnya.
>
>  Oleh karena itu, bayi prematur (lahir sebelum dewasa), beratnya kurang dari
>  2,5 kg, maka kandungan zat gulanya sangat kecil sekali, dimana pada sebagian
>  kasus malah kurang dari 20 mg/100ml darah. Adapun anak yang lahir dengan
>  berat badan di atas 2,5 kg maka kadar gula dalam darahnya biasanya di atas
>  30 mg/100 ml.
    


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke