http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=43190&ik=2


Mafia Dagang Perawan Desa 

Jumat 15 Agustus 2008, Jam: 9:12:00 


JAKARTA (Pos Kota) - Menjelang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 40 cewek 
ABG (Anak Baru Gede) dimerdekakan polisi dari sekapan jaringan mafia penjual 
perawan. Markas penampungan mereka di Hotel dan SPA Comport Jalan Prof. Dr. 
Latumeten, Jelambar, diobrak-abrik Reserse Polres Jakarta Barat, Kamis (14/8) 
siang. 

Terbongkarnya sindikat penjual gadis di bawah umur itu berkat informasi orang 
tua salah seorang cewek ABG yang disekap di penampungan tersebut. " Ketika saya 
mau mengambil anak, saya diharuskan membayar uang jaminan Rp 50 juta. Saya 
orang miskin, darimana mendapat uang sebanyak itu, " kata petugas menirukan 
keluhan orang tua korban. 

Tiga hari setelah informasi ini diterima, satu tim petugas Resmob dan RPK 
(Ruang Pelayanan Khusus) dipimpin AKP Sri Lestari, bergerak ke sasaran. Sebuah 
ruko berlantai tiga yang tidak jauh dari Hotel dan SPA Comport, digerebek. 

Di kamar yang kumuh itu, petugas menemukan pemandangan yang menyayat hati. 
Puluhan cewek ABG yang berusia 13 hingga 16 tahun itu dalam kondisi 
mengenaskan. Wajah mereka pucat pasi. Melihat petugas datang, gadis di bawah 
umur yang jiwanya berhasil dimerdekakan, sontak kaget. Banyak yang menangis 
mengucapkan rasa syukur. Bahkan ada yang sujud memeluk kaki petugas. " Seorang 
cewek mendadak pinsan karena tidak menyangka diselamatkan, " kata petugas. 

Disaksikan puluhan warga, cewek yang dipaksa jadi pelacur ini diangkut ke 
mobil. Penggerebakan tidak berhenti di ruko itu. Petugas bergerak ke Hotel dan 
SPA Comport. Di lokasi ini, ditemukan lagi belasan cewek ABG. Bersama 7 orang 
karyawan, yang terdiri dari kasir dan centeng, 40 gadis korban perdagangan 
manusia ini dibawa ke Polres Jakarta Barat. 

Kapolres Jakarta Barat, Kombes Dr Iza Fadri mengatakan, sejauh ini pihaknya 
masih mememeriksa para cewek dan karyawan. " Sampai sekarang belum ada 
tersangka. Kami masih mendalami pemeriksaan. Siapa pemilik dan germo di tempat 
tersebut, juga belum diketahui," ujar Iza Fadri . 

LAYANI TAMU 
Keterangan yang didapat Pos Kota, puluhan cewek ABG itu datang dari keluarga 
miskin. Mereka dibujuk kaki tangan mafia penjual perawan dari desa di 
Indramayu, Purwakarta, Sukabumi, Subang, dan Cirebon. Kepada orang tua korban, 
sindikat itu menjanjikan pekerjaan di rumah makan dengan gaji menggiurkan. 

Terbayang akan bebas dari himpitan kemiskinan, para orang tua korban tentu saja 
melerakan anaknya dibawa ke Jakarta. Namun, janji tinggal janji. Mereka 
bukannya kerja di rumah makan, tapi dijebloskan dalam lingkungan bisnis anak 
perawan. 

Di Hotel dan SPA Comport itu, puluhan ABG dilatih memijat dan cara melayani 
tamu lelaki hidung belang. Hampir tiap hari mereka dipaksa germo melayani tamu. 
Jika berontak, mereka diancam centeng yang bertugas mengawasi gerak-gerik 
korban. Untuk keluar ruko, juga sulit. Pasalnya, kaki tangan germo terus 
mengawasi. 

"Jika ada tamu yang memboking keluar kota, diharuskan membayar uang jaminan Rp 
10 juta, " kata Nani, yang mengaku pernah diboking tamunya. 

Penyiksaan bathin yang dialami para gadis desa itu tidak hanya dipaksa melayani 
tamu. Nani menambahkan, ketika ia pertama kaki datang dan diminta melayani tamu 
yang dipijat di spa, ia sempat meronta. Namun, tamu itu berhasil memperkosanya. 
" Saya bersyukur Mas bisa dibebaskan dari penampungan ini. Saya pengen cepat 
pulang kampung merayakan hari kemerdekaan, " ujar Nani. 

Menyinggung adanya bisnis pelacuran di hotel tersebut, kapolres menambahkan, 
penyelenggara tempat tersebut dapat dikenakan UU Trafiking No. 23 Tahun 2003 
dengan ancaman hukuman tiga tahun atau maksimal 15 tahun. Dijelaskan kapolres, 
kegiatan di panti pijat plus itu masih terus didalami, dan pihaknya masih 
mengejar pemilik atau pengelolanya. "Apakah di tempat itu ada istilah jual 
perawan atau tidak masih dalam penyelidikan," kata kapolres, didampingi Kasat 
Reskrim Kompol Suyudi Ario Seto. 

3 TAHUN BEROPERASI 
Hotel dan SPA Comport yang telah beroperasi lebih dari tiga tahun itu memang 
sejak awal mempekerjakan gadis di bawah umur. Setiap akhir pekan, banyak kaki 
tangan pemilik usaha itu membawa gadis-gadis ABG untuk dipekerjakan sebagai 
pemijat plus. 

"Tidak tahunya saya terperangkap, diajarin mijit. Saya kira mijitan perempuan. 
Tapi ternyata mijit lelaki genit, " kata Yanti. Gadis berusia 15 tahun ini 
mengaku asal Purwakarta. Ia mengaku, sekali mijat dibayar Rp 180 ribu. Ini baru 
mijat. Kalau tamu ingin bercinta lebih jauh, harus bayar Rp 400 ribu. 

Menurut Nani, di tempat penampungan berlantai tiga, mereka diberi pelatihan 
memijat selama satu sampai dua bulan. "Untuk komunikasi dengan orangtua saja 
susah. Kita diawasi dan dilarang keluar. Hampir sebagian besar kegadisan teman 
saya direnggut di sini ," ucap Mery , 17, teman Nani yang mengaku dirinya 
sampai sekarang terpaksa melayani hidung belang karena sudah terlanjur putus 
dengan pacarnya di kampung.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke