Majalah TEMPO 18-24 Agustus 2008

WAWANCARA
Asghar Ali Engineer:

Surga Bukan Monopoli Muslim
DI dunia muslim, Asghar Ali Engineer
dikenal gigih memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan.
Dia juga memberikan perhatian pada nasib orang miskin yang dipinggirkan
karena struktur sosial yang timpang. Mereka, mengutip sosiolog Iran,
Ali Syariati, disebutnya sebagai orang yang tertindas. Asghar Ali tak
cuma bicara. Dia sendiri memimpin komunitas Syiah Ismailiyah Bohra yang
cukup terkenal di India. 

Belakangan, Asghar Ali kerap menyuarakan pentingnya hubungan
saling menghormati antarpemeluk agama berbeda. Dalam konteks India,
tanah airnya yang acap diwarnai konflik antara pemeluk Hindu dan Islam,
suaranya amat berarti. Untuk dedikasi mendorong toleransi, dia
memperoleh penghargaan harmoni komunal dari pemerintah India pada 1997.
Asghar Ali lahir dari keluarga santri. Dia belajar bahasa Arab
dari ayahnya, Syekh Qurban Husain. Dia juga mendapat pendidikan sekuler
hingga memperoleh gelar sarjana teknik sipil dari University of Indore. 

Pekan lalu, bersama sejumlah cendekiawan dari kawasan Asia
Selatan, Asghar Ali berkunjung ke Indonesia. Ia menyampaikan ceramah
tentang Islam dan negara bangsa serta bertemu dengan sejumlah
cendekiawan Islam Indonesia, antara lain bekas presiden Abdurrahman
Wahid. Di sela kunjungan itu, Asghar Ali menerima Nugroho Dewanto dan
Iqbal Muhtarom dari Tempo.

Mengapa belakangan Anda kerap menulis soal teologi perdamaian dan pluralisme 
religius?
Saya bahkan menulis buku tentang masalah itu.
Kedua isu tersebut sangat penting saat ini, ketika terorisme terjadi di
mana-mana dan muncul kesalahpahaman bahwa Islam mendukung perang serta
kekerasan lewat jihad. Padahal Islam sesungguhnya mendukung perdamaian.
Seorang muslim menyapa dengan ucapan assalamualaikum, yang berarti
kedamaian untuk Anda. Begitu pentingnya konsep damai dalam Islam
sehingga banyak disebut dalam Quran dan hadis. Perang dalam Islam
memiliki konteks semata untuk bertahan. Nabi mengatakan perang suci
adalah jihad kecil, sedangkan memerangi hawa nafsu merupakan jihad
besar.
Dari mana kesalahpahaman ini dimulai?
Ketika kerajaan ditegakkan atas nama Islam, para
penguasa menyebut perang memperebutkan wilayah sebagai jihad. Arti
jihad pun berubah, dari upaya sungguh-sungguh menjadi semata perang.
Para teroris bahkan menggunakan istilah jihad untuk membenarkan
pembunuhan terhadap orang tak bersalah, dengan bom yang diletakkan di
sembarang tempat. Padahal, dalam syariat jelas disebut, dalam perang
sekalipun tak boleh membunuh anak kecil, orang tua, orang tak bersalah,
dan noncombatant—apalagi mengebom pasar.
Jadi tulisan-tulisan Anda tak cuma ditujukan kepada pembaca nonmuslim, tapi 
juga untuk sesama muslim?
Ya, banyak nonmuslim yang salah paham terhadap
Islam. Tapi apa yang dilakukan para teroris yang mengatasnamakan Islam
sesungguhnya juga tak sesuai dengan ajaran Quran. Mereka salah memahami
jihad.
Anda mendorong pluralisme religius, padahal ulama di sini berfatwa bahwa 
pluralisme haram.... 
Haram? (tertawa). Quran dalam surat Al-Maidah
mengatakan, ”Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja). Tapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah
diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”
Quran juga mengatakan bahwa surga bukan hanya monopoli muslim, tapi
juga untuk mereka yang percaya kepada Allah dan hari akhir serta
melakukan kebajikan. Jadi, mencapai surga bergantung pada bagaimana
sikap dan perilaku kita, bagaimana kita memperlakukan orang lain.
Kemanusiaan itu amat penting. Di India ada begitu banyak agama, dan
penganut Islam 150 juta orang. Mereka menerima konsep masyarakat
majemuk.
Ulama mengatakan mereka menerima pluralitas tapi menolak pluralisme.…
Saya mengerti. Pluralisme merupakan konsep untuk
menerima perbedaan dalam beragama. Quran mengakui semua nabi dan
menunjukkan perbedaan masing-masing mereka. Quran menerima keyakinan
Yahudi, Kristen, dan Sabiin. Kita diperintahkan untuk saling
menghormati.
Di negara seperti Indonesia, tempat hidup berbagai agama seperti juga di India, 
apa arti penting pluralisme?
Kita harus menerima pluralisme, karena sekarang
ini perpindahan penduduk terjadi di seluruh dunia. Orang pindah dari
satu negara ke negara lain. Kebanyakan muslim hidup sebagai minoritas
di berbagai negara, seperti Amerika, Australia, dan Eropa. Bagaimana
jika warga negara-negara itu menolak kaum muslim? Pluralisme pada
dasarnya adalah Anda bebas memeluk agama tapi juga harus menghormati
pemeluk agama lain.
Apa jadinya bila pluralisme ditolak?
Jika saya menghormati agamamu dan kamu
menghormati agamaku, tak akan terjadi konflik. Bila sebaliknya, jelas
akan terjadi konflik. Kita diminta berlomba-lomba dalam kebaikan,
tolong-menolong antarsesama, menegakkan keadilan. Dengan cara itu, kita
bisa mencapai surga.
Bagaimana semestinya posisi Islam dalam kehidupan bernegara?
Quran tak bicara tentang negara, hanya bicara
tentang masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, kita harus menegakkan
keadilan, tak boleh ada eksploitasi, tak boleh ada persekusi. Quran
adalah buku panduan moral. Bagaimana kita menjaga perilaku. Bagaimana
meminimalkan konflik. Itu semua pada akhirnya akan bermanfaat dalam
hidup bernegara.
Agama tumbuh subur, tapi kenyataannya konflik terjadi di seluruh penjuru dunia.…
Dalam konflik yang terjadi antarnegara atau di
antara dua individu, penyebabnya biasanya ketidakadilan. Tidak ada
penghormatan terhadap hak pihak lain. Ambil contoh apa yang dilakukan
Amerika terhadap Irak, Afganistan, Pakistan, dan Vietnam. Itu adalah
bentuk arogansi. Dengan kekuasaannya, Amerika membunuh jutaan orang di
seluruh penjuru dunia. Siapa yang menghormati hak orang lain, tak akan
terlibat dalam konflik.
Mungkinkah umat Islam menjadi satu kekuatan politik?
Muslim dapat menjadi satu kesatuan hanya dalam
soal agama, tapi tidak dalam soal politik. Kita bicara dalam bahasa
yang berbeda, memiliki budaya yang berbeda, mengenakan pakaian yang
berbeda. Satu-satunya yang menyatukan kita adalah agama yang sama.
Muslim tak pernah menjadi satu kesatuan politik sejak dulu sampai
sekarang. Tiap negara dan penguasa memiliki kepentingan berbeda. Mesir,
Suriah, dan Libya pernah bergabung dalam satu negara Republik Persatuan
Arab, tapi cuma bertahan dua tahun. Pakistan dan Bangladesh akhirnya
berpisah. Indonesia dan Malaysia tak bisa bersatu.
Bagaimana dengan kelompok Islam yang mendukung konsep Khilafah Islamiyah?
Dalam sejarah Islam, khilafah cuma bertahan
selama 30 tahun. Sesudah itu, yang muncul adalah kerajaan Islam dari
berbagai dinasti. Sekarang umat Islam terpisah dalam berbagai negara.
Mereka memiliki budaya dan tradisi yang berbeda. Umat Islam dapat
bersatu cuma dalam kesatuan agama, bukan dalam kesatuan politik.
Anda memimpin Center for Study of Society and Secularism. Apa sesungguhnya 
makna sekularime?
Saya tidak mengartikan sekularisme seperti di
Barat, yaitu pemisahan antara urusan agama dan negara. Tiap negara
memiliki sejarah berbeda. Sekularisme secara sederhana, menurut saya,
adalah konsep hidup berdampingan secara damai antarkelompok dan
penganut agama yang berbeda. Konstitusi di negara saya, India, adalah
sekuler, padahal mayoritas penduduknya beragama Hindu. Saya bebas
beragama dan menjalankan keyakinan Islam, tanpa memandang rendah
pemeluk Hindu.
Di sini ulama juga mengharamkan sekularisme. Bila ulama saja susah memahaminya, 
bagaimana dengan orang awam?
Ya, saya tahu. Di negara saya, para ulama amat
menerima sekularisme karena dengan konstitusi itu, sebagai minoritas
kami dapat diperlakukan dengan adil. Mereka menyebut India sebagai
Darul Aman—ini kategori ketiga selain Darul Islam dan Darul Harb. Di
dalam Darul Aman, setiap muslim bebas menjalankan keyakinannya. Tak ada
intervensi negara dalam urusan seperti perkawinan dan waris, kecuali
ada ketidakadilan di situ.
Ada pula kelompok yang berpendapat Islam tak kompatibel dengan demokrasi....
Bagaimana mungkin? Konsep demokrasi itu baru
muncul jauh setelah lahirnya Islam. Quran tak bicara apa-apa tentang
sistem pemerintahan tertentu, apakah itu demokrasi, kediktatoran, atau
kerajaan. Quran hanya bicara tentang masyarakat. Kita yang harus
mengatur tata kehidupan yang terbaik untuk diri kita sendiri.
Apa pendapat Anda tentang formalisasi syariah?
Syariah adalah persoalan pribadi. Hukum syariah
jangan ditafsirkan oleh negara. Biarlah masing-masing komunitas
melaksanakannya. Contoh terbaik adalah periode Madinah, ketika pemeluk
Islam, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan dan bebas menjalankan
syariat mereka masing-masing. Negara hanya boleh menjaga ketertiban dan
keteraturan.
Bagaimana Anda melihat kasus Ahmadiyah di Indonesia?
Saya sama sekali tidak setuju dengan ajaran
Ahmadiyah, tapi saya sedih melihat perlakuan terhadap mereka.
Biarkanlah mereka menjalankan keyakinan mereka dan biarkanlah Allah
yang memutuskan nasib mereka kelak di akhirat. Manusia tidak bisa
mengambil alih wewenang Allah.
Ulama di sini bisa menerima Ahmadiyah bila mereka menyatakan diri keluar dari 
Islam....
Mengapa mereka harus menyatakan diri sebagai
nonmuslim? Biarkanlah mereka menyebut diri muslim. Kalau keinginan
seperti itu dilanjutkan, nanti penganut Syiah dan Sunni juga akan
bertengkar, siapa yang paling benar. Akhirnya semua kelompok Islam akan
saling mengafirkan.
Apakah Anda melihat ada hubungan antara penolakan terhadap
pluralisme dan sekularisme dengan meningkatnya fundamentalisme dalam
Islam?
Terorisme dan fundamentalisme bukanlah produk
agama. Ini adalah produk situasi sosial dan politik. Apa yang dilakukan
Amerika di Palestina, tindakannya mendukung Israel, aksinya menyerang
negara-negara Islam, semua itu menjadi penyebab meningkatnya terorisme.
Siapa yang menciptakan Usamah bin Ladin? Amerika! Ketika bergandengan
tangan dengan Amerika memerangi Uni Soviet di Afganistan, Usamah bin
Ladin tak disebut teroris, tapi mujahidin. Usamah bin Ladin bukanlah
ciptaan Islam.
Jadi tuduhan bahwa Islam merupakan agama teroris itu tidak tepat?
Secara politik ataupun secara agama, tidak
tepat. Tidak ada agama yang mengajarkan penganutnya melakukan
kekerasan. Agama selalu mempromosikan kemanusiaan.
Bagaimana Anda memandang masa depan Islam dan kehidupan bernegara di Indonesia?
Indonesia sekarang sedang dalam ujian.
Konstitusinya mengakui demokrasi dan pluralisme. Di masa lalu, kami
mengagumi hubungan antarpenganut agama: Islam, Kristen, Hindu, Buddha,
dan agama lain yang harmonis. Kebetulan di India juga ada banyak agama.
Tapi sekarang terjadi konflik agama di Indonesia. Saya berharap
demokrasi dan pluralisme di Indonesia akan bertambah kuat.

Asghar Ali Engineer
Tempat dan Tanggal Lahir:
Rajasthan, 10 Maret 1939
Pendidikan:
Belajar bahasa Arab dari ayahnya, Syekh Qurban Husain
Menyelesaikan pendidikan sarjana teknik sipil dari University of Indore 
Karier:
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Komunitas Dawoodi Bohra, 1977
Mendirikan Institute of Islamic Studies di Mumbai, 1980
Mendirikan Center for the Study of Society and Secularism, 1993.


      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
....Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke