Nuzulul Qur’an dan Penetapan Takdir dalam Satu Tahun

Sebelum kita mempertanyakan: benarkah penetapan takdir pada malam
Nuzulul Qur’an? kita pertanyakan dulu kapan terjadinya nuzulul Qur’an?
Dalam pikiran kita sering terbesit beberapa pertanyaan sekaitan
dengannya, antara lain:

1.      Nuzulul Qur’an itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan atau pada malam
Al-Qadar?
2.      Nuzulul Qur’an pada 17 Ramadhan itu, sekaligus atau bertahap?
3.      Kalau yang dimaksudkan nuzulul Qur’an itu yang bertahap, surat atau
ayat apa yang turun saat itu? 
4.      Apakah yang dimaksud dengan malam Al-Qadar sebagai malam turunnya
Al-Qur’an? Sementara kita meyakini bahwa malam Al-Qadar hanya terjadi
pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Memang, nuzulul Qur’an itu ada dua macam: sekaligus dan secara
bertahap. Masing-masing dari dua macam nuzulul Qur’an tersebut
dijelaskan di dalam Al-Qur’an. 

Nuzulul Qur’an Sekaligus
Allah swt berfirman:

شهÙ'رُ رَمَضانَ الÙ`َذِى أُنزِلَ فِيهِ 
الÙ'قُرÙ'ءَانُ هُدًى لÙ`ِلنÙ`َاسِ وَ 
بَيÙ`ِنَاتٍ مÙ`ِنَ الÙ'هُدَى وَ الÙ'فُرÙ'قَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
(Al-Baqarah: 185)

بسمِ اللÙ`َهِ الرÙ`َحÙ'مَنِ الرÙ`َحِيمِ‏
إِنÙ`َا أَنزَلÙ'نَاهُ فى لَيÙ'لَةِ الÙ'قَدÙ'ر.ِ 
وَ مَا أَدÙ'رَاك مَا لَيÙ'لَةُ الÙ'قَدÙ'رِ. 
لَيÙ'لَةُ الÙ'قَدÙ'رِ خَيرٌ مÙ`ِنÙ'
أَلÙ'فِ شهÙ'رٍ. تَنزÙ`َلُ الÙ'مَلَئكَةُ وَ 
الرÙ`ُوحُ فِيهَا بِإِذÙ'نِ رَبهِم مÙ`ِن 
كلÙ`‏ِ أَمÙ'رٍ. سلاَمٌ هِىَ حَتى
مَطلَع الÙ'فَجÙ'رِ 
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Al-Qadar.
Dan tahukah kamu apakah malam Al-Qadar itu? Malam Al-Qadar itu lebih
baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ar-Ruh
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Surat Al-Qadar)

وَ الÙ'كتَابِ الÙ'مُبِينِ‏ .إِنÙ`َا 
أَنزَلÙ'نَاهُ فى لَيÙ'لَةٍ مÙ`ُبَارَكَةٍ، 
فِيهَا يُفÙ'رَقُ كلÙ`ُ أَمÙ'رٍ حَكِيمٍ.
أَمÙ'راً مÙ`ِنÙ' عِندِنَا  إِنÙ`َا كُنÙ`َا 
مُرÙ'سِلِينَ. رَحÙ'مَةً مÙ`ِن رÙ`َبÙ`ِك  
إِنÙ`َهُ هُوَ السمِيعُ الÙ'عَلِيمُ 
 “Demi kitab (Al-Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami
menurunkannya pada malam yang diberkahi. Di dalamnya diperjelas
(dipilah-pilah) semua persoalan yang penuh hikmah. Yaitu persoalan
yang besar dari sisi Kami, sesungguhnya Kami yang mengutus
rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui.” (Ad-Dukhkhan/44: 3-6)

Di dalam ayat-ayat tersebut makna turunnya Al-Qur’an menggunakan kata
“Anzala”. Menurut bahasa kata “Anzalam” bermakna: turun sekaligus.
Makna ini dikuatkan oleh hadis-hadis dari Ahlul bait Nabi saw.
Penjelasan secara rinci baca artikel “Malam Al-Qadar dalam tafsir
surat Al-Qadar, di:
http://islampraktis.wordpress.com

Nuzulul Qur’an Secara Bertahap
Allah swt berfirman:

وَ قُرÙ'ءَاناً فَرَقÙ'نَهُ لِتَقÙ'رَأَهُ 
عَلى النÙ`َاسِ عَلى مُكÙ'ثٍ وَ نَزÙ`َلÙ'نَهُ 
تَنزِيلاً
“Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan secara bertahab agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.” (Al-Isra’: 106).

وَ قَالَ الÙ`َذِينَ كَفَرُوا لَوÙ' لا 
نُزÙ`ِلَ عَلَيÙ'هِ الÙ'قُرÙ'ءَانُ جُمÙ'لَةً 
وَحِدَةً  كذَلِك لِنُثَبÙ`ِت بِهِ
فُؤَادَك  وَ رَتÙ`َلÙ'نَهُ تَرÙ'تِيلاً
“Orang-orang kafir berkata: mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekaligus? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami membacakannya secara tartil.” (Al-Furqan: 32)

Dalam dua ayat ini makna turunnya Al-Qur’an menggunakan kata
“Nazzala”. Menurut bahasa kata “Nazzala” menunjukkan makna: turun
secara bertahap.

Selain itu juga disebutkan tentang “Penjagaan Al-Qur’an”. Dalam ayat
ini juga menggunakan kata “Nazzala”, yakni nuzulul Qur’an secara
bertahap. Yakni ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan Nabi saw kepada
umatnya harus dijaga dari penyimpangan, penghinaan dan lainnya. Yang
menjaga adalah Allah Yang Maha Menjaga, dan di sini Dia menggunakan 
kata “Kami”. Ini menunjukkan dalam penjagaan itu Allah swt melibatkan
Malaikat, Rasulullah saw dan para kekasih-Nya, yakni Ahlul baitnya
(sa). Tentu yang menjaga Al-Qur’an itu harus orang-orang yang terjaga
(ma’shum). Bagaimana mungkin orang yang tidak terjaga bisa menjaga
Al-Qur’an?

إِنÙ`َا نحÙ'نُ نَزÙ`َلÙ'نَا الذÙ`ِكÙ'رَ وَ 
إِنÙ`َا لَهُ لحََفِظونَ
Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami yang
menjaganya.”(Al-Hijr: 9)

Penetapan Takdir pada malam Al-Qadar
Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) berkata:

رَأÙ'سُ السÙ`َنَةِ لَيÙ'لَةُ الÙ'قَدÙ'رِ 
يُكÙ'تَبُ فِيهَا مَا يَكُونُ مِنَ السÙ`َنَةِ 
إِلَى السÙ`َنَةِ 
“Awal tahun adalah malam Al-Qadar, di dalamnya dicatat (ditentukan
takdir) apa yang akan terjadi dari tahun itu hingga tahun berikutnya.”
( kitab Al-Wasail, jilid 10: 353)

Ishhaq bin Ammar bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Banyak
manusia mengatakan bahwa rizki itu ditentukan pembagiannya pada malam
Nishfu Sya’ban, benarkah itu? Beliau berkata: “Tidak benar, demi
Allah, hal itu terjadi kecuali pada malam ke 21 dan ke 23 Ramadhan.
Adapun malam ke 19 adalah malam pertemuan dua hal. Malam ke 21
dibeda-bedakan setiap persoalan; inilah yang dimaksudkan oleh firman
Allah swt:
فِيهَا يُفÙ'رَقُ كلÙ`ُ أَمÙ'رٍ حَكِيمٍ
“Di dalamnya dibeda-bedakan setiap persoalan yang penuh hikmah.”
(Ad-Dukhkhan: 4)
Adapun malam ke 23 Allah Azza wa jalla mengimdha’ (mengesahkan) apa
yang dikehendakinya, malam itu adalah malam Al-Qadar, yang dimaksudkan
oleh firman Allah azza wa jalla:
لَيÙ'لَةُ الÙ'قَدÙ'رِ خَيرٌ مÙ`ِنÙ' أَلÙ'فِ 
شهÙ'رٍ
“Malam Al-Qadar lebih baik dari seribu bulan.” 
Kemudian Ishhaq bin Ammar bertanya lagi: Apa yang dimaksud dengan
pertemuan dua hal? Beliau menjawab: “Allah mempertemukan pada malam
itu kehendak-Nya terhadap apa yang didahulukan dan yang diakhirkan,
kehendak-Nya dan ketetapan-Nya.”
Ishhaq bertanya lagi: Apa yang dimaksudkan dengan “Allah mengimdha’
(mengesahkan) pada malam ke 23?” Beliau menjawab: “Allah
membeda-bedakan (memilah-milah) imdha’-Nya pada pada malam ke 21, dan
pada malam ini masih memungkinkan terjadinya bada’ (perubahan); Adapun
pada malam ke 23 Allah mengimdha’nya, sehingga persoalan itu mahtum
(pasti) yang di dalamnya Allah swt tidak melakukan bada’ (perubahan).”
(Al-Wasail, jilid 10: 357)

Wassalam
Syamsuri Rifai

Amalan dan Doa2 Ramadhan secara lengkap: 
http://islampraktis.wordpress.com
Macam2 shalat sunnah, doa-doa pilihan, dan artikel2 Islami, klik di sini:
http://syamsuri149.wordpress.com
http://shalatdoa.blogspot.com
Tafsir tematik, keutamaan surat2 dan ayat2 Al-Qur’an:
http://tafsirtematis.wordpress.com
Audio shalawat tarhim, doa2 Ramadhan, dan musik2 ruhani (mp3):
http://syamsuri149.multiply.com
Milis amacam2 shalat sunnah, amalan2 praktis dan doa-doa pilihan, klik
di sini:
http://groups.google.com/group/keluarga-bahagia
http://groups.yahoo.com/group/Shalat-Doa


Reply via email to