Tidak hanya laki-laki, masihbanyak perempuan yang nyaman dengan peran di 
belakang dan menjadi tonggak status quo.

---

Saya kira kalimat mas dwi diatas benar sekali.  Ayo makan makan yuk :))





Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-----Original Message-----
From: "Dwi Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 22 Oct 2008 20:50:36 
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Imam salat perempuan: Problem lelaki?


Mbak Lina,
saya tidak punya masalah untuk jadi imam, terutama di rumah sendiri.
Kalo lagi kumpul2, tarawihan, ditodong-todong ya gimana lagi?
Apalagi teman-teman di sini tahu kalau saya tidak biasa
memanjang-manjangkan bacaan :-)), jadi tidak kuatir kaki kram waktu
tarawih.

Anak saya pernah tanya kapan dong dia yang jadi imamnya,
ya saya bilang suatu kali. Lha wong bacaannya belon fasih kok pingin
jadi imam :-)

Dalam diskusi dengan istri saya, saya cuma bilang dengan metodologi
fiqih yang ada sekarang, sangat sulit menemukan justifikasinya.
Mirip-mirip dengan ulasan Hina Azam
(http://www.altmuslim.com/a/a/a/a_critique_of_the_argument_for_woman_led_friday_prayers/)
yang difwd mang Ambon itu.
Tanpa memberikan dalil yang tegas sekalipun, Yusuf Qaradawi dll
mengacu pada "Ijma' 8 Mazhab" untuk menjatuhkan fatwa "munkar dan
menyesatkan" pada Amina Wadud dan salat Jumat dengan khatib dan imam
perempuan. Saya agak heran juga dengan istilah tersebut, padahal dalam
fiqih ada banyak perbedaan pendapat, apa tiap satu persatu masalah
khilafiyah dihukumi munkar dan sesat?

Tidak semua kalangan progresif dan advokat kesetaraan gender serta
merta mendukung gerakan salat imam perempuan ini.
Ada yang memilih jalur lambat: perjanjian nikah, waris, penghapusan
poligami, ...., dan merasa belum waktunya masuk ke jalur cepatnya
Amina Wadud.
Mbak Mia pernah mengulas, kalau tidak salah, soal jalur cepat yang
ditempuh Wadud, kalau kesetaraan dalam soal imam salat sudah dicapai,
apa orang masih mempersoalkan perempuan menjadi "imam" negara.

Tambahan lagi, Kia Abdullah yang menyentil perlunya memodernkan
laki-laki, saya kira dia salah analisis. Tidak hanya laki-laki, masih
banyak perempuan yang nyaman dengan peran di belakang dan menjadi
tonggak status quo.

salam,
DWS


2008/10/20 Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]>:
> Ayooo masarcon, Mas DWS, Mas Ary, Mas Her, Mas Pri...mau gak
> berjamaah dengan imamnya saya ato Mbak Mia...:-))).
>
> Pertanyaannya, apa iya dari 5 orang cowok ini gak ada yang bisa jadi
> imam? Ada yang gak beres dengan cowok2 sekarang, kalo emang bener
> begitu...:-)))
>
> wassalam,
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Bagus juga usulannya mba. Sekalian usul ke anggota WM di sini ayo
>> kita siap2 pratekkin, mumpung mba Lina ok nih.
>>
>> Saya bilang Prof. Wadud karena artikel Pak DWS itu, sepertinya
> Prof.
>> Wadud lagi 'road show', kali aja mampir ke Indonesia...:-)
>>
>> BTW, dulu saya pernah sharing cerita di WM, bahwa sebagai single
>> parent, menjadi imam bagi anak2 (yang cowok semua) sudah biasa.
>>
>> Selain itu, pernah juga dulu waktu kita (saya, anak2 dan beberapa
>> temen perempuan) lagi siap2 solat isha dan tarawih di rumah
> saya..eh,
>> ada beberapa tamu laki2 datang.  Saya persilakan menjadi imam, tapi
>> mereka menolak, dan saya maklum mereka memang nggak mampu.  Dengan
>> kata lain, pada waktu itu yang paling fasih bacaannya memang saya.
>> ada yang lain yang juga fasih, tapi fisiknya nggak memungkinkan.
>>
>> Lalu saya persilakan mereka jadi makmum kalau mau. Tapi mereka
> bilang
>> nggak juga, dan ok saja bagi saya.
>>
>> Bagaimana rasanya menjadi imam bagi laki2?  Rasanya ok biasa saja.
>>
>> salam
>> Mia
>>
>> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan"
>> <linadahlan@> wrote:
>> >
>> > Mbak Mia,
>> > Daripada nungguin Prof Wadud, lebih baik Prof Mia praktekin
> dirumah
>> > dulu aja. Udah pernah dipraktekin belum, mbak? Mbak Mia menjadi
>> Imam,
>> > suami dan anak jadi ma'mum. Apa komentar suami?
>> >
>> > wassalam,
>> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <aldiy@> wrote:
>> > >
>> > > Prof. Wadud, kapan nih memimpin solat campur di Indonesia,
> ikutan
>> > > ya?   It's the right thing to do.
>> > >
>> > > salam
>> > > Mia
>> > >
>> > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dwi Soegardi"
>> <soegardi@>
>> > > wrote:
>> > > >
>> > > > Profesor Amina Wadud membuat sensasi lagi. Tiga tahun lalu
> dia
>> > > menjadi
>> > > > imam dan khatib Jumatan di New York. Kontroversi, protes,
> fatwa
>> > > sesat
>> > > > sampai ancaman kekerasan mewarnai acara tersebut.
>> > > >
>> > > > Kali ini dia mengulang acara serupa bertempat di Oxford,
>> Inggris.
>> > > > Lagi-lagi menuai protes. Imam salat adalah hak prerogatif
> laki-
>> > laki,
>> > > > demikian sanggah Perhimpunan Muslim Inggris.
>> > > >
>> > > > Kia Abdullah dalam kolomnya di surat kabar Guardian
>> mempertanyakan
>> > > > kalau kita tidak bisa memodernisasi Islam, minimal mari kita
>> > > > moderenkan laki-laki! Lho?
>> > > >
>> > > > salam,
>> > > > DWS
>> > > >
>> > >
>> >
>>
>
>
>
> ------------------------------------
>
> =======================
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]
>
> This mailing list has a special spell casted to reject any attachment 
> ....Yahoo! Groups Links
>
>
>
>



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke