iya supaya menang. kalo dah menang dan berjaya, terus ditinggalin itu suara-suara yang menjadikannya berjaya.
bukankah itu khas perilaku politisi? jadi benar itu banner yang berbunyi: politisi dan popok. harus diganti. untuk alasan yang sama. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "marry panjaitan" <sosipe...@...> wrote: > > Lagi butuh suara perempuan yah ? > > > > > On 12/17/08, Sunny <am...@...> wrote: > > Refleksi: Sangat bagus kalau ada banyak perempuan menduduki posisi utama > > dalam institusi negara maupun di luar institusi tsb., tetapi kalau cuma > > kwantitas yang diutamakan, mungkin sekali tidak alan banyak membawa faedah > > untuk perbaikan kwalitas hidup anggota masyarakat. Jadi yang dibutuhkan > > ialah banyak dan lebih banyak lagi perempuan atau wanita terkemuka yang > > berada digaris depan pembela kepentingan perempuan. Kurang lebih 50% > > penduduk Indonesia adalah wanita, dan wanita adalah pendidik pertama tiap > > anak, kalau penidiknya hebat kwalitasnya maka kemungkinan perbaikan kwalitas > > kehihidupan masyarakat, antara lain yaitu sejahtera, damai dan aman akan > > lebih mudah dicapai dan difaedahkan. > > > > Megawati, anggota DPR dan juga pernah menjabat presiden NKRI, tentu orang > > yang tidak tahu akan bertanya apa saja yang telah dilaksanakan oleh > > Megawati untuk memperbaiki situasi kaum wanita selama ini? > > > > Golput atau non-Golput adalah penilaian pribadi. > > > > http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=2527 > > > > 2008-12-16 > > Perempuan Jangan Golput > > > > > > [JAKARTA] Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP) Meutia Hatta > > Swasono mengimbau kaum perempuan untuk menggunakan hak pilih mereka pada > > Pemilihan Umum (Pemilu) 2009. Putri proklamator, Muhammad Hatta itu juga > > mengajak perempuan untuk memilih calon anggota legislatif (caleg) perempuan, > > sebab mereka yang akan memperjuangkan dan membela kepentingan kaum perempuan > > di Indonesia. > > > > "Kaum perempuan jangan golput (golongan putih, Red). Perempuan sebaiknya > > memilih caleg perempuan, karena mereka pasti membela kepentingan perempuan," > > ujarnya kepada SP di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Senin (15/12). > > > > Menurutnya, kalau perempuan tidak cukup terwakili di parlemen, mereka tidak > > bisa mengawasi aturan yang bias gender serta tidak mengetahui apa yang harus > > diberdayakan dari perempuan. Hal itu, lanjutnya, mengakibatkan selama 63 > > tahun perempuan Indonesia tertinggal dibanding kaum pria. > > > > Oleh karena itu, dia berharap pada masa mendatang semua partai memiliki > > keterwakilan perempuan di parlemen. Dari sisi kualitas, kaum perempuan sudah > > cukup memadai untuk terjun ke panggung politik. Apalagi, partai politik > > tentu telah membekali caleg mereka yang bakal masuk ke parlemen. Kantor > > Menneg PP pun terus menyosialisasikan dan memberdayakan caleg perempuan. > > > > "Kita jangan berpikir bahwa caleg perempuan itu tidak berkualitas. Kaum pria > > pun banyak yang tidak berkualitas. Namun, setelah masuk ke parlemen, mereka > > mau belajar dan memperbaiki diri. Kaum perempuan pun pasti bisa," ujarnya. > > Meutia juga mengimbau pemilih perempuan untuk rajin mendengar langsung > > kampanye para caleg agar tahu kualitas mereka. Namun, Menneg PP mengatakan, > > orang yang golput bukan musuh negara, karena bisa saja mereka masih bingung > > untuk menentukan pilihan. [M-17] > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > >