Ada dokumentari BBC yang menarik tentang jejak Islam di Eropa,  
terutama di Al andalus Spanyol (bisa dilihat di 
http://www.youtube.com/watch?v=bQEZ5SAStj8) 
.

Disitu diperlihatkan tentang perkembangan budaya Islam yang  
mempengaruhi tetapi tidak menghilangkan budaya lain. Bagaimana ada  
semangat hidup bersama antara Yahudi, Nasrani, dan Muslim yang tinggal  
dalam satu kota dalam semangat toleransi yang dikenal dengan istilah  
covivencia. Bagaimana kekalifahan di kordoba mempersilahkan  
cendekiawan Yahudi dan Nasrani untuk menyalin literatur-literatur kuno  
yang diterjemahkan ke bahasa arab untuk ditranslasi ulang kebahasa  
latin maupun bahasa spanyol. Hidup bersama dalam sebuah komunitas  
tanpa saling mengganggu bahkan bekerja sama.

Sesuatu yang sudah hilang dalam komunitas Islam yang menginginkan  
"kemurnian"  :(

:D


        
On Mar 5, 2009, at 10:37 AM, Wikan Danar Sunindyo wrote:

> sebenarnya saya sedih juga
> selama ini indonesia dikenal sebagai negara islam yang toleran
> bisa mengabsorbsi kebudayaan yang beragam dan tetap islam tanpa
> berubah menjadi arab
> selama ini persepsi orang non-islam terhadap islam kan arab
> dan indonesia memutarbalikkan persepsi itu, bahwa menjadi islam tidak
> berarti berubah menjadi arab.
>
> yang saya khawatirkan dengan munculnya gerakan2 "pemurnian agama" yang
> terjadi di indonesia saat ini
> adalah hilangnya budaya indonesia
> dan sikap toleransi antar umat beragama yang semakin tidak ada
> klaim kebenaran ditegakkan atas kelompok sendiri, sementara kelompok
> lain harus "dibersihkan"
> contohnya, selama ini umat islam dan ahmadiyah hidup damai dan
> berdampingan tanpa harus saling mengganggu
> umat islam juga tahu bahwa ahmadiyah itu sesat, tapi tidak perlu harus
> "diluruskan"
> biarlah soal keimanan hanya dia dan Allah yang tahu
> bukankah tidak ada pemaksaan dalam agama Islam
> dan penyerangan2 terhadap masjid dan umat Ahmadiyah menjadi
> anti-thesis atas ayat Al Quran di atas
>
> salam,
> --
> wikan
>
> 2009/3/5 eyang_mbelgedes <eyang_mbelge...@yahoo.com>:
> > Selain itu, lihat saja umat kita yang berpakaian dan berpenampilan  
> ala Arab
> > itu menjadi narsis, congkak/angkuh dan paling benar di antara  
> orang-orang
> > lain yang tidak mengenakan pakaian dan berpenampilan orang-orang  
> Arab.
> >
> > Bahkan di antara kita, telah membiarkan bahasa Arab berkeliaran di  
> antara
> > bahasa-bahasa daerah dan mulai menggantikan banyak kata lokal  
> dengan bahasa
> > Arab, seperti, saya menjadi ane/ana, kamu menjadi ente/antum/anti,  
> bapak
> > menjadi abbah, ibu menjadi ummi, tikar/alas untuk berdoa menjadi  
> sajaddah,
> > tuhan yang mahasuci menjadi subhanallah, puji syukur menjadi  
> alhamdulillah,
> > astaga menjadi masya'allah, dsb... ini adalah gejala-gejala  
> Arabisasi yang
> > tidak kentara dan terasa.
> >
> > Kelak, jika sampai waktu, kebudayaan lokal terkikis dengan  
> sendirinya.
> >
> > Ya, memang masuk akal juga testimoni ini.
> 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke