Suara Merdeka
27 Maret 2009

Prospek Suara Partai Islam
Oleh Tjipto Subadi


MENJELANG pemilu yang tinggal menghitung hari, berbagai lembaga survei 
melaporkan perolehan suara partai Islam termasuk partai berbasis massa Islam 
(PKS, PMB, PPP, PBR, PKNU, PAN, PKB dan PBB) diprediksi akan turun secara 
signifikan. Bahkan Pemilu 2009 akan menjadi "kuburan" beberapa beberapa partai 
Islam karena tidak mampu mencapai Parliamentary Treshhold (PT)  2,5 persen.

Jika dalam Pemilu 1955 suara partai Islam yang diwakili Masyumi dan NU mencapai 
55 persen melebihi partai nasionalis (PNI) dan komunis (PKI) yang hanya 45 
persen, maka Pemilu 1999 turun menjadi 38 persen, sementara pemilu 2004 tinggal 
34 persen. 

Survei LP3ES awal Maret ini menyebutkan, perolehan suara PPP hanya tinggal 4,15 
persen, sementara PKS hanya 4,07 persen dari 7 persen pemilu 2004. Adapun 
survei LSI menyebutkan, pascakonflik internal, suara PKB akan jeblok hanya 
memperoleh 5 persen dari 12 persen dalam pemilu lalu.  

Sementara PAN akan kehilangan 2 persen suara dan tinggal 4,7 persen. Bahkan 
Greg Fealy, peneliti dari Australia National University (ANU) mengatakan, suara 
partai Islam pada Pemilu 2009 tak akan sampai 20 persen. Sementara hasil survei 
LSI pada September 2008, suara partai Islam hanya 17 persen. 

Namun sebaliknya, dalam berbagai survei yang diumumkan 6 lembaga survei 
akhir-akhir ini menyebutkan, partai nasionalis seperti Golkar, Partai Demokrat 
dan PDI-P akan memperoleh suara terbanyak pada Pemilu 2009.

Meski laporan berbagai lembaga survei itu tidak dapat dijamin 100 persen 
kebenarannya, sebagaimana ketika LSI melaporkan menjelang Pemilu 2004 PKS hanya 
akan memperoleh 3 persen tetapi ternyata 7 persen, namun cukup mengkhawatirkan 
para pimpinan partai Islam dan masa depan partai Islam di Indonesia.

Poros Islam
Memang sudah waktunya dibentuk Poros Islam yang berupa koalisi besar partai 
Islam pascapemilu legislatif. Pembentukan Poros Islam dimaksudkan agar koalisi 
partai Islam mampu mengajukan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden 
(cawapres) dari internal partai Islam. 

Koalisi delapan partai Islam itu diharapkan akan mampu melampaui Presidential 
Threshold (PT). Sebab sesuai dengan Pasal 9 UU Pilpres, minimal perolehan 25 
persen suara atau 20 persen kursi parlemen, partai atau gabungan partai dapat 
mengajukan capres dan cawapres sendiri. 

Karena itu pada Pilpres 2009 diprediksi hanya akan ada 3-4 pasang capres dan 
cawapres, yakni tiga dari partai nasionalis dan satu dari partai Islam. Itu pun 
syaratnya jika terbentuk Poros Islam. Dengan demikian diharapkan pilpes hanya 
satu putaran sehingga menghemat triliunan rupiah uang rakyat dari keseluruhan 
biaya pemilu dan pilpres yang mencapai Rp 20 triliun.

Dengan berbagai manuver para elite politik partai akhir-akhir ini baik 
nasionalis maupun Islam, rasanya sangatlah sulit terbentuk Poros Islam dalam 
menghadapi pilpres. Seperti PPP, Golkar dan PDI-P berencana membentuk "golden 
triangle" untuk memenangi pilpres dan menguasai pemerintahan, sementara PKS dan 
Demokrat semakin dekat untuk membentuk koalisi menghadapi kekuatan politik 
golden triangle. Adapun PKB masih terus berkonflik internal antara kubu Gus Dur 
versus Muhaimin Iskandar. PAN dan PMB saling berebut suara konstituen karena 
memiliki basis massa yang hampir sama. 

Di sisi lain, PKNU menunggu dengan harap-harap cemas mendapat limpahan suara 
dari hasil konflik internal PKB. Sementara PBR semakin menjauh dari orbit 
konstituen Islam dengan masuknya pengurus baru yang berasal dari kelompok 
nasionalis bahkan kiri, sedangkan para deklaratornya sudah pindah ke partai 
lain.

Koalisi Strategis
Dengan demikian kemungkinan terbentuk koalisi pascapemilu bukan antarpartai 
Islam, tetapi justru antarpartai Islam dan nasionalis. Sebagaimana pernah 
dikemukakan dalam hasil survei Litbang Kompas, pola koalisi partai 
Islam-nasionalis didukung 74,9 persen responden, koalisi antarpartai Islam 
hanya didukung 57,4 persen, sedangkan koalisi antarpartai nasionalis didukung 
71,8 persen.    

Sekarang yang menjadi pertanyaan, bagaimana prospek perolehan suara partai 
Islam pada Pemilu 2009? Sebagaimana dikatakan Ketua PP Muhammadiyah Din 
Syamsuddin, perlu dibentuk koalisi strategis partai Islam. Seharusnya hal itu 
lebih mudah dilakukan, sebab partai Islam selama ini memiliki basis ideologi 
dan basis massa yang sama. Namun jika tidak, maka dikhawatirkan akan terjadi 
rebutan konstituen antarpartai Islam, sehingga dapat menimbukna gesekan di 
level grass-root.

Meski hasil semua lembaga survei cukup menghawatirkan bagi perolehan suara 
partai Islam, namun harus tetap optimistik dan memiliki harapan untuk 
memperoleh suara minimal 40 persen sehingga melampaui Pemilu 1999 dan 2004. 
Sebab 88 persen dari 171 juta pemilih adalah kaum muslimin. 

Di samping itu, hasil survei CSIS pada Mei 2008 menyebutkan, 70 persen pemilih 
sudah menentukan dukungannya, mayoritas ke PDI-P dan Golkar, sedangkan 30 
persen belum menentukan dukungan. Jumlah yang sangat signifikan inilah yang 
akan menjadi bidikan partai-partai Islam. 

Sebagai partai pendukung syariah, maka partai Islam memiliki prospek cerah 
untuk didukung mayoritas rakyat Indonesia. Sebab berdasarkan hasil survei Ray 
Morgan Research, yang dilakukan pada Juni 2008, 52 persen rakyat Indonesia 
menghendaki penerapan syariah Islam.

Dengan dukungan fatwa MUI yang mengharamkan golongan putih (golput), maka 
diharapkan suara partai Islam akan naik secara signifikan. Sebab selama ini 
mayoritas golput adalah umat Islam, karena mereka memandang para wakil rakyat 
yang mereka pilih ternyata tidak memperjuangkan penerapan syariah di parlemen.

Selain itu karena umat Islam belum melihat adanya partai politik termasuk 
partai Islam, yang benar-benar memperjuangkan penerapan syariat Islam di 
Indonesia, ada baiknya ada parta-partai yang segera memikirkan hal itu. Selain 
karena itu partai Islam kurang atau malah tidak pernah melakukan pendidikan 
politik kepada umat Islam Indonesia, gerakan ke arah itu harus diciptakan. 

Dengan demikian, jika resep itu dilakukan oleh para pemimpin partai Islam, maka 
prospek perolehan suara partai Islam akan semakin menggembirakan. 
Apalagi jika nantinya sampai terbentuk Poros Islam untuk menghadapi pilpres 
dengan capres dan cawapres dari internal partai Islam, maka tidak menutup 
kemungkinan partai Islam mampu memenangi Pilpres 2009. Pasalnya, kekuatan 
partai nasionalis dipastikan akan terpecah dengan dua  atau tiga pasangan 
capres-cawapres. Ya, mengapa tidak kita coba? (35)

-- Dr Tjipto Subadi MSi, dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dengan demikian kemungkinan terbentuk koalisi pascapemilu bukan 
antarpartai Islam, tetapi justru antarpartai Islam dan nasionalis.  


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke