21 April merupakan hari yang khusus bagi saya. Sebab pada 21 April 1921 ayah 
saya lahir dan kami selalu ingat hari ulang tahun beliau. Walaupun ayah tidak 
suka dengan perayaan ulang tahun,  tahun  ini anak-anaknya akan berkumpul 
merayakannya tanpa kehadiran saya yang disebut oleh adik-adik sebagai anak 
kesayangannya. Padahal ayah sayangnya sama dengan semua anaknya. Saya tahu itu.
 
21 April juga merupakan hari besar yang disebut sebagai Hari Perempuan dan 
kebangkitan wanita Indonesia, melalui perjuangan Ibu Kartini. Lagu Ibu Kita 
Kartini yang diciptakan oleh Wr Soepratman, sejak masih SD saya sering 
menyanyikannya. Kini lagu itu saya ajarkan ke Aisyah putri saya satu-satunya. 
Bagi saya seorang ibu memperkenalkan siapa Ibu Kartini kepada anak saya bukan 
berniat agar dia menjadi superwoman ataupun menjadi wanita yang merasa lebih 
hebat dari laki-laki.  Sebab hukum alam sebenarnya pria itu lebih lemah dari 
wanita. Karena pria mudah sekali tergoda oleh keelok rupawan wanita dan senang 
melihat cantik (bagi pria yang normal dan bukan gay seperti yang banyak saya  
lihat di Yunani). 
 
Semakin banyak kasus perceraian akibat perselingkuhan semakin membuktikan bahwa 
pria lemah. Akibatnya pengajuan cerai 70% berasal dari pihak wanita. Juga 
poligami semakin marak. Saya tidak setuju poligami. Sebab saya pernah mendengar 
ceramah DR Zakir Naik yang menjelaskan bahwa di dunia ini tidak ada pria yang 
bisa bersifat adil bagi istri-istrinya. DR Zakir Naik menentang poligami.  
 
Secara logika saya juga merasakan bahwa seikhlasnya wanita, pasti suatu saat 
dia akan mengalami ketidakadilan suaminya. Masalah waktu saja, bisa menjadi 
sumber ketidakadilan. Oohh, kalau tidak adil lalu bisa minta maaf pada istri 
pertama atau kedua. Minta maaf pada manusia memang mudah, tetapi apakah mudah 
memaafkan? Ditambah lagi godaan iblis di setiap aliran darah manusia. Jadi 
nonsen jika ada yang berdalih poligami bisa dijalani dengan adil. 
 
Ada yang berdalih poligami untuk menghindari zina (termasuk  zina mata, zina 
hati dan zina hubungan sex). Salah satu kelemahan pria lagi, bahwa dengan tidak 
dapatnya dia menahan pandangan mata dan hasratnya merupakan kelemahan yang 
fatal. Banyak dalih yang bisa mendukung poligami. Tetapi bagi saya dalih itu 
hanyalah sebuah pembenaran saja. Mengikuti sunnah Rasul? Rasullah menikah 
banyak karena dia Nabi seorang yang mempunyai kelebihan dari manusia biasa, 
seorang yang bisa adil. Pria selain Rasullah tidak bisa bersikap adil.
 
Jika saya boleh berpendapat, memang godaan dunia bagi pria normal adalah 
wanita, harta dan anak. Sehingga ketiga faktor itu yang harus dikuasai oleh 
wanita. Kekuatan wanita sebagai ibu rumahtangga dan sebagai seorang ibu yang 
mencetak anaknya yang laki-laki kelak menjadi manusia seperti apa. Ibunya yang 
mendominasi karakter anak tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan atau 
menyebalkan. Ibu yang berkekuatan membuat anaknya bahagia atau sengsara. Ibu 
yang menentukan apakah perkawinan anaknya bahagia atau tidak. Sebab banyak juga 
mertua yang saingan dengan menantu, bahkan saya pernah baca di milis ada  
mertua minta anaknya menceraikan menantunya.
 
Jika saya boleh berpendapat lagi, sebenarnya perjuangan sejati pria adalah 
bagaimana mempertahankan perkawinannya dan membimbing istrinya menjadi wanita 
yang sesuai dengan impiannya.  Memang perjuangan yang berat bagi pria,  sebab 
wanita kini juga berjuang agar pria dapat juga dibimbingnya. Ada anekdot pria 
takut istri, ataupun juga saya sering mendengat ucapan suami, bahwa adik 
iparnya takut dengan istrinya (adik perempuan suami). Bagi saya bukan masalah 
takut atau menakuti seperti Nenek Lampir ataupun Nyi Blorong. Pria dan wanita 
adalah sejajar, sama dan tidak ada yang lebih dari satu gender ke gender 
lainnya. Semua agama mengajarkan itu.  Jika ditelaah juga ummat Kristiani yang 
menciptakan istilah Patriaki, saya lihat di Eropa juga wanita yang memegang 
peranan kuat dalam budaya  tersebut. 
 
Dalam Islam juga jelas bahwa posisi wanita sama dan sejajar dengan kaum 
laki-laki. Bahkan wanita sangat disanjung dan diagungkan dalam Islam. Hingga 7 
kali Rasullah menyebut “Ibumu, ibumu…, ibumu!”
 
Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Hartati Nurwijaya in Megara - Greece


http://resep-mediterania.blogspot.com/


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke