hmmm.....masih kerenan yang mana om laskar pelangiĀ Andrea Hirata ato sirah Nabawiyah hehehe
:putri --- On Tue, 4/21/09, Abdul Mu'iz <qual...@posindonesia.co.id> wrote: From: Abdul Mu'iz <qual...@posindonesia.co.id> Subject: Re: [wanita-muslimah] Emakku bukan Kartini To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, April 21, 2009, 12:28 AM kayak laskar pelanginya andrea hirata ya put ? ") penuh inspirasi > Cool....^_^ > ngajarin banyak hal.... > > :putri > > http://mioariefians yah.wordpress. com/ > > --- On Tue, 21/4/09, Sutan Paruik Gadang <ha...@cir.tohoku. ac.jp> wrote: > > > > From: Sutan Paruik Gadang <ha...@cir.tohoku. ac.jp> > > Subject: [wanita-muslimah] Emakku bukan Kartini > > To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com > > Date: Tuesday, 21 April, 2009, 11:48 AM > > > > Emakku bukan Kartini. Dia hanya anak seorang petani kelapa. Istri seorang > petani kelapa pula. Sampai akhir hayatnya dia buta huruf latin (bisa > membaca huruf Arab). Dia tak sekolah bukan karena tak hendak. Dia tak > sekolah karena berbagai kombinasi yang tak menguntungkannya. > > > > Suatu hari di kampung kedatangan ustaz dari desa lain. Ada pengajian > kecil, mempelajari sifat dua puluh. Emak, ketika itu seorang gadis kecil, > ingin ikut serta belajar. Tapi ia dihardik ayahnya. "Kau bukan anak > perempuan yang patut untuk menjadi cendekia." Emak hanya bisa menangis. > > > > Tapi Emak tak pernah mengeluh. Pun ia tak melawan. Ia hanya menunggu > datangnya sesuatu: Kebebasan. > > > > Yang ia tunggu itu datang kemudian, saat ia menikah. Ayah ketika itu > adalah seorang buruh tani. Kerjanya memanjat kelapa milik orang, > mengumpukannya ke suatu tempat hingga siap dijual. Ia sepertinya puas > dengan upah yang dia terima. Tapi Emak tidak. Ia sudah melihat banyak > kehidupan buruh tani. Sampai tua mereka tetap miskin. > > > > Maka ia paksa Ayah untuk pindah kampung. Hijrah. Ini adalah titik tolak > baru dalam sejarah hidup Emak. Ia pindah ke kampung baru. Di kampung itu > masih tersedia lahan yang bisa dibuka. Hanya perlu tenaga untuk menebang > pohon. > > > > Bersama Ayah, dia memulai hidup pengantin barunya di sebuah gubuk, > menumpang di tanah paman jauhnya. Salah satu tiang gubuk itu adalah batang > bohon hidup. Berdinding dan beratap daun nipah, berlantai belahan kayu > nibung. Dari gubuk itulah nasibnya ia ubah. > > > > *** > > > > Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari kerja keras. Tak pernah Emak > berfikir bahwa ia seorang perempuan, sehingga seharusnya beban kerjanya > lebih ringan. Bersama Ayah ia mengayun kampak, menebang rimba untuk > membuka lahan. Lahan itu kemudian menjadi ladang padi. Hasil panen padi > adalah bekal makan selama setahun. Di lahan itu pula ia mulai menanam > kelapa, membuat kebun. > > > > Emak bekerja keras, lebih keras dari orang lain. Sore hari saat orang > sudah rapih reriungan dengan keluarga, ia baru pulang dari ladang. Di > gubuknya ia masih harus masak untuk makan malam. > > > > Kerja keras itu berhasil. Bebeberapa tahun kemudian kelapanya sudah mulai > menghasilkan. Tak banyak memang. Tapi setidaknya keluarga kami sudah punya > masa depan. Seingatku ketika kemudian aku lahir sebagai anak ke delapan, > keluarga kami bukan keluarga miskin buruh tani, tapi keluarga pemilik > beberapa bidang kebun kelapa, meski bukan pula keluarga kaya. > > > > *** > > > > Emak ingin belajar. Ia tak mengeluh ketika niatnya dihalangi. Ia pun tak > menangisi kesempatan yang berlalu namun tak pernah dapat ia raih. Tapi ia > tahu cara mengubah nasibnya. "Mereka bisa menghalangiku untuk belajar. > Tapi tak seorangpun bisa menghalangi anak-anakku. " begitu tekadnya. Saat > abangku yang tertua memasuki usia sekolah, di kampung kami belum ada > sekolah. Emak tak menyerah. Ia bersama ayah mengayuh sampan selama tiga > hari. Tiga hari. Ke kampung pamannya, seorang lurah. Di situlah abangku > dititipkan untuk bersekolah. > > > > Itulah mulanya, lalu kami semua kakak beradik bisa bersekolah. > > > > Sadar dengan tekad itu Ayah tergerak. Ia ajak orang kampung membangun > sekolah. Ia datangkan guru dari kampung lain. Itulah sekolah yang kemudian > mengubah nasib banyak orang di kampung kami. > > > > *** > > > > Tak cukup bertani, Emak berdagang untuk membiayai sekolah anak-anaknya. > Dia beli pakaian, obat-obatan, apa saja yang laku dijual dari kota, ia > jajakan berkeliling dari rumah ke rumah. Sambil belanja kebutuhan dagang > ia bisa menengok anak-anaknya yang sekolah di kota. Di lain ketika Emak > jadi perias pengantin. Berkeliling ke berbagai kampung, sambil tetap > menjajakan dagangannya. Hingga akhirnya semua anaknya bisa sekolah tinggi. > > > > Di hari tuanya Emak bisa beristirahat. Kami yang sudah bekerja bisa > memberi dia makan, mencukupi kebutuhannya. Saat aku lulus sarjana, Emak > bilang, "Kau bekerjalah di sini, di dekat Emak." Aku menurut. Tapi aku > juga masih ingin sekolah. Saat kesempatan itu datang, Emak keberatan. Dia > ingin aku tetap di sisinya. "Sudah cukuplah kau sekolah. Kau sudah jadi > sarjana." > > > > Aku bujuk Emak. "Mak. Ingat kan, dulu Emak bekerja mati-matian agar kami > bisa sekolah. Sekarang ini saya dapat beasiswa. Artinya saya tidak perlu > membayar untuk sekolah. Malah saya dibayar. Saya mengkhianati cita-cita > Emak kalau saya tidak sekolah lagi." Akhirnya Emak mengalah, aku > diijinkannya pergi. > > > > Aku berangkat sekolah ke Malaysia. Tapi saat aku di Jakarta aku dengar > Emak pingsan di kamarku saat membersihkannya. Kepergianku begitu > melukainya. > > > > Tapi Emak tak meratapi itu. Setelah aku, saudara-saudaraku yang lebih tua > juga dapat kesempatan melanjutkan kuliah. Pernah suatu saat hanya ada > abangku yang tertua di sisi Emak. Anak laki-lakinya yang lain pergi jauh. > > > > Sedihkah Emak? "Sepi", katanya. "tapi sepi itu bisa Emak obati dengan rasa > bangga." > > > > *** > > > > Emakku bukan Kartini. Ia tak menulis surat, yang membuat orang lain > bergerak. Ia bahkan tak bisa menulis. Tapi dengan tangannya, dia mengubah > nasibnya. Nasib kami. > > > > http://berbual. com > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > New Email addresses available on Yahoo! > > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and > @rocketmail. > > Hurry before someone else does! > > http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ aa/ > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed]