http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=86044&Itemid=44
Andai Antasari berpoligami Friday, 08 May 2009 06:13 WIB Hj ERMA S TARIGAN Pejabat tinggi negara (Ketua KPK= Komisi Pemberantasan Korupsi) Antasari Azhar masuk bui, gara-gara tersangkut dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen (direktur BUMN), terkait dengan cinta segi tiga di antara mereka dengan perempuan biasa Rani Juliani (caddy golf). Ini adalah sebagian penggalan cerita yang terungkap di media massa, barangkali masih ada hal-hal lain, istilahnya skenario besar, yang nantinya akan terungkap di persidangan. Yang jelas opini yang sudah terbentuk adalah masalahnya terkait wanita, yang disertai pemerasan, sehingga terjadi pembunuhan berencana. Banyak kalangan menyayangkan keterkaitan Antasari dalam peristiwa yang tidak sepatutnya itu. Apalagi ia mengerti betul tentang hukum, track record sebagai Ketua KPK banyak dipuji. Masyarakat masih berharap terhadap dirinya untuk memberantas korupsi dari bumi pertiwi ini. Selama ini gebrakannya dalam memberantas korupsi patut diacungi jempol, meski masih ada kritik dan ketidakpuasan di sana sini. Dinonaktifkannya Antasari dari jabatannya sebagai Ketua KPK sangat kita sayangkan, akan tetapi cerita tentang runtuhnya karir seorang laki-laki disebabkan masalah perempuan, bukanlah cerita baru. Hal seperti itu sudah ada sejak sejarah anak manusia Adam dan Hawa. Banyak pria bisa tersungkur, terjerembab disebabkan oleh masalah wanita. Pada zaman dahulu ketika masih banyak kerajaan di berbagai wilayah negeri ini, banyak peperangan terkait dengan masalah perebutan perempuan. Seorang presiden AS Bill Clinton juga menjadi rusak dan hancur karirnya disebabkan tersandung masalah perempuan, seperti ""affairnya"" dengan Monica Lewinsky. Masih banyak lagi kaum laki-laki yang mengalami kehancuran dikarenakan Ôterjebak" perempuan. Seringkali apabila upaya suap dengan materi sudah tidak mempan, maka para penyuap mencari cara lain, yakni apa yang menjadi kelemahan seorang pejabat, andai kelemahannya perempuan maka dicarilah perempuan yang kriterianya disukai yang bersangkutan. Jika tak kuat iman, maka akan masuk perangkaplah dia, maka musuh-musuhnya pun bersorak. Ketika kasus yang melibatkan Antasari baru saja mengemuka ke permukaan, kalangan Kejaksaan Agung terkesan dengan cepat menggelar jumpa pers, dan menyebutkan statusnya sebagai tersangka. Padahal semestinya Kepolisian selaku penyidiklah yang berkompeten untuk menyebutkan statusnya sebagai tersangka atau saksi. Dari sini memunculkan kecurigaan kita, seakan ada dendam pribadi oknum di Kejagung terhadap Antasari, barangkali terkait dengan kasus Urip/Artalita ? Namun memang sejak awal dengan dibentuknya KPK, seakan terjadi persaingan antara KPK dan Kejaksaan dalam penanganan kasus-kasus korupsi, apalagi ternyata KPK lebih bersikap tegas dalam menangani kasus korupsi. Banyak kasus korupsi dibongkar dan pelakunya dihukum. Sebelumnya seringkali kasus korupsi berakhir tidak jelas. Bahkan kasus BLBI baru dapat dibongkar setelah dibentuknya institusi KPK di bawah kepemimpinan Antasari Azhar. Namun dengan gebrakannya itu sudah pasti Antasari mempunyai banyak musuh, maka seperti dikatakannya, memang sudah ada skenario besar untuk menghancurkannya. Kita percaya, pastilah ada upaya untuk menjatuhkannya, barangkali salah satunya dengan memasang perangkap ÔRani," yang kini keberadaannya sudah diketahui. Rani, wanita muda yang diperalat untuk memeras Antasari. Poligami Hemat penulis tidak ada satu pun hukum di muka bumi ini yang kesempurnaannya melampaui Hukum Islam. Kebolehan berpoligami bagi yang sanggup, adalah salah satu contohnya. Islam menghalalkan poligami meski banyak kaum perempuan membenci, bahkan bersikap anti pati terhadap poligami maupun terhadap pendukung poligami. Peristiwa Antasari, bisa kita jadikan satu studi kasus. Andaikan Antasari, yang barangkali mempunyai kelemahan dalam hal wanita, entah dari sononya, atau entah karena sudah memiliki semuanya yakni tahta dan harta, sehingga masih memerlukan wanita, kenapa tidak memilih untuk berpoligami saja? Pilih mana takut pada istri, takut pada cibiran masyarakat, ataukah takut pada Allah? Banyaknya yang tidak/kurang menyukai poligami dapat kita maklumi karena poligami yang sehat hanya sedikit. Kebanyakan poligami berlangsung tidak sehat, menimbulkan banyak masalah baru.Oleh karena itu, poligami yang dimaksudkan adalah poligami bagi yang sanggup. Apabila kita melihat sosok pria semacam Antasari, atau pria-pria lain yang selevel Antasari, atau apalagi yang posisinya sudah di atas Antasari, dan masih demen" wanita, maka solusi yang terbaik adalah dengan berpoligami. Berpoligami akan menjadi lebih terhormat daripada keluyuran mencari wanita dan berada di tempat-tempat yang mudah diketahui umum karena hal itu dapat merusak reputasi, nama baik. Pejabat sangat perlu menjadi nama baiknya karena mereka menjadi orang yang dipercaya dan menjadi harapan masyarakat untuk membawa Negara ini ke arah yang lebih baik, adil, tertib dan sejahtera. Apabila kelemahan sang pejabat diketahui orang banyak akan memudahkan bagi orang yang tidak senang memasang jebakan/perangkap untuk menghancurkannya. Penutup Artikel ini bukanlah dimaksudkan untuk mengajak orang beramai-ramai berpoligami. Melainkan untuk berhitung, manakah yang lebih banyak mudharatnya berpoligami atau berzina? Lagipula jangan memotong kalimat É. bagi yang sanggup. Selain itu kasus semacam Antasari, bukanlah yang pertama di negeri ini. Sebelumnya sudah pernah naik di media massa tentang perilaku pejabat/pejabat tinggi berbuat mesum dengan wanita, di antaranya direkam di handphone, atau yang keluyuran di Ancol, dan lain sebagainya, karir mereka hancur. Peristiwa semacam itu tidak perlu terjadi, apabila pria yang demen wanita melakukan poligami. Poligami dapat menjadi solusi bagi pria hidung belang, namun harus berlaku adil. Poligami juga dapat melenyapkan praktik nikah siri, dan perzinahan. Dengan poligami, kedudukan wanita bermartabat dan yang terpenting nasab keturunan tetap terjaga sehingga perkawinan bersaudara dapat terhindari. Penulis adalah wartawati Waspada [Non-text portions of this message have been removed]