dari diskusi jilbab ini saya mendapati point yang bagus :
1) Tentang "jilbab" ayat qur'an sebenarnya tidaklah turun bukan hampa 
budaya, tentu saja ayat qur'an karena turun di kultur arab maka konsep yang 
dipakai adalah jilbab mustahil qur'an menyodorkan konsep "baju bodo" yang 
dikenal di kultur celebes (sulawesi), konsep "kebaya" yang dikenal kultur 
melayu, konsep "gaun" yang dikenal di kultur barat.
2) Kalau merujuk pada bunyi qur'an tentang jilbab, " Hai Nabi katakanlah 
kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang 
mumin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang 
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka 
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 
33:59)" jelas sekali di sini bahwa perintah jilbab itu terkait dengan 
fungsi deferensiasi. Yakni konsep jilbab itu diperintahkan sebagai upaya 
pembeda antara wanita merdeka dan wanita budak. Karena di kultur arab masa 
itu, wanita budak adalah berpakaian minim, begitu pula wanita pelacur juga 
berbusana minim, sehingga aksi pelecehan pada wanita masa itu amat tinggi 
terhadap pemakai busana minim, ada riwayat yang menyebutkan bahwa pria 
iseng jahiliyah mengganggu wanita mukminat yang berpakaian minim itu 
setelah diprotes kaum pria mukmin, merekapun (pria usil tsb) mengaku bahwa 
dia mengira wanita mukminat yang diganggu itu dikira budak, maka turunlah 
yat qs 33:59 supaya mengenakan jilbab sebagai pembeda, ini adalah asbabun 
nuzulnya. Itulah sebabnya mengapa Umar bin khattab pernah menghardik wanita 
budak muslimah yang mengenakan jilbab dengan kata yang cukup keras, "Celaka 
engkau wanita budak ! apakah engkau mengenakan jilbab itu supaya engkau 
dianggap wanita merdeka ???. Menurut riwayat wanita budak mukminat tersebut 
pada akhirnya melepaskan jilbab. Nah tentu riwayat ini menjadi menarik, 
seharusnya kalau jilbab itu adalah busana muslimah yang diwajibkan tentunya 
tidak usah diskriminatif pada wanita budak. Artinya "jilbab" sebagai fungsi 
pembeda adalah begitu ditonjolkan.
3) terkait wanita berjilbab kalau shalat tetap mengenakan mukenah adalah 
karena mengikuti prinsip kehati-hatian saja, kenyataanya yang diperkenankan 
boleh terbuka dalam shalat kaum wanita adalah muka dan telapak tangan saja. 
Jilbab ala indonesia kan punggung tangan masih kelihatan kan ??
4) saya tidak menyalahkan opini yang mewajibkan jilbab sebagai penerapan 
syariat, karena itu adalah implementasi dari tafsir juga. Bukankah kalau 
benar dalam ijtihad dinilai dua sementara apabila salah dalam berijtihat 
itu dinilai satu.
Wallahu a'lam bis shawab

Wassalam
Abdul Mu'iz

At 10:07 AM 7/14/2009 +0200, you wrote:


>ada juga perempuan berjilbab yang sholat masih pakai mukena juga
>dan ini jumlahnya banyak
>kayak kagok kalau sholat gak pake mukena
>menurut saya mukena menjadi semacam pakaian wajib untuk sholat bagi perempuan
>jadi kalau belum pake mukena gak afdol rasanya
>
>salam,
>--
>wikan
>
>2009/7/14 Lestyaningsih, Tri Budi (Ning) 
><<mailto:ninghdw%40chevron.com>ning...@chevron.com>:
> >
> >
> >
> > Yang sering saya dapati malahan suatu asumsi yang sering dipakai di
> > sini, bahwa para perempuan yang berjilbab PASTI melecehkan yang tidak
> > berjilbab... Padahal, saya rasa, lebih banyak yang TIDAK seperti itu. Di
> > alam nyata maupun di alam maya, yang saya temui tidak seperti yang bapak
> > katakan..
> >
> > Apa itu bukan suatu bentuk pelecehan juga, Pak Chodjim ?.. Hayo ngaku...
> > :-))
> >
> > Menurut saya, masalah berjilbab dan melecehkan adalah suatu hal yang
> > tidak bisa dan tidak perlu dikaitkan. Berjilbab adalah satu hal, dan
> > melecehkan adalah satu hal yang lain lagi. Masalah perintah menutup
> > aurat itu, memang ada di AlQur'an.. Saya lihat teman-teman saya yang
> > tidak berkerudung saat sholat menggunakan mukenah untuk menutupi seluruh
> > tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Saya pernah tanyakan "kenapa"
> > kepada salah seorang teman saya itu, dia bilang "syarat sahnya sholat
> > kan harus menutup aurat.." Jadi interpretasi "menutup aurat"-nya sama
> > dengan yang saya pahami. Beda-nya, teman saya itu "menutup aurat"-nya
> > hanya saat sholat saja. Saya tidak tahu dengan teman-teman di sini yang
> > memiliki interpretasi "menutup aurat" cukup dengan memakai pakaian yang
> > "wajar" di lingkungan dia berada... (tanpa kerudung dan jilbab)
> > bagaimana saat sholatnya.. apa pakai mukenah juga atau tidak.
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke