Refleksi : Agaknya SBY provokatif, karena  tidak suka diadakan demonstrasi anti 
korupsi, yang dikehendaki ialah  demo pembela koruptor agar dilupakan kasus 
bank century dan juga korupsi boss alm jenderal presiden NKRI, Muhammad 
Soeharto. 

  
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009120700493411

      Senin, 7 Desember 2009 
     
     
     
     
     
Presiden SBY Dinilai Provokatif 

      JAKARTA (Lampost): Berbagai kalangan menyayangkan pernyataan Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berkali-kali menyebut akan ada pihak-pihak 
yang menunggangi aksi Hari Antikorupsi, 9 Desember nanti. Pernyataan itu 
dinilai provokatif dan menunjukkan sikap paranoia dari SBY.

      Saat memberikan pidato pengantar pada Rapat Kabinet Paripurna, Jumat 
(4-12), SBY menyebutkan akan ada gerakan sosial yang memiliki motif politik 
pada 9 Desember. Tokoh-tokoh lama, menurut SBY, tidak pernah terdengar bakal 
bergabung dalam gerakan sosial tersebut.

      Pernyataan serupa itu juga diulangi SBY pada pidatonya dalam Rapimnas III 
Partai Demokrat, di Jakarta, Minggu (6-12). SBY mengaku sudah mengantongi 
nama-nama penunggang gerakan tersebut.

      Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin justru mengimbau publik untuk 
tidak terpengaruh pada pernyataan SBY. Din menyerukan massa antikorupsi tetap 
melakukan aksi pada 9 Desember di Monas.

      "Bagi yang antikorupsi, mari datang. Bagi yang prokorupsi, jangan 
menghalangi," ujar Din dari Melbourne Australia, dalam pesan pendeknya kepada 
Media Indonesia (Grup Lampung Post), kemarin.

      Din menegaskan aksi damai tersebut bertolak dari niat politik 
membersihkan Indonesia dari praktek korupsi, khususnya menuntaskan pengusutan 
skandal Bank Century. "Skandal ini membawa risiko tinggi yang bersifat sistemik 
dan organik dalam kehidupan bangsa. Jika tidak dituntaskan akan membawa bangsa 
kepada kehancuran," ujar Din.

      Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Amir Syamsuddin mengatakan pernyataan 
Presiden SBY mengenai gerakan 9 Desember tidak perlu dibuat blunder. "Menurut 
saya, itu tidak perlu blunder. Mengingatkan keadaan yang berpotensi keresahan, 
fitnah, distrust, suatu langkah yang tidak buruk saya rasa, ada dasarnya," kata 
Amir di Jakarta, kemarin.

      Sebagai negara demokrasi, ujar Amir, silakan ada yang mengkritik dengan 
cara yang sesuai dengan aturan. "Jangan fitnah, karena itu ada konsekuensi 
hukumnya, bukan hanya pasal fitnah dan pencemaran nama baik tapi KUHP, ada 
hukuman lebih berat. Demokrat menginformasikan ke kadernya, ada potensi yang 
akan terjadi pada 9 Desember," kata dia.

      Bersikap Oposisi

      Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens menilai 
pernyataan SBY dapat menjebak masyarakat berpikir untuk bersikap oposisi 
terhadap pemerintah adalah salah.

      "Padahal, wajar bila ada muatan politis yang berdasarkan tuntutan rakyat 
dalam gerakan itu. Pidato provokatif tersebut sarat dengan muatan-muatan 
penggembosan gerakan sipil," ujar Boni.

      Dia menilai ada makna ganda dalam pidato SBY. Pertama, SBY mengesankan 
ingin mempertahankan kekuasaannya dengan bersikap awas terhadap aksi massa, dan 
itu sah-sah saja. Kedua, yang harus diwaspadai adalah nilai provokatif dari 
pernyataan SBY yang seakan-akan menjebak masyarakat berpikir bahwa gerakan ini 
berbahaya untuk diikuti.

      Secara terpisah, Fungsionaris PDI Perjuangan (PDIP) Budiman Sujatmiko 
meminta agar SBY mencabut pernyataannya yang menuding ada gerakan makar dan 
subversif dalam rencana demo pada 9 Desember mendatang. "SBY harus menarik 
pernyataannya dan tidak akan mengulangi lagi," kata Budiman di Semarang, 
kemarin.

      Budiman menyatakan salah kaprah pernyataan seorang SBY itu sama ketika 
ada ledakan bom di Hotel J.W. Marriot dan Bom Ritz Carlton. Saat itu, SBY 
menggelar jumpa pers dan menyatakan aksi peledakan bom di dua hotel itu ada 
kaitannya dengan politik dalam pemilihan presiden. "Padahal itu murni aksi 
teroris," kata Budiman.

      Pernyataan SBY tersebut, kata dia, tidak menunjukkan sikap negawaran 
sejati. Seharusnya ketika SBY mendapat laporan seperti itu, maka tidak perlu 
dipublikasi. Lebih baik memerintahkan pengamanan dan jangan paranoia (ketakutan 
yang berlebihan) agar tidak ada saling curiga.

      Budiman juga menilai saat ini memang ada tingkat penurunan kepercayaan 
diri dari seorang SBY. Penyebabnya, ada berbagai masalah yang membelit mulai 
dari KPK, kejaksaan, dan Polri hingga masalah Bank Century.

      Bahkan Ketua Fraksi PDIP DPR Tjahjo Kumolo meminta SBY dan jajaran 
pemerintahannya ikut turun ke jalan pada 9 Desember nanti memperingati hari 
Antikorupsi Sedunia. "Agar tidak selalu curiga dan curiga," kata dia. 
Seharusnya, kata Tjahjo, Presiden tidak perlu khawatir dengan aksi tersebut. n 
MI/R-
     








[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke