Teori (agak) terbaru tentang proses terjadinya keracunan kehamilan adalah teori hormonal. Biasanya terjadi pada wanita yang mengalami kurang darah (anemia) kronis. Sewaktu hamil, darah dia harua mengalirkan oksigen ke dirinya dan sekaligus bayinya. Maka terjadi perebutan karena darah anemis tidak cukup banyak membawa oksigen, apalagi untuk dua manusia sekaligus. Untuk memperoleh oksigen yang cukup, bayi akan mengeluarkan hormon yang memaksa darah dipompa lebih kencang. Akibatnya tekanan darah ibu mengalami peningkatan drastis. Terjadilah keracunan kehamilan. Perebutan oksigen itu mempunyai empat kemungkinan akibat: 1. Bayi dalam kandungan yang kalah, maka ia mati dalam kandungan atau lahir dengan otak tidak sempurna berkembang, 2. Ibu kalah, maka terjadi keracunan kehamilan yang dapat mengakibatkan kematian ibu, 3. Dua-duanya kalah, dua-duanya meninggal, 4. Dua-duanya kalah sebagian, ibu mengalami pre eklampsi tetapi tertolong, dan janin lahir tetapi dengan perkembangan otak yang tidak sempurna, atau lahir dengan berat badan kurang, atau lahir prematur. Keadaan akan lebih parah jika suami sering merokok di dekat istrinya yang sedang hamil. Tingkat angka kematian ibu yang berkaitan dengan kegamilan di Indonesia masih tertinggi di Asia, keracunan kehamilan adalah salah satu dari tiga penyebab utama. Perbaikan gizi sewaktu hamil, pengobatan anemia sejak sebelum menikah, dan pengawasan kehamilan secara tertib, merupakan cara menurunkan angka kematian ibu. Selain itu diimbau para suami agar tidak merokok di dekat isteri atau anaknya, terutama jika isteri sedang hamil. KM
----Original Message---- From: aishayasmina2...@yahoo.com.sg Date: 14/12/2009 5:17 To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Subj: [wanita-muslimah] Re: Keracunan kehamilan? Saya juga ikut berduka cita mba Mia. Bude saya juga meninggal saat melahirkan. Ceritanya bude ini selalu berpindah kota karena tugas suaminya, pasangan suami istri ini mempunyai kepercayaan untuk tidak memakai pencegah kehamilan karena banyak anak, banyak rezeki katanya. Jadi tiap tahun bude hamil. Satu saat ibu saya diberi tahu dari satu kota tempat tugas suami bude bahwa bude sudah meninggal. Cerita pakde sih, bude ingin melahirkan dengan didampingi dokter tapi dokternya telat datang, jadi bude "menahan" proses melahirkan (emang bisa ya?) terus bude mengalami perdarahan di kepalanya dan meninggal. Bayinya selamat dan disusui ibu saya. Menurut ibu saya, bude mengalami pre eklamsi karena bude sibuk dengan anak-anak yang lahir tiap tahun, tidak sempat periksa rutin ke dokter, tensinya tidak terkontrol dan pecah pembuluh darah otaknya saat melahirkan. Di Indonesia ini berapa banyak ibu yang hamil saja tiap tahun tapi tidak terkontrol kesehatannya (kurang gizi, tidak terkontrol tensi, dll) lalu mati sia-sia dengan meninggalkan banyak anak? Apakah bisa dikatakan mati syahid jika mati karena sengaja dirinya atau lingkungan keluarga terdekatnya seperti suaminya tidak peduli kesehatan istrinya? Apalagi dengan kasus yang diceritakan pak Kartono tentang RS yang ditarget setoran, berapa banyak ibu2 yang tidak melahirkan di RS karena tidak mampu bayar dan lalu melahirkan di tempat-tempat murah meriah yang mungkin saja tidak bersih? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, donnie damana <donnie. dam...@...> wrote: > > > Ikut berduka cita mbak Mia atas kehilangannya. :( > > Saya gak terlalu yakin maksudnya (maklum dah bukan dokter lagi:p), tapi sepertinya yang dimaksud adalah kasus Pre Eclamsia/eclamsia, suatu kondisi yang ditrigger oleh hipertensi pada kehamilan > dibawah ada reference terkait itu. Kalau tertarik lebih jauh bisa googling dengan key words Preeclampsia, eclampsia, atau pregnancy induced hypertension (PIH). > Semoga membantu. > > Donnie > Introduction to Preeclampsia > ......