Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak ?
Selasa, 19/01/2010 17:12 WIB
Cetak |  Kirim |  RSS



Akhir-akhir ini, banyak kaum wanita  yang mempertanyakan hak-hak mereka
dalam hal kepemimpinan. Sehingga banyak kaum wanita yang melakukan tindakan
untuk mendapatkan kembali  suara mereka di tengah masyarakat atas dasar
klaim bahwa juga mampu memimpin di masyarakat.

Sepanjang sejarah Islam, banyak kaum wanita  yang menjadi cendekiawan, ahli
hukum dan secara tidak langsung bisa disebut sebagai pemimpin. Harus diakui
bahwa sebagian muslimah kehilangan hak suara mereka dan kesempatan untuk
menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi hasrat yang telah dianugerahkan
Allah Swt .

Tradisi Islam kaya dengan keterlibatan wanita . Seorang Muslimah yang
memegang teguh ajaran Islam sudah pasti memahami bahwa laki-laki dan wanita
memiliki peran yang saling melengkapi yang sudah ditetapkan oleh Allah dan
Allah memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan wanita  untuk
mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka yaitu kehidupan abadi di
akhirat.

Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa kesalehan dan bukan gender yang
dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang terbaik di
mata-Nya. Lebih jauh lagi, kaum Muslimah selayaknya meyakini bahwa Allah
Yang Maha Pengasih dan Maha Adil menetapkan bahwa di dalam Islam manusia
yang mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa.

Sebaliknya, dengan perbedaan-perbedaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah
menyatakan bahwa kedudukan lelaki dan wanita  sama di sisi Allah.  Kemitraan
dalam hal bahwa pihak-pihak yang terkait dapat melakukan hal-hal yang
berbeda dengan tanggung jawab yang berbeda, untuk mencapai tujuan yang sama
yaitu mendapatkan ridho Allah Ta'ala.

Wanita harus memperjuangkan hak akan keadilan yang sudah dijamin oleh Allah
untuk mereka, tetapi semua itu harus dilakukan dalam parameter yang
ditetapkan oleh Allah. Kaum  wanita tidak bisa berambisi mendapatkan
kekuasaan dengan bercita-cita ingin memegang peran yang sama dengan
laki-laki. Hak akan keadilan ini maksudnya, para Muslimah memiliki hak ilahi
dan harus diberi kesempatan yang sama memainkan peran dan menunjukkan
kemampuan mereka di jalan Allah.

Memperjuangkan hak akan keadilan bukan berarti seseorang harus menjadi
seperti orang lain, tetapi sebuah proses untuk mencapai kepuasan dalam
menunjukkan potensi diri. Dari sinilah seorang laki-laki maupun wanita  akan
menemukan kebebasan sejatinya.

Jika kaum  wanita  sudah bisa memahami posisinya dan memahami hak akan
keadilan yang diperjuangkannya, barulah orang akan mendengar suara  wanita,
 dan secara alamiah bakat kepemimpinan seorang  wanita  akan terlihat. Yang
lebih penting lagi, mereka akan mendapat tempat di sisi Allah.



Bercermin pada Kaum Perempuan di Jaman Rasulullah Saw

Para muslimah masa kini memang harus lebih berhati-hati untuk merebut
kembali keadilan yang pernah digenggam kaum perempuan di masa keemasan
Islam. Ketika itu, peran perempuan dianggap penting dimana mereka biasa
aktif sebagai anggota masyarakat tanpa adanya tekanan.

Kaum muslimah tentu tidak ingin menjadi "progresif" jika itu berarti
kehilangan prinsip-prinsip agama yang dianutnya. Pada saat yang sama para
Muslimah perlu bersikap kritis dalam menyikapi berbagai hambatan dalam
masyarakat .

Kesimpulannya, Allah Swt akan meminta pertanggungjawaban jika terjadi
ketidakadilan terhadap kaum  wanita. Ketika seorang muslimah ingin bergerak
maju, ia tidak boleh melangkahi kodratnya.

Sejarah Islam mencatat nama-nama besar para Muslimah di zaman Rasulullah Saw
yang telah memberikan kontribusi pentingnya dalam dakwah Islam. Mereka
antara lain `Aisyah. Beliau adalah seorang penyair dan dikenal pandai dan
cerdas soal hadis, tafsir Al-Qur'an dan beliau juga dikenal sebagai ahli
hukum, pemimpin, penengah, guru serta banyak peran lainnya.

Asma binti Abu Bakar. Beliau memainkan peran penting dalam membantu
Rasulullah Muhammad Saw dan Abu Bakar saat hijrah dan beliau juga berperan
besar dalam karir `Abdullah bin Az - Zubair ketika melawan penindasan Bani
Umayyah.

Fatimah yang bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya dan disebut-sebut
sebagai salah satu wanita teladan.

Khadijah. Beliau adalah perempuan pertama yang masuk Islam dan memberi
dukungan penuh kepada dakwah Islam.

Khawlah binti Tha'labah. Perempuan yang keluhannya didengar Allah dan
jawabannya diabadikan dalam Surat Al-Mujadilah.

Hafshah. Orang yang menyimpan dan melindungi Al-Quran setelah dikompilasi.
Para pemimpin ketika itu bahkan harus meminta ijin pada Hafshah jika ingin
melihat Al-Quran itu. Hafshah adalah salah satu istri Rasulullah Saw yang
hafal Al-Qur'an secara keseluruhan.

Nusaybah. Beliau melindungi Rasululullah Saw saat Perang Uhud. Perempuan ini
mengalami sekitar 12 luka tusuk akibat perang. Salah satunya luka dalam di
lehernya akibat tusukan pedang yang memakan waktu satu tahun untuk
menyembuhkanya.

Rufaidah. Disebut-sebut sebagai perawat pertama yang membuka sebuah klinik
untuk merawat orang-orang mengalami luka.

Saffiyah. Ia melindungi perempuan dan anak-anak Madinah dari seorang
penyerang dan berhasil membunuh penyerang itu.

Summayah. Perempuan pertama yang rela mati demi agama Islam

Ummu Haram binti Milhaan. Dia meminta Rasulullah Saw berdoa agar dia berada
di antara mereka yang akan melakukan perjalanan dengan kapal untuk
menyebarkan dakwah Islam.

Ummu Waraqah. Dia pernah ditugaskan sebagai muazin dan diberi gelar syahida.
Rasulullah Saw mengatakan bahwa ia akan mati sebagai martir.

Di jaman sekarang, rasanya sulit mencari sosok wanita  yang sekaliber kaum
perempuan di jaman Rasulullah terutama keikutsertaan mereka dalam menegakkan
agama Allah.

Saat ini, lebih banyak kaum perempuan yang meributkan soal persamaan
kedudukan dengan kaum lelaki untuk hal-hal yang sifatnya lebih duniawi,
termasuk segelintir Muslimah. Lantas mau kemana kaum wanita ini?
(iol/Jeewan Chanicka, aktivis perempuan di bidang kepemudaan, pendidikan dan
sosial di Kanada.)

*http://www.eramuslim.com/muslimah/kepemimpinan.htm*


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke