Salam...

Mengikuti berita di media massa, seharusnya orang-orang seperti Dulmatin, 
Nurdin M Top, Dr.Azhari dan lain-lain itu sudah semestinya di "cap" sebagai 
teroris. TETAPI apakah kita mau adil untuk mengatakan bahwa dari sisi hukum 
sesungguhnya mereka bukanlah teroris. 

Menurut hukum, status seseorang baru akan diketahui jika  jika ia telah 
terbukti secara sah telah melakukan tindakan melawan hukum di depan pengadilan.

Jika demikian pakem hukum yang berlaku di seantero jagat raya ini, maka 
harusnya kita heran kenapa pula pulisi itu pada main hakim sendiri? Maen tembak 
mati? Tidak memberi ruang kepada hakim di pengadilan untuk mengadili?

Alasan pak pulisi itu sangat sederhana, mereka melawan atau dikhawatirkan 
melawan. Dengan alasan yang sangat sederhana itu terasa menjadi tidak ada 
gunakan peralatan densus 88 yang begitu canggih, terasa tidak ada artinya 
teknik pengepungan, terasa semua teknik sudah buntu selain teknik jalan pintas, 
yaitu tembak mati tanpa perlu pengadilan lagi.  (Apa polisipun sudah tidak 
percaya dengan pengadilan di Indonesia???)

Kalo sudah begini, sangat sulit untuk mengatakan siapa sesungguhnya yang 
melawan hukum?

Apakah menegakkan hukum dengan cara melawan hukum di anggap BENAR dan kita 
harus menyebutnya dengan pahlawan?  Sementara disisi lain, orang-orang meregang 
nyawa ditembak mati sebelum di ketahui benar apakah dia betul-betul melawan 
hukum dan kita secara berjamaah harus menyebutnya sebagai teroris?

Kalau terus terusan pulisi bertindak dengan cara seperti ini, saya sangat 
khawatir dikemudian hari mereka-mereka yang tewas di tembak mati itu bukannya 
malah dikenang sebagai teroris melainkan bisa berbalik arah. Mereka akan 
menjadi martir dan menjadi simbol perlawanan bagi orang-orang yang pernah 
ditekan dan di perlakukan dengan tidak baik oleh pulisi.

Kekhawatiran saya ini sedikitnya sudah terbukti, kalau dulu ada di sebagian 
wilayah yang menolak jasad 'teroris' itu makamkan dikampung halaman sang 
'teroris', tapi di wilayah lain mereka disambut bak pahlawan, di elu-elukan 
orang kampungnya sembari meneriakkan, mujahid...mujahid...

Salam, 


Iman K.





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke