http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=14706
2010-03-18 Abu Rimba Masih Diperiksa di Polda Aceh [BANDA ACEH] Munir alias Abu Rimba alias Abu Uteun, tokoh yang paling dicari aparat kepolisian, Rabu (17/3), pukul 22.00 WIB, menyerahkan diri di kawasan Desa Lamtamot, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Menyerahnya orang yang diduga masuk dalam kelompok teroris atas saran dari sejumlah teman-teman yang tidak terlibat dalam kelompok itu. Sumber di kepolisian menyebutkan dari tersangka disita satu pucuk senjata AK 47, lima buah magazin, 129 butir peluru dan satu buah tas ransel. Saat ini, Abu Rimba sudah dibawa ke Mapolda Aceh untuk pemeriksaan lebih lanjut, namun pihak Humas Polda Aceh belum bersedia berkomentar terkait penyerahan diri Abu Rimba. Sementara itu, Muktar (25) tersangka yang diduga sebagai teroris yang menyerahkan diri di Lhokseumawe kemarin, saat ini masih diperiksa di Mapolda Aceh. Bersama Muktar juga ikut diperiksa Pimpinan Pesantren Darul Mujahidin Tengku Muslim At-Thahiri selaku pendamping Muktar saat menyerahkana diri ke Mapolres Lhokseumawe. Kepala Bidang Humas Polda Aceh Kombes Farid Ahmad kepada wartawan, Kamis (18/3) pagi, menyebutkan, Muktar masih diminta keterangan di Mapolda Aceh terkait dengan keterlibatan yang bersangkutan dalam kelompok tersebut, apalagi bersama dia saat menyerahkan diri ada senjata dan terdapat ribuan butir amunisi.Menyusul penyerahan diri tersangka, wilayah Aceh Utara terus diperketat pengamanan dengan melakukan razia kenderaan umum dan pribadi malam dan siang hari. Sementara itu, Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri mengatakan, kelompok teroris telah mengembangkan sejumlah pola baru dalam melakukan serangkaian aksi teror. "Hal itu bisa terlihat dari cara-cara mereka. Mulai adanya pelatihan-pelatihan, hingga persenjataan. Mereka juga menggunakan pola berbeda. Dengan persenjataan, tidak dengan bom," ungkapnya di Istana Negara, Jakarta, Rabu siang. Pihak keamanan, katanya, saat ini terus memburu para pelaku teroris. "Masih ada 12 orang lagi yang tengah diburu. Dua orang sebelumnya telah menyerahkan diri. Saya tidak menyebut khusus," katanya. Komoditas Politik Secara terpisah, pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens menilai, terorisme tidak melulu sebuah tindak kejahatan, tapi bisa juga menjadi komoditas politik untuk kepentingan tertentu. Pernyataan tersebut disampaikan pengamat politik UI, Boni Hargens, dalam diskusi "Aceh Ladang Baru Terorisme" di Gedung Dewan Perwakilan Daerah (DPD), di Jakarta, Rabu siang. Menurut dia, bukti terorisme sebagai komoditas politik sudah terbukti di Kolombia. Tindakan terorisme berbasis bisnis Narkoba di negara itu tumbuh subur karena menjadi komoditas politik antara mafia dan tentara. Para mafia menjual narkoba kepada tentara dan dibarter dengan senjata. Yang menarik, lanjutnya, tentara pula yang mendistribusikan narkoba ini ke Amerika bagian Utara, bahkan ke jaringan narkoba dunia, sehingga bisnis ini menjadi lingkaran setan dan terorisme di Kolombia jadi kekal. "Sangat mungkin terorisme di Indonesia juga terkait bisnis politik seperti di Kolombia. Konteksnya seperti yang terjadi belakangan ini bahwa terorisme menjadi isu yang disengajakan untuk menenggelamkan isu impeachment terhadap wakil presiden terkait kasus Bank Century," kata Boni. Dia menjelaskan, indikasi dari terorisme menjadi komoditas politik untuk pengalihan isu terlihat dari tindakan represif kepolisian dan TNI dalam mengejar anggota teroris ketika presiden sedang berada di luar negeri dan wacana impeachment wakil presiden (wapres) mengemuka pascakeputusan Sidang Paripurna DPR yang menyetujui rekomendasi C yang menyatakan Bailout menyalahi undang-undang dan peraturan pemerintah. Padahal, dari keterangan pihak kepolisian bahkan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, masuknya kelompok terorisme di Aceh dan pergerakan mereka sudah diketahui sejak setahun lalu. [147/J-9/W-12] [Non-text portions of this message have been removed]