----- Original Message ----- 
From: "sunny" <am...@tele2.se>
To: <Undisclosed-Recipient:;>
Sent: Thursday, March 25, 2010 16:05
Subject: [wanita-muslimah] Misunderstanding the theory of evolution

http://www.thejakartapost.com/news/2010/03/25/misunderstanding-theory-evolution.html


Misunderstanding the theory of evolution
Dyna Rochmyaningsih ,  Jakarta   |  Thu, 03/25/2010 9:33 AM  |  Opinion 



One year after its bicentennial celebration, there are still many people who 
regard the theory of evolution as propaganda to spread anti-religious thought.

I suspect that it is due to the misperception of the theory in the mind of 
common people. Most of them perceive the theory of evolution only as the 
gradual change from monkey to human which is insulting to their faith. 

They grasp the theory only on a superficial level without understanding the 
mechanism of the theory itself. 

####################################################################################

 

                                                ?????? ?????? ???? ???
                                       ??????? ???? ????? ????? ??????
                                                  ??????? ?? ??? ?????
                          ????? ????? ??? ???? ???? ??? ?????? ???????

**********************************************************************
Metode Pendekatan Satu Kutub dalam Mengkaji Ayat Qawliyah dan Kawniyah
Pidato Ilmiyah yang disajikan dalam rangka Peringatan Milad (Dies Natalis)
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA yang ke 41 (1954 - 1995)
**********************************************************************
==========================
oleh H.Muh.Nur Abdurrahman
==========================

Lampiran II

Teori Evolusi 
 
 Di kepulauan Galapagos, yang terletak di Pasifik, sebelah barat kotinen 
Amerika Selatan, Charles Darwin mengintizhar (mrngobservasi) di sana burung 
pekicau yang bentuknya menyimpang dengan yang di daratan Amerika. Pada setiap 
pulau terdapat bentuk yang berbeda dari jenis yang sama. Kepulauan ini sudah 
lama terisolasi, sehingga burung-burung itupun juga sudah lama terisolasi. 
Begitupun keadannya dengan penyu-penyu laut, terdapat pula penyimpangan dengan 
yang sejenisnya di pesisir Amerika Barat. Darwin tiba pada kesimpulan, bahwa 
burung-burung ataupun penyu-penyu yang berbeda itu berasal dari jenis yang 
sama. Terjadinya perbedaan itu, karena mengalami proses evolusi, menyesuaikan 
diri dengan keadaan lingkungannya Selanjutnya Darwin kemudian menarik 
kesimpulan dengan generalisasi, bahwa setiap binatang yang sekarang ada 
persamaannya, berasal dari jenis yang sama. Evolusi yang terjadi karena 
binatang itu menyesuaikan diri lingkungannya, sehingga dari satu jenis yang 
sama terjadi variasi bentuk, disebut evolusi horisontal. 


Ujicoba Teori Evolusi Terhadap Fosil, Ilmu Genetika dan Serologi
 
Darwin memperhadapkan tafsiran hasil penelitiannya itu terhadap hasil 
penelitian Cuvir tentang fosil. Hasil rujukan ini menghasilkan generalisasi 
lebih lanjut, bahwa binatang itu bermula dari bentuk yang paling bersahaja, 
berangsur-angsur secara evolusi meningkat ke bentuk yang lebi komplex, hingga 
yang paling komplex, ialah manusia. Perubahan bentuk yang meningkat secara 
evolusi itu disebut evolusi vertikal. Menurut Darwin evolusi vertikal itu 
terjadi secara acak (serampangan / random), itulah sebabnya maka disebut blind 
evolution (evolusi tidak terarah). Sebenarnya Darwin tidak sendirian dengan 
teori evolusi ini, karena sebelumnya secara terpisah Chevalier de Lamarck yang 
mengadakan penelitian di pulau-pulau Maluku Utara juga tiba pada kesimpulan 
yang sama dengan Darwin tentang evolusi, bahkan sesungguhnya Lamarck yang lebih 
dahulu. Namun publikasi Darwin lebih meluas ketimbang Lamarck.

Menurut Lamarck perubahan bentuk secara evolusi horisontal itu berlangsung, 
karena bagian tubuh dalam penggunaannya menyesuaikan diri dengan alam 
lingkungan hidupnya. Seamsal anjing laut kakinya sudah berbentuk sirip, karena 
berlama-lama turun-temurun dipakai untuk berenang. Menurut Darwin evolusi 
horisontal itu disebabkan oleh seleksi alam berupa struggle for existence, 
perjuangan untuk mewujud (eksistensi) dan survival of the fittest, yang 
tertangguh bertahan hidup. 

Darwin dan Lamarck tidak sempat lagi menyaksikan, bahwa dikemudian hari teori 
evolusinya yang ditopang oleh hasil penelitian fosil itu, diperhadapkan pada 
ilmu genetika. Perubahan eksternal (variasi phaenotypis) yang dikemukakan 
Lamarck dan Darwin dibantah oleh ilmu genetika (keturunan), yaitu variasi 
phaenotypis itu tidak menurun ke generasi berikutnya, karena perubahan yang 
menurun itu (variasi genotypis) ditentukan oleh khromosom sebagai pusat 
kelestarian (heredity), jadi bersifat internal. Biarpun ekor kucing misalnya 
dipotong terus-menerus dari generasi ke generasi, tidak akan menghasilkan 
kucing tanpa ekor, sebab telah terpola dalam khromosom bahwa kucing itu berekor.

Pada mulanya duel antara teori evolusi dengan variasi phaenotypisnya itu dengan 
ilmu genetika, seperti akan dimenangkan oleh ilmu genetika. Namun keadaan jadi 
terbalik setelah Hugo de Vries memperkenalkan proses mutasi, perubahan yang 
bersifat internal, variasi genotypis, bahwa khromoson dapat berubah baik secara 
alami, maupun secara paksa. Mutasi yang alami terjadi oleh suhu dan kelembaban 
yang berubah mendadak secara tajam, sedangkan mutasi secara paksa adalah dengan 
cara penyinaran. Dalam dunia pertanian dewasa ini mutasi secara paksa dilakukan 
dengan radiasi dari dalam inti atom zat yang radio aktif. Bibit jenis baru padi 
misalnya didapatkan secara mutasi paksa ini. Setelah de Vries mengemukakan 
proses mutasi ini, maka teori evolusi mendapat dukungan dari ilmu genetika.

Dalam babak-babak terakhir teori evolusi mendapat dukungan lagi dengan 
ditemukannya serelogi, ilmu perihal peseruman. Dengan serelogi ini secara 
eksperimental didapatkan bahwa reaksi serum menunjukkan adanya hubungan 
kekerabatan sedikit antara manusia dengan kera berhidung pesek, hubungan 
kekerabatan yang lebih nyata antara manusia dengan orang utan, dan yang paling 
dekat kekerabatannya dengan manusia adalah chimpanze.


 Ujicoba Teori Evolusi Terhadap Ayat Qawliyah
 
(( - ( ((((() ((((  (((  (((( . (((((  (((  (((   ((( 
( (((((  (((  (( ((-((  ((  (('(  ((((  (((  (((((((  (((  ((((((  
(((- ((((((()  (((((( ((  (((((  ((((  ((  (((  (((((  (((((  ((((
 ((( (((((() (((((( ((((( (((( (((( (( (((( ((((( 
(( (((((() ((((( ((((( (((( ((((( ((( ((((( (((( (((( ((((( ((( (( ((((( (((( 
.(( ((((() (((((  (((( (  (((((  ((((( (((

 Sucikanlah nama Maha Pengaturmu Yang Maha Tinggi. Yaitu Yang mencipta dan 
menyempurnakan (87:1-2). Ingatlah tatkala Maha Pengaturmu berkata kepada 
malaikat, sesungguhnya Aku menciptakan basyar  dari tanah kering dari tanah 
hitam yang telah berubah. Maka apabila Aku telah menyempurnakannya Kutiupkanlah 
ruh (ciptaan)Ku ke dalamnya, lalu bertiaraplah mereka tunduk kepadanya (15: 
29-30). Apakah Engkau akan menjadikan di atasnya (bumi) yang merusak di atasnya 
dan menumpahkan darah? (2:30). Yaitu (Allah) Yang menciptakan kamu dari nafs 
yang satu dan menciptakan pasangan daripadanya dan dari keduanya berkembang 
biak laki-laki dan perempuan yang banyak (4:1).  Sesungguhnya Kami telah 
ciptakan manusia sebaik-baik bentuk (95:4).

Secara implisit dalam ungkapan menyempurnakan terkandung makna perubahan dari 
belum sempurna menjadi sempurna. Ayat (87:2) menunjukkan makhluq ciptaan Allah, 
sesudah diciptakan dimulai dari belum sempurna kemudian berproses menjadi 
sempurna. Jadi terjadi perubahan secara berangsur hingga ke tingkat sempurna 
sebagai makhluq Allah. Terjadi evolusi yang diarahkan Allah sebagai Maha 
Pengatur [((((]. Namun perlu dicamkan bahwa perubahan makhluq dari mulai 
dicipta ke sempurna, tidak mesti evolusi saja. Diujicoba kepada ayat Kawniyah. 
Ternyata ada loncatan dari manusia purba ke manusia berakal. Jadi perubahan itu 
berwujud evolusi dan loncatan. Maka ada dua masalah, yaitu mekanisme evolusi 
dan mekanisme loncatan.(*) 

Jadi perubahan itu berwujud evolusi dan loncatan. Maka ada dua masalah, yaitu 
mekanisme evolusi dan mekanisme loncatan. 

Mengenai mekanisme evolusi, Darwin berteori dengan paradigma filsafat 
positivisme, yaitu "blind evolution by chance", perubahan perlahan-lahan secara 
untung-untungan, yaitu cecara lempar dadu. Darwin melihat evolusi sebagai 
analogi dari "motion" dalam kinematika, karena itu dia mencari "mechanism of 
evolution" dan menemukan "principle of natural selection", asas seleksi alam 
sebagai hukum dasar mekanika evolusi. Tetapi "mechanical laws" dari teori 
Darwin tidak kuantitatif, jadi tidak mampu memprediksi apa yang akan terjadi. 
Teori Darwin itu hanya dapat menjelaskan apa yang sudah terjadi. Di sinilah 
kelemahan yang pertama teori Darwin. Maka lahirlah neo-darwinisme di abad 20 
dengan dimasukkannya teori statistik, teori permainan lempar dadu 
(probabilitas) dalam teori evolusi modern.

Namun ada kelemahan mendasar lain yang tidak mampu ditanggulangi oleh 
neo-darwinisme yaitu Paradoks Entropi Evolusi dan Paradoks Revolusi-Evolusi.

Paradoks Entropi Evolusi ialah kenyataan adanya peningkatan kompleksitas, yaitu 
munculnya spesies yang lebih kompleks secara struktural ataupun secara 
behavioral, misalnya munculnya organisme multiselular (lompatan kompleksitas 
struktural) dan munculnya manusia dengan kesadarannya (lompatan kompleksitas 
behavioral/fungsional). Di sini pulalah kelemahan yang kedua teori Darwin, 
tidak dapat menjelaskan mekanisme loncatan ini.

Paradoks Revolusi-Evolusi ialah kenyataan adanya titik-titik diskontinuitas 
dalam keseluruhan proses evolusi yang perdefinisi adalah gradual, yaitu adanya 
gap dalam rangkaian khronologis fosil. Orang filsafat menyebutnya paradoks, 
tapi di bidang sains disebut sebagai anomali yaitu ketidak-sesuaian antara 
fakta pengamatan dengan predisksi berdasar atas teori yang ada. Inilah 
kelemahan yang ketiga teori Darwin.

Perkara mekanisme loncatan, berdasarkan paradigma filsafat positivisme ternyata 
buntu. Rujukan informasi dari ayat Kawniyah habis sampai loncatan ini. Jadi 
jangan pakai filsafat positivisme sebagai paradigma dalam berteori, karena 
menghasilkan yang tidak logis dalam mekanisme evolusi, yaitu lempar dadu, dan 
buntu dalam berteori dalam hal mekanisme loncatan. 

Mekanisme perubahan loncatan adalah 'Ain, Jim, Ba, 'ajaba, dan 'Ain, Jim, Zai, 
'ajaza, yaitu TaqdirLlah yang tidak ditanam di universum oleh Maha Pengatur. 
Karena manusia itu hasil "loncatan", tidaklah ia berasal dari ujung evolusi 
manusia purba. Adam dan Hawa dicipta Allah secara spesifik dengan revolusi 
menjadi sempurna (fa sawwa-), melalui proses 'ajaba, yaitu TaqdiruLlah yang 
tidak ditanam di universum.(**) Manusia hasil proses revolusi menjadi sempurna 
itu terdiri atas tataran jasmani, nafsani dan ruhani. Jasmani manusia modern 
turunan Adam dan Hawa memiliki DNA yang hampir identik, sehingga perbedaan 
genetis pada sekelompok simpanse jauh lebih besar dari perbedaan genetis pada 6 
miliar manusia yang hidup saat ini. Dengan ruh yang ditiupkan ke dalam diri 
(nafs) Adam dan Hawa menyebabkan manusia modern mempunyai tenaga batin dan 
menjadi makhluk berakal, yang sadar akan eksistensi dirinya. Adam dan Hawa 
serta keturunannya apabila mati ruhnya berpindah ke alam barzakh seterusnya ke 
alam akhirat. Manusia purba tidak berkebudayaan. Kecakapannya membuat alat 
pembantu hanya secara instinktif. Manusia purba, anthropoid (manusia kera) dan 
binatang yang mengalami proses evolusi menurut TaqdiruLlah yang ditanam di 
universum tidak mempunyai ruh, hanya mempunyai semangat saja, sehingga tidak 
mempunyai hari kemudian. WaLlahu a'lamu bisshawab.
--------------------
(*)
Update:
Pada waktu Lampiran II ini ditulis, belumlah didapatkan (discover) hasil 
observasi Giorgio Bertorelle. Ternyata manusia masa kini tidak memiliki 
hubungan genetik dengan manusia Neanderthal, manusia purba yang hidup di 
daratan Eropa dan Asia barat dan tengah, demikian hasil temuan para peneliti di 
Italia yang dipublikasikan Selasa, 13 Mei 2003. Giorgio Bertorelle dan timnya 
dari universitas Florence, Italia, telah meneliti dengan mengambil DNA dari 
beberapa tulang nenek moyang manusia modern Cro-Magnon yang hidup di Perancis 
selatan 25 ribu hingga 23 ribu sebelum masehi, lalu dibandingkan dengan DNA 
Neanderthal yang hidup antara 42 ribu hingga 29 ribu tahun sebelum Masehi. 
Hasil temuan tersebut menunjukkan manusia Cro-Magnon nenek moyang manusia 
modern itu tidak mempunyai hubungan genetik sama sekali dengan manusia purba 
tersebut.

http://news.bbc.co.uk/1/hi/sci/tech/3023685.stm
The latest research by Giorgio Bertorelle and his team from the University of 
Ferrara in Italy, compared genetic material from Neanderthals, Cro-Magnon 
humans and 21st-Century Europeans. The DNA from the Neanderthals and 
Cro-Magnons was taken from their bones. The genetic material was extracted from 
cell structures called mitochondria rather than the nucleus. The scientists 
found that while, unsurprisingly, modern humans show clear genetic signs of 
their Cro-Magnon ancestry, no such link between Neanderthal DNA and modern man 
DNA could be established.

(**)
Adam dan Sitti Hawa dijadikan dari tanah, secara implisit bermakna bahwa sejak 
Adam dan Sitti Hawa dijadikan, keduanya ada di atas permukaan bumi. Tidak ada 
keterangan satu ayatpun dalam Al Quran yang mengatakan bahwa setelah keduanya 
dijadikan Allah, lalu diangkat ke surga. Dalam Al Quran kata ((((( dapat 
berarti surga di akhirat (3:133), atau taman di permukaan bumi (2:265). 

Kami bersabda: Hai Adam, tinggallah engkau bersama pasangan engkau di jannah, 
.... Maka keduanya diperdayakan setan lalu keluarlah keduanya dari apa yang 
telah dialaminya tadi dan Kami bersabda: turunlah (2:35-36).  Akan dibahas / 
ditunjukkan bahwa Adam dan Sitti Hawa tidaklah berada dalam jannah di akhirat, 
melainkan di dalam jannah di atas permukan bumi. Manusia mulai dari alam arwah, 
lalu ruh itu ditiupkan ke dalam rahim ibu (bagi turunan Adam dan Sitti Hawa), 
kemudian lahir ke luar ke alam syahadah. Seterusnya ruh dicabut berpindah ke 
alam barzah menunggu berbangkit dengan jasad yang baru pada hari berbangkit 
(kiamat), lalu diadili, kemudian ke alam akhirat yang kekal. Dari hasil 
pengadilan itu yang selamat masuk jannah, yang celaka masuk neraka. Kalau 
jannah yang dimaksud dalam ayat (2:35) itu adalah surga di akhirat, maka ada 
tiga keberatannya: 
-- Pertama, waktu berjalan mundur dari alam akhirat ke alam dunia bagi Adam dan 
Sitti Hawa. 
-- Kedua surga di akhirat itu diharamkan setan masuk ke dalamnya. Dalam ayat 
(2:36) setan menipu Adam dan Sitti Hawa di dalamnya. 
-- Ketiga, kalaulah jannah itu surga di akhirat, mengapa masih ada larangan 
bagi Adam dan Sitti Hawa: ((( (((((() ((('((  ((( (((((((  , janganlah kamu 
berdua mendekati pohon ini (2:35).  

Walhasil jannah yang dimaksud dalam ayat (2:35) tempat Adam dan Sitti Hawa 
bersenang-senang, yang kemudian keduanya ditipu setan di dalam jannah itu 
adalah suatu taman di tempat yang ketinggian ((((() di atas muka bumi ini, 
bukan surga yang di akhirat. Perintah Allah (((((( , turunlah, yang berbentuk 
jama'  adalah untuk Adam, Sitti Hawa dan Iblis, sebab seperti diketahui dalam 
bahasa Arab dikenal tiga tingkat: Mufrad (tunggal), mutsanna (dual) dan jama' 
(lebih dari dua).  Bentuk (((((( berasal dari  ((( , yang berarti turun bukan 
dalam pengertian seperti bidadari turun dari kayangan, melainkan dalam 
pengertian topografis Menurut kamus yang paling otentik yaitu Al Quran ,  
dipakai untuk pengertian air yang meluncur turun (2:74), Nabi Nuh AS turun dari 
kapalnya (11:48), Bani Israil disuruh go down town (2:61). Dari pembahasan di 
atas jelas sekali, bahwa Adam dan Sitti Hawa sejak semula berada di atas bumi 
ini, tidaklah di dalam surga di akhirat.
 
Sedikit catatan: Tidak sedikit dalam kalangan ummat Islam yang terpengaruh oleh 
Perjanjian Lama dengan mengatakan Sitti Hawa dibuat dari tulang rusuk Adam. 
Apabila ini diujicoba terhadap ayat Kawniyah ternyata tulang rusuk semua 
laki-laki tidak ada hilang satu, karena jumlahnya genap.  Dalam Al Quran tidak 
ada disebutkan bahwa Sitti Hawa dijadikan dari tulang rusuk Adam. Memang ada 
sebuah Hadits yang diriwayatkan Bukhari, RasuluLlah berkata: (((tm) ((  (((( 
((((1/2( ((  , bahwa perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk  Namun kalimat 
tersebut didahului oleh kalimat: berpesan-pesanlah kepada perempuan secara 
baik-baik, ((((  (((((((  ((((((( . Hadits itu tidak boleh difahami secara 
harfiah, haruslah dengan secara metaforis, karena:
-- Pertama, RasuluLlah SAW menyatakan perempuan, tidak menyebutkan secara 
spesifik Hawa dan tulang rusuk juga secara umum, tidak juga mrnyrbutkan secara 
spesifik tulang rusuk Adam.
-- Kedua, didahului oleh pernyataan berpesan-pesanlah kepada perempuan secara 
baik-baik, itu artinya bahwa perempuan itu diibaratkan sebagai tulang rusuk. 
-- ketiga, Salah satu pengertian kata Min yaitu bersifat. Allah subhanahu 
wata'ala berfirman, Khuliqa l-insa-nu min 'ajalin (21:37). manusia telah 
dijadikan min (=bersifat) tergesa-gesa 
-- Keempat, Hadits itu adalah juklat dari AlQuran, jadi Hadits tidaklah 
menambah nateri Al Quran, padahal dalam Al Quran tidak ada disebutkan bahwa 
perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, apatah pula tidak ada secara 
eksplisit dikatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. 

Kesimpulannya, Hadits itu harus difahami secara metaphoris, bahwa perempuan itu 
ibarat tulang rusuk, harus dipelakukan dengan lemah lembut, sebab kalau 
dikerasi akan patah, namun jika dibiarkan ia akan tetap bengkok. 

############################################################



Given the comment made by Prof. Boedi Hartono from the University of Indonesia 
in The Jakarta Post this month, commenting on an article by Michael Casey, he 
said that the finding of Homo floresiensis as a new species did not challenge 
the theory of evolution. 

I agree with him since the concept of the Hobbit as a new species is an 
interpretation that may only affect the theory of human evolution. It has 
nothing to do with the evolution of cats, dogs, or orchids. 
But what has happened in the mind of many people is that the theory of 
evolution is only applied to humans. So the article by Michael Casey is enough 
for them to deny the controversial theory. Of course this is a shallow view.

The theory of evolution itself is the explanation of how the diversity of all 
living things on earth came into existence. It is a fact that there are other 
kinds of organisms besides human on this earth such as cats, trees, dogs etc. 

But how did those diverse organisms come into existence? We can accept the 
explanation of how a volcanic rock can exist in this world by inferring that 
the rock is the result of an eruption of a mountain hundreds of years ago. 

So why can't we accept the explanation of how a living thing comes into 
existence? 

Every living thing is the product of their progenitor. For instance, we are the 
product of the mating of our parents. We inherit their genes in a new 
combination that shapes our physical and physiological characteristics. 

No one would say that they come into the world out of nothing; they must have 
biological parents to exist in the world. 

And so is with our cats, dogs, trees, they all originated from their parents. 
One important piece of evidence for the theory of evolution comes from this 
very fact: Every living thing has genetic material and they get it from their 
parents. 

And their parents, as living things, get their genetic material from their 
grandparents, and so on and so forth until we meet the ancestors. 

But the problem is the genetic material in every organism may change in a 
random pattern called mutation. Since the genes are the blueprint of an 
organism, mutation often affects the physical and physiological characteristic 
of an organism. 

If the change is good and suitable for the environment, the mutant organism may 
survive and pass the mutant gene to their children, which will finally replace 
the dominancy of the normal one. 

The mutant individuals may become a new species. Thus, we can infer that the 
new species is the descendant of the previous species. I think it is reasonable 
for us to accept this explanation.

The same mechanism can be applied in all organisms which procreate through 
sexual reproduction. 

Their existence can be explained by the changing of genetic material of their 
ancestors, correlated with its suitability with the environment. But, of 
course, as a scientific theory, this mechanism is not the ultimate truth of 
everything. 

Recently, scientists have found another way for an organism to acquire new 
genes: horizontal genetic transfer (HGT). Unlike normal genetic inheritance, 
which is passed from parents to the offspring, HGT is the mechanism where the 
genetic material can be transferred from one individual to the other without 
producing offspring. 

This finding means that the genomic pattern in one organism may not be used to 
determine its ancestors. The theory of evolution is confounded here. 

This confounder makes me think that we should not consider the theory of 
evolution as a threat to our faith. 

It is a scientific theory that can be either confounded or corroborated. We 
should not place it as something that is equal to the ultimate truth in which 
we may believe.  

   
The author is a science writer.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke