Pelayanan Kesehatan di Kekhalifahan Islam

Kamis, 25/03/2010 13:50 WIB | email | print | share


Barack Obama telah menandatangani RUU kontroversial kesehatan AS menjadi
undang-undang beberapa hari yang lalu setelah berbulan-bulan perdebatan
sengit terjadi dalam menggodok RUU Kesehatan tersebut.

Kesehatan di AS telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir dan
mendapat perhatian internasional setelah Michael Moore merilis film
dokumenter yang berjudul "Sicko" tiga tahun lalu. Di dalam filmnya tersebut
Michael Moore memusatkan perhatian pada kegagalan sistem kesehatan Amerika.
Perhatian khusus diberikan kepada Perusahaan Asuransi dan bagaimana tujuan
mereka yang ternyata bukan untuk membantu orang yang membutuhkan melainkan
untuk meningkatkan keuntungan. Solusi yang diusulkan adalah untuk memiliki
sistem kesehatan publik yang serupa dengan yang ada di Kanada, Inggris,
Perancis dan Kuba.

Dengan ekonomi yang berantakan dan meningkatnya biaya pengeluaran negara
dari perang Irak dan Afghanistan, kita mungkin bertanya-tanya apa yang salah
dengan skala prioritas AS? Perdebatan panjang tentang perawatan kesehatan di
AS berpusat pada apakah ada hak untuk pelayanan kesehatan dasar, atau siapa
yang seharusnya memiliki akses ke perawatan kesehatan dan kualitas yang
diperoleh.

Utang kedokteran dikutip sebagai satu-satunya faktor terbesar pada 62% dari
semua kebangkrutan personal di Amerika Serikat.

50 juta orang Amerika tidak memiliki asuransi kesehatan. Sekitar 18.000 dari
50 juta orang meninggal dunia setiap tahun karena mereka tidak memiliki
asuransi kesehatan.

Amerika Serikat tidak melihat kesehatan sebagai hak dasar, tetapi sebagai
hak istimewa. Barack Obama menantang pandangan ini melalui reformasi RUU
untuk menyediakan perawatan kesehatan universal melalui asuransi kesehatan
untuk semua orang. Hal inilah yang menyebabkan 'kemurkaan' dari kelompok
sayap kanan AS.

AS tidak menyediakan program yang didanai pemerintah dengan anggaran
terbesar untuk biaya ataupun asuransi kesehatan. Tetapi pada umumnya
terserah kepada individu untuk memperoleh asuransi kesehatan atau tidak.
Kebanyakan warga pekerja AS mendapatkan hal tersebut melalui majikan mereka
tempat perusahaan mereka bekerja, tetapi yang lain mendaftar pada skema
asuransi swasta.

Menurut syarat-syarat yang paling terencana, warga AS harus membayar premi
secara teratur, tetapi diharuskan untuk membayar sebagian dari biaya
pengobatan mereka sebelum menutup pengeluaran dari pihak asuransi.

Ini adalah situasi dari 250 juta orang yang memiliki solusi perawatan
kesehatan. Hal ini telah umum terjadi bagi mereka yang memiliki asuransi
kesehatan, harus menanggung banyak utang setelah dikurangi untuk asuransi
kesehatan, menyebabkan sejumlah besar orang bahkan harus menjual rumah
mereka.

Jadi, bagaimana masa depan Khilafah akan menangani masalah kesehatan?

Mengurus urusan orang

Islam adalah sebuah sistem unik yang diwahyukan Allah SWT yang menyediakan
kebutuhan baik bagi individu dan masyarakat. Allah sebagai sang Khaliq -
Sang Pencipta dari semua yang ada - akan jelas tahu apa yang terbaik untuk
kita. Dengan pengetahuan Nya yang tak terbatas, sistem-Nya akan dapat
memberikan solusi untuk masalah manusia yang telah atau akan hadapi.
Berkaitan dengan pemerintahan, Khalifah dipercayakan dalam menerapkan
hukum-hukum Allah. Khalifah secara langsung bertanggung jawab sebelum Allah
SWT, untuk setiap masalah yang mempengaruhi warga negara yang ada di dalam
Negara Islam.

Rasulullah SAW bersabda, "Dia yang berkuasa atas lebih dari sepuluh orang
akan membawa belenggu pada hari kiamat sampai keadilan melonggarkan
rantainya atau tindakan tiraninya membawa dia kepada kehancuran." [Tirmidzi]

Penguasa tidak hanya perlu menanggapi orang-orang di bawah perawatan tetapi
juga harus menjawab kepada otoritas yang lebih tinggi, Malik-al-Mulk
(Penguasa dari segala Kedaulatan). Dengan demikian, penguasa harus memenuhi
kewajiban yang diletakkan di atas dirinya karena hal ini tidak hanya
merupakan mandat dari negara, tetapi adalah hukum Allah SWT. Oleh karena itu
Khalifah harus peduli bagi setiap kebutuhan warga negara dan memastikan
bahwa mereka tidak menghadapi kesulitan yang tidak pantas seperti kurangnya
akses ke pelayanan kesehatan atau bahkan menunggu dengan sangat lama untuk
mendapat perawatan.

Rasulullah SAW bersabda: "Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan kaum
muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan
perhatian pada kebutuhan dan kemiskinan mereka, Allah akan tetap jauh dari
dirinya pada hari kiamat.... "[Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim]

Hadis di atas jelas menunjukkan beratnya tanggungjawab orang yang berkuasa.
Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, ia terlihat agak murung. Salah
seorang pembantunya bertanya mengapa dia begitu sedih dan khawatir. Umar
menjawab, "Siapa pun yang berada di bawah tanggung jawabku; aku harus
menyampaikan dan memberikan kepada mereka semua hak-hak mereka, apakah
mereka menuntut atau tidak akan hak-hak mereka."

Perawatan bagi orang-orang yang berada di bawah otoritas negara tidak
dinilai berdasarkan anggaran tahunan atau aspirasi politik melainkan
didasarkan pada hak-hak yang diberikan kepada mereka oleh Allah SWT. Hal ini
mewajibkan Khalifah untuk menyediakan hak-hak mereka dengan sangat hati-hati
dengan kepedulian yang terbaik dari kemampuan yang dimiliki dirinya, apakah
warga negara menyadari hak itu atau tidak, dan apakah mereka telah meminta
untuk itu atau tidak.


Kesehatan dalam Khilafah

Nabi SAW bersabda: "Setiap dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab
untuk orang-orang yang dipimpin. Jadi, penguasa adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas rakyatnya." [Bukhari & Muslim]

Imam bertanggung jawab untuk mengelola urusan-urusan rakyat. Salah satu
kebutuhan dasar adalah bahwa Khilafah harus menyediakan layanan kesehatan.
Ketika Rasulullah SAW sebagai kepala negara di Madinah diberikan seorang
dokter sebagai hadiah, ia tugaskan dokter tersebut ke umat Islam. Kenyataan
bahwa Rasulullah SAW menerima hadiah dan dia tidak menggunakannya, bahkan
dia menugaskan dokter itu kepada kaum muslimin, dan hal ini adalah bukti
bahwa kesehatan adalah salah satu kepentingan umat Islam.

Karena negara berkewajiban untuk membelanjakan anggaran negara pada
penyediaan sistem kesehatan gratis untuk semua orang, maka Baitul-Mal harus
menyusun anggaran untuk kesehatan. Jika dana yang tersedia tidak mencukupi
maka pajak kekayaan akan dikenakan pada umat Islam untuk memenuhi defisit
anggaran.

Berbeda dengan sistem kapitalis, sistem Islam memandang penyediaan kesehatan
kepada warga negaranya dari perspektif manusia dan bukan aspek ekonomi. Ini
berarti bahwa pemimpin Negara Islam terlihat untuk menyediakan sarana
kesehatan yang memadai dan berkualitas baik kepada rakyat, bukan demi
memiliki tenaga kerja yang sehat yang dapat memberikan kontribusi terhadap
perekonomian tetapi demi memenuhi tugasnya mengurus kebutuhan orang-orang
dalam ketaatan kepada Allah SWT.


Kedokteran keunggulan dalam sejarah Islam

Ketika Islam diterapkan sebagai sebuah sistem lengkap, Islam menyediakan
sarana untuk berprestasi di segala bidang seperti ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di masa lalu, individu di bawah Khilafah membuat kontribusi yang
luar biasa untuk bidang medis.

Khilafah pada masa itu menyediakan banyak rumah sakit kelas satu dan dokter
di beberapa kota: Baghdad, Damaskus, Kairo, Yerusalem, Alexandria, Cordova,
Samarkand dan banyak lagi. Kota Baghdad sendiri memiliki enam puluh rumah
sakit dengan pasien rawat inap dan pasien rawat jalan dan memiliki lebih
dari 1.000 dokter.

Rumah sakit umum seperti Bimaristan al-Mansuri, didirikan di Kairo pada
tahun 1283, mampu mengakomodasi 8.000 pasien. Ada dua petugas untuk setiap
pasien yang melakukan segala sesuatu untuk diri pasien agar mendapatkan
kenyamanan dan kemudahan dan setiap pasien mendapat ruang tidur dan tempat
makan sendiri. Para pasien baik rawat inap maupun rawat jalan di beri
makanan dan obat-obatan secara gratis.

Ada apotik dan klinik berjalan untuk perawatan medis bagi orang-orang cacat
dan mereka yang tinggal di desa-desa. Khalifah, Al-Muqtadir Billah,
memerintahkan bahwa setiap unit apotik dan klinik berjalan harus mengunjungi
setiap desa dan tetap di sana selama beberapa hari sebelum pindah ke desa
berikutnya.

Dari catatan sejarah di atas, kita melihat bahwa ketika Penguasa benar-benar
menerapkan aturan Allah SWT, barulah saat itu masyarakat akan benar-benar
berkembang dan berhasil. Namun, penting untuk diingat bahwa kemajuan materi
tidak menyamakan dengan kesuksesan sejati - mencari keridhaan Allah SWT.

Bagi khalifah hal tersebut bukan hanya tentang bagaimana menyediakan
pelayanan medis, melainkan untuk memenuhi kebutuhan warga yang dirinya
dipercayakan untuk bertanggung jawab atas mereka.(fq/khilafah.com)

http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/pelayanan-kesehatan-di-masa-kek
halifahan-islam.htm




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke