Refleksi : KPK dikerdilkan berarti  korupsi  dikasi "growth hormone (GH)"! 

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/05/142445/70/13/KPK-yang-Terus-Dikerdilkan

KPK yang Terus Dikerdilkan 
Kamis, 13 Mei 2010 00:01 WIB


Sekaranglah saat yang paling kentara untuk menyaksikan pengerdilan secara 
teratur dan berkelanjutan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi. Apa yang 
disebut dengan corruption fights back sungguh nyata. 

Yang menyedihkan adalah gelombang serangan balik terhadap KPK justru datang di 
saat mega korupsi yang berjubah kebijakan dan sesuai aturan mulai terbongkar 
dari dalam gedung dan otoritas negara. Salah satunya adalah korupsi di 
kepolisian yang dibongkar kotak pandoranya oleh polisi sendiri. Namanya Susno 
Duadji. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani yang masih terkait penyelidikan di balik 
megaskandal Century diberi golden exit ke Bank Dunia atas nama gengsi bangsa 
dan negara. Negara dengan jelas memperlihatkan ketidaksukaan terhadap peluru 
antikorupsi yang semakin gencar mengarah ke jantung kekuasaan. 

KPK yang dilahirkan dengan semangat menggebu untuk memerangi korupsi mulai 
dipreteli giginya satu demi satu. Dari revisi UU Tipikor yang sengaja diulur 
oleh eksekutif dan legislatif, sampai dengan komposisi kepemimpinan lembaga 
super itu yang dibuat timpang. 

Dari skenario kriminalisasi Chandra Hamzah dan Bibit Chandra yang kemudian 
seolah-olah diselamatkan oleh presiden, sampai pengurangan budget operasi di 
bawah gertakan DPR. 

Kini dlanjutkan lagi dengan penarikan empat tenaga penyidik oleh kepolisian 
dengan alasan rotasi biasa. Sesuatu yang dikatakan biasa tetapi terasa betul 
tidak biasa. Kebetulan yang terasa betul direncanakan. 

Ujung tombak bagi gigi KPK ada di tenaga penyidik. Bagaimana mungkin sebuah 
lembaga penegak hukum bisa bekerja tanpa penyidik yang cukup? Bagaimana KPK 
disuruh menggigit kalau taringnya dicabut satu demi satu? 

Ketika kepolisian mengatakan penarikan empat tenaga penyidik sebagai rotasi 
biasa, terasa betul tidak biasa karena terjadi di saat Anggodo, makelar kasus 
yang selama ini mengatur kepolisian dengan uangnya mulai menghadapi 
persidangan. 

Perang terhadap korupsi tidak cukup hanya diwadahi melalui lembaga super 
seperti KPK. Perang itu sukses hanya bila negara memiliki komitmen besar dengan 
kejujuran besar. 

Dalam praktek, sangat kentara perang itu mulai kehilangan komitmen dan 
kejujuran. Adalah berbahaya sebuah perang terhadap korupsi yang kental dijiwai 
oleh muslihat dan persiasatan. 

Itulah nasib yang sedang dialami KPK. Lembaga yang dipaksa menggigit tapi mulai 
diompongkan. Inilah negeri yang tidak pernah mau berubah karena terbius oleh 
kenikmatan persekongkolan uang dan kekuasaan

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to