Anda tidak menghargai ibu yang sudah melahirkan anda sendiri dengan perkataan anda Bertobat bah HMNA. Anda sudah tua.. tidak sepantasnya berperilaku menghina kepada perempuan..
:D On Jul 5, 2010, at 7:50 AM, H. M. Nur Abdurahman wrote: > Mia wrote: > Jadi kesimpulannya HMNA ulama makar yang mendukung teroris? Kapan ditertibkan > ulama kayak gini? > ###################################################### > HMNA: > Mia ngeyel lagi, dasar cerewEt. Dalam perbendaharawan sastra klasik Makassar > tertulis: > -- Buru'nea bajiki pikkiranna karuai ulunna, bainea tau nibaia jai bicaranna > karuai bawana, artinya: > -- Laki-laki pandai berpikir karena dua kepalanya, perempuan (baine) yaitu > yang dikendarai (tau nibai) banyak bicaranya karena dua mulutnya. Cobalah Mia > buktikan bahwa sastra klasik Makassar spesifik ini tidak benar DENGAN CARA > MIA JANGAN CUMA NGEYEL SAJA secara sporadis, TULISLAH ARTIKEL UNTUK > MENUNJUKKAN HMNA ITU TERRORIST (huruf kapital maksudnya bagian yang digaris > bawahi). > > *** > > Catatan Jubir HTI: The Jakarta Post dan Bias Media (iasma) > > Menurut para pakar komunikasi, apa yang iasma pada media massa cetak, atau > yang kita lihat di media elektronik, sesungguhya adalah realitas tangan kedua > (second-hand reality). Maksudnya, apa yang iasma atau kita lihat dan kita > dengar itu bukanlah realitas sesungguhnya melainkan formulasi atas realitas > yang ada, yang dihasilkan melalui proses-proses olah jurnalistik baik dalam > penulisan, pengambilan gambar, editing, sorting (penyaringan) dan sebagainya. > Semua itu tentu sangat bergantung pada person-person yang melakukan tugas > itu. Oleh karena itu, meski dalam teori pers harus bersikap netral, dalam > kenyataannya pemberitaan media iasm selalu mengalami bias. > > Seberapa bias dan kemana pembiasan itu terjadi sangatlah dipengaruhi oleh > iasma dan kepentingan dari media tersebut. Semakin besar ketidakselarasan > iasma dan kepentingan media terhadap obyek pemberitaan, maka kemungkinan > terjadinya bias akan semakin besar. Itu terjadi pada banyak media, di > antaranya ias The Jakarta Post. Lihatlah bagaimana ias ini menulis soal > syariah, Khilafah dan kegiatan gerakan Islam, termasuk Hizbut Tahrir > Indonesia (HTI). > > Dalam kasus gugatan kelompok AKKBB terhadap UU Nomer 1 PNPS Tahun 1965 > misalnya, ias The Jakarta Post (TJP) pada tanggal 2 Februari 2010 > memberitakan penolakan yang dilakukan oleh HTI dengan judul, "Militant Groups > Ready to Defend Controversial Law. TJP menulis, "The Islamic Defenders Front > (FPI) and Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) said they would defend the > controversial blasphemy law, calling the move to scrap the 45-year-old law as > an attempt to "liberalize" and destroy Islam. The two radical groups have met > with Religious Affairs Minister Suryadharma Ali to lend their support to the > government to fight against the plan of human rights groups to have the law > reviewed by the Constitutional Court." > > Penggunaan istilah 'militant groups' atau 'radical groups' tentu sangat > tendensius karena istilah ini memberikan konotasi yang buruk; seolah HTI > adalah kelompok yang anti dialog dan cenderung pada kekerasan. Lagi pula yang > menolak bukan hanya HTI. Banyak ormas Islam lain seperti NU dan Muhammadiyah > yang juga menolak, tetapi tak terlalu ditonjolkan. > > Bukan hanya menyebut HTI sebagai kelompok iasma atau kelompok radikal, TJP > juga menyebarkan kabar insinuatif yang mengatakan bahwa HTI turut serta dalam > pertemuan dengan Menteri Agama. Meski ias ini hanya mengutip kuasa ias > kelompok AKB, Uli Parulian, tidak tampak usaha TJP untuk melakukan pengecekan > kepada HTI. TJP pada 4 Februari 2010 menulis: Uli Parulian Sihombing, a > lawyer for the review petitioners, deplored the meeting between the religious > minister and the militant groups. "A minister should not conduct such a > meeting. The worst thing is, we are also informed that the meeting used state > funds," he told the Post. > > Lebih keji lagi, TJP juga menulis kabar fitnah, bahwa demo AKKBB pada Juni > 2008 lalu diserang oleh anggota HTI: In 2008, a pro-Ahmadiyah group called > the National Alliance for the Freedom of Faith and Religion, was attacked by > FPI and Hizbut Tahrir members, who strongly supported the government's move > to ban Ahmadiyah. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. > > Untuk menambah kuatnya opini terhadap buruknya tindakan HTI dan berbagai > ormas Islam yang menolak judicial review terhadap UU Nomer 1 PNPS Tahun 1965, > TJP memuat sejumlah komentar dari Pembaca yang tentu saja kebanyakan > mendukung kelompok AKKBB itu. Di antaranya: > > "Way to go, NGO! Crush the law (Hancurkan UU itu), it's so out-of-date (Itu > UU kuno)." (Jeffrey, Jakarta). > "This is the problem when religious entities obtain political power (Inilah > problem ketika kelompok agama mendapatkan kekuasaan politik." (Sheldon > Archer, Probolinggo, East Java). > "This is a battle between an ultra-conservative theocratic dictatorship > versus a liberal democracy which upholds human rights and freedom even for > the minorities (Ini adalah pertempuran antara kediktatoran teokratik > ultrakonservatif versus demokrasi liberal yang membela hak asasi manusia dan > kebebasan terhadap minoritas)." > ++++ > Bukan hanya soal judicial review, TJP juga sangat bias dalam pemberitaan > mengenai Ahmadiyah. Dalam setiap tulisan dan pemberitaannya, tampak sekali > pembelaannya terhadap Ahmadiyah. Di antaranya dengan memuat opini berjudul > Comparing the Ahmadiyah and the Hizbut Tahrir yang ditulis Bramantyo > Prijosusilo pada 16 April 2008. Bukan hanya membela Ahmadiyah, artikel ini > sekaligus menohok HTI. > > Dalam tulisannya, Bram berusaha membandingkan antara Ahmadiyah dan HT. Bahwa > Ahmadiyah, sebagaimana HT, juga menjadikan khalifah dalam kepemimpinannya. > Bedanya, dalam Ahmadiyah, khalifah adalah kepemimpinan kelompok, sedangkan > dalam HT, khalifah adalah kepala iasm dari sebuah iasm yang memiliki > konstitusi tersendiri, kekuatan angkatan bersenjata dan batas-batas geografis. > > Selanjutnya Bram menyatakan, tentu ada banyak perbedaan fundamental antara > Ahmadiyah dan HT. Perbedaan utamanya adalah HT bertujuan untuk menegakkan > Khilafah. Di mana saja HT selalu aktif menyatakan bahwa demokrasi adalah > pandangan hidup Barat. Sangat jelas dalam website-nya, HT menampakkan > kebencian terhadap Yahudi dan Barat yang digambarkan sebagai penjahat yang > mengontrol dunia, yang hanya dapat dikalahkan melalui tegaknya Khilafah. > Sebaliknya Ahmadiyah dalam websitenya memproklamirkan moto, "Love for All, > Hatred for None" dan tidak bertujuan untuk meruntuhkan pemerintahan manapun > dan bentuk pemerintah apapun. > > Menurut Bram, Ahmadiyah dan HT dilarang di sejumlah iasm dengan iasm yang > berbeda. HT dilarang di banyak iasm Timur Tengah karena hendak menggulingkan > pemerintahan. Di sejumlah iasm Uni Eropa, HT dilarang karena > mengembangkan pandangan Anti Semit, dan beberapa teroris ditengarai mempunyai > link dengan HT. Ahmadiyah dilarang di sejumlah iasm Islam karena mereka > dinilai sebagai kelompok menyimpang dari Islam, khususnya pada keyakinan > bahwa Mirza Ghulam Ahmad sebagai Mesiah yang dijanjikan. Di Indonesia, MUI > meminta agar Ahmadiyah dilarang, dan sejumlah organisasi Islam telah > menyerang dan menutup masjid Ahmadiyah. Sebaliknya, HTI justru menikmati > dukungan dari beberapa menteri dan sejumlah organisasi Islam. > > Kemudian Bram secara provokatif mengatakan, ada satu hal yang patut > dipertanyakan, jika Ahmadiyah yang menyerukan cinta kepada semua dan tanpa > kebencian kepada seorang pun, sementara HT menyerukan kebencian terhadap > demokrasi dan menyerukan penghancuran terhadap iasm-negara yang ada, mengapa > yang terjadi di Indonesia, orang lebih khawatir terhadap Ahmadiyah ketimbang > kepada HT yang berideologi anti demokrasi? Mengapa pula ada menteri dalam > iasm (SBY) yang mendukung iasma yang teokratik dan anti demokrasi dengan > tujuan untuk menghancurkan iasm untuk menggantikannya dengan Khalifah. > Bukankah ini sebuah sikap hipokrit? > > Di bagian lain, Bram juga menuduh, dengan mengutip Ed Husain (yang pernah > hanya beberapa saat ikut halqah bersama HT Britain), bahwa HT banyak > menggunakan metode Lenin dan Trotsky. Mungkin karena pemikiran Lenin sudah > puluhan tahun dilarang di sini, maka tidak seorang pun ias menunjukkan ada > pengaruh Lenin dalam metode HT. Hanya karena HT mengemas ide Lenin dalam > jargon Islam, tidak berarti Leninisme tidak ada. > > Baik Ahmadiyah maupun HT keduanya memang mengajak orang untuk mempercayai > Islam yang menjadi versinya. Bedanya, Ahmadiyah lebih concern pada aspek > spiritual, sedangkan HT pada aspek politik. Ahmadiyah akan bahagia melihat > Republik Indonesia menjadi lebih damai dan sejahtera, sedangkan HT akan > merasa senang bila berhasil menghancurkan Republik Indonesia dan menegakkan > Khilafah. Jadi mana yang lebih berbahaya untuk iasm ini? > ++++ > Tulisan Bram itu jelas salah besar, sangat tendensius dan provokatif. Metode > perjuangan HT murni dipetik dari metode dakwah Rasulullah saw. Tidak > sedikitpun tercampuri metode di luar Islam, apalagi dari tokoh komunis > seperti Lenin. Bagaimana pula ias menyimpulkan bahwa HT ingin menghancurkan > Indonesia? HT, melalui penerapan syariah di bawah naungan Khilafah yang > tengah diperjuangkannya itu, justru ingin menyelamatkan Indonesia. Justru > sekularisme dengan Kapitalisme itulah yang sesungguhnya telah menghancurkan > Indonesia sebagaimana tampak dewasa ini dengan maraknya berbagai persoalan > tengah melanda negeri ini dalam seluruh aspek seperti kemiskinan, kerusakan > moral, korupsi, ketidakadilan dan sebagainya. > > Tulisan ngawur seperti itu tidak akan mungkin muncul di ias yang banyak > dibaca oleh para ekspatriat dan diplomat asing di Jakarta kecuali bahwa > pengelola ias ini memang berideologi iasm dan anti ide-ide Islam yang > dikembangkan oleh HT, serta bertujuan mengembangkan kebencian pada kelompok > dan ide politik Islam. Di sinilah bias itu terjadi, dan akan terus terjadi, > karena itu memang telah menjadi tugas suci mereka. > Waspadalah! > ---------------------------------------------------------- > (*) > Update > MK Tolak Permohonan Uji UU Penodaan Agama > Ketua Majelis Hakim Mahfud MD mengetuk palu sebagai tanda telah diputuskannya > Pengujian UU Penodaan Agama, Senin (19/04) di ruang Sidang Pleno MK. > > Jakarta, MK Online - Setelah melalui proses persidangan yang panjang akhirnya > Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak permohononan uji materi UU > 1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (UU Penodaan > Agama), Senin (11/04), di ruang sidang pleno MK. Pembacaan putusan ini > dibacakan oleh sembilan Majelis Hakim Konstitusi yang diketuai oleh Moh. > Mahfud MD. > Perkara No.140/PUU-VII/2009 ini dimohonkan tujuh Pemohon badan hukum > (organisasi non pemerintah), yakni Perkumpulan Inisiatif Masyarakat > Partisipatif untuk Transisi Berkeadilan (IMPARSIAL), Lembaga Studi dan > Advokasi Masyarakat (ELSAM), Perkumpulan Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak > Asasi Manusia (PBHI), Perkumpulan Pusat Studi Hak Asasi Manusia dan Demokrasi > (Demos), Perkumpulan Masyarakat Setara, Yayasan Desantara (Desantara > Foundation), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), dan tiga > Pemohon perorangan, yakni, (Alm) K.H. Abdurahman Wahid, Prof. DR. Musdah > Mulia, Prof. M. Dawam Rahardjo, dan KH. Maman Imanul Haq. (RN Bayu Aji) > > (**) > BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM > > WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU > [Kolom Tetap Harian Fajar] > 831 AS Tak Pantas Ikut Campur Urusan FPI dan Klarifikasi > > Fraksi-PKS Online: Kecaman Duta Besar AS terhadap insiden Monas mendapat > reaksi dari anggota komisi III DPR RI Ma'mur Hasanuddin. Menurutnya AS tak > pantas turut campur persoalan dalam negeri Indonesia. "AS tidak patut ikut > campur dan turut mengecam FPI, karena mereka selalu diam menyaksikan > pembantaian Israel terhadap anak-anak dan wanita Palestina. Dunia juga > melihat bagaimana tangan AS berlumuran darah di Afgan dan Irak", kata Ma'mur > usai rapat pleno Fraksi PKS di Senayan. Ma'mur juga mengingatkan agar AS > tidak ikut memperkeruh opini terhadap apa yang terjadi di dalam negeri > Indonesia. Menurutnya persoalan kekerasan yang terjadi harus dilihat secara > proporsional, jangan hanya melihatnya secara sepihak. Dia juga menyayangkan > sikap Presiden yang over acting dalam menyikapi kejadian di Monas, yaitu > bicara keras tanpa mengumpulkan bukti-bukti terlebih dulu. > > Pakar komunikasi Universitas Hasanuddin, Aswar Hasan mengatakan, fenomena > bentrokan antara Front Pembela Islam (FPI) dan Aliansi Kebangsaan dan > Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) adalah efek dari "kekerasan > simbolik" yang selama ini terjadi. Menurut Aswar antara FPI dan AKKBB adalah > dua titik ektrem yang harus sama-sama dilihat secara fair dan jujur. Apa yang > dilakukan FPI belum tentu sepenuhnya salah dan apa yang dilakukan AKKBB juga > belum tentu sepenuhnya benar. Akar persoalan ini, menurut Aswar tak pernah > dilihat secara adil dan fair. Terutama oleh media massa dan pemerintah. > > "Secara hukum, kekerasan berupa serangan itu bisa disalahkan. Namun secara > psikologis, apa yang dilakukan itu harus bisa kita pahami bersama. Agar > 'kekerasan simbolik' segelintir kelompok tidak terjadi lagi, maka, negara > harus segera turun tangan atas setiap tindakan pelecehan terhadap > simbol-simbol agama yang diyakini mayoritas umat. Adalah tak adil jika media > dan pemerintah hanya mengikuti pendapat seorang Dewan Pertimbangan Presiden > (Watimpres) sementara mengabaikan pendapat jutaan orang. Mana suara NU dan > Muhammadiyah? Mana suara ormas-ormas Islam yang lain, yang dalam hal ini > sebagai representasi riil keberadaan umat?", demikian Aswar. > > Karenanya, menurut Aswar, "semua pihak--terutama media massa--harus melihat > persoalan secara adil dan fair. Sebab ketidak-adilan yang dibangun pers dalam > kasus seperti ini, hanya akan melahirkan 'tirani minoritas' dan akan > terus-menerus berulang," ujarnya. Yang lebih berbahaya, menuurut Aswar, > dibanding kekerasan fisik, kekerasan simbolik jauh lebih menyakitkan dan > berimplikasi panjang. > > *** > > Karena mas media, baik elektronik maupun grafika dalam pemberitaannya berat > sebelah kepada kelompok liberal, mengadu-domba NU vs FPI, bahkan dalam sebuah > talk show telah merusak citra NU, yang seyogyanya anti terhadap Ahmadiyah, > maka eloklah jika dikemukakan Firman Allah: > -- YAYHA ALDZYN AMNWA AN JAaKM FASQ BNBA FTBYNWA (S.ALHJRAT, 49:6), dibaca: > -- ya-ayyuhal ladzi-na a-manu- in ja-kum fa-siqum binabain fatabayyanu- > -- Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasiq dengan > berita, maka lakukanlah klarifikasi. > > [http://www.detiknews.com/indexfr.php?] Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi > menyatakan akan memberi sanksi pada oknum-oknum NU yang mengadu-domba NU > dengan FPI. Hasyim menyatakan pula bahwa NU tidak membela Ahmadiyah yang > jelas-jelas sesat sebagaimana yang dilakukan AKKBB. Hasyim juga menyinggung > oknum-oknum NU pro Gus Dur dan Ulil seperti Lakspedam, GP Ansor, dan Garda > Bangsa yang berpikiran Liberal sehingga dalam membela aliran sesat bahkan > sampai-sampai menyerang sesama Muslim. > > Apel Akbar AKKBB bukan untuk peringatan hari Pancasila, melankan pembelaan > terhadap Ahmadiyah. Komisaris Besar Heru Winarko, menyesalkan apel tsb, > karena pertama, sebelumnya, menurut Heru, pihak Polda telah menyarankan > kepada AKKBB agar apel akbar tidak dilakukan pada hari 1 Juni tsb. Kedua > karena AKKBB ngotot untuk tetap melakukan aksinya juga pada 1 Juni itu, maka > ditunjukkan untuk di Bundaran Hotel Indonesia saja, tahu-tahu mereka apel di > Monas. > > Komandan Komando Laskar Islam (KLI), Munarman menegaskan bahwa apa yang > terjadi di sekitar Monas pada Ahad (1/6) justru disebabkan karena provokasi > yang dilakukan oleh para pendukung Ahmadiyah. "Kami memiliki bukti video > bahwa di antara para pendukung Ahmadiyah yang tergabung dalam AKKBB ini ada > yang membawa senjata api dan bahkan sempat diletuskan. Selain itu mereka juga > menghina, menjelek-jelekkan bahkan memaki-maki kami terlebih dulu," tegas > Munarman dalam konferensi pers di markas FPI, Jakarta Senin (2/6). "Saya juga > tegaskan bahwa itu bukanlah FPI, namun beberapa laskar ormas Islam yang > tergabung di bawah KLI yang dikomandani saya sendiri," tegas Munarman. > > Pernyataan senada dilontarkan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) > Ismail Yusanto. "Mereka mengumpat dan memaki-maki, mereka katakan Laskar > Kafir, Laskar Syetan dan sebagainya. Ada bukti video yang memperlihatkan > seorang peserta aksi berkaos putih dengan sebuah pita merah putih di lengan > kirinya sempat mengeluarkan sebuah senjata api dan menembakkannya," kata > Yusanto. > > Saidiman, Korlap AKKBB, yang aktivis JIL Utan Kayu menyebut "Islam anjing!". > Lihat beritanya => > http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6944&Itemid=1 > > *** > > Lambatnya pemerintah dalam menyelesaikan kasus Ahmadiyah menjadi pangkal > konflik sosial yang terjadi. Kekerasan yang dilakukan oleh beberapa laskar > ormas Islam yang tergabung di bawah KLI--jadi bukan FPI, yang berhari-hari > menjadi bulan-bulanan mas media neolib--harus dilihat sebagai reaksi atas > ketidak-tegasan pemerintah terhadap Ahmadiyah. > > Ala kulli hal, Pemerintah dihimbau untuk segera mengambil keputusan tegas > mengenai keberadaan aliran-aliran sesat agama di dalam agama di Indonesia > seperti Ahmadiyah. Karena jika hal itu tidak dilakukan, maka konflik > horisontal akibat reaksi atas tindak kekerasan non-fisik (simbolik), tidak > mustahil akan berulang terus. WaLlahu a'lamu bisshawab. > > *** Makassar, 8 Juni 2008 > [H.Muh.Nur Abdurrahman] > http://waii-hmna.blogspot.com/2008/06/831-as-tak-pantas-ikut-campur-urusan.html > > ----- Original Message ----- > From: <al...@yahoo.com> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > Sent: Monday, July 05, 2010 21:28 > Subject: Re: mesttinya ranggas <= Re: [wanita-muslimah] FPI Akan Bongkar > Patung Naga di Kota > > Jadi kesimpulannya HMNA ulama makar yang mendukung teroris? Kapan ditertibkan > ulama kayak gini? > > Salam > Mia > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/