Sebenarnya semangat ta'assubiyah atau semangat primordial itu adalah hal lumrah 
dan sunnatullah, coba amati tarikh islam :

1) Era kekhalifahan Khulafaur Rasyidin (Abu bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin 
Affan dan Ali bin Abi Thalib adalah keturuna Quresy) nampak Qureisy oriented, 
yang non Quresy apakah tidak berkualitas dan kalah alim ?? faktanya figur 
seperti Bilal (dari Habsyi) atau Salman al Farisi (dari Persia) tidak nampak 
peranannya di bidang pemerintahan / kekuasaan. Padahal pada erak Kekhalifan 
Umar bin Khattab, melibatkan orang persia untuk memperkuat administrasi dan 
pembukuan negara, yang konon wafatnya Umar adalah hasil konspirasi orang 
majuzi. Sebenarnya sepeninggal Nabi Muhammad muncul ide dari pihak Anshar (yang 
merasa berkontribusi dalam membentuk komunitas muslim di bawah Nabi Muhammad) 
untuk menjagokan
 tokohnya sebagai khalifah pengganti Nabi Muhammad tetapi kalah suara dengan 
pihak muhajirin dengan dimotori oleh Umar Bin Khattab yang menampilkan 
Abubakar. Dan konflik mereda karena keduanya (anshar dan muhajirin) deal dengan 
kotokohan Abubakar. Pada era Khalifah Utsman isyu besar yang muncul adalah 
nepotism, pengangkatan pejabat dari kalangan dekat Utsman saja, sedangkan pada 
era Khalifah Ali bin Abi Thalib pecah perang sudara yaitu perang Jamal 
(Thalhah, Zubair di satu pihak vs Ali bin Abi Thalib adalah termasuk sahabat 
yang dijamin masuk syurga oleh hadits nabi, disebut jamal kalau Aisyah --  satu 
kubu dengan Thalhah dan Zubair -- menunggang onta alias jamal) dan perang 
Shiffin (Muawiyah Vs Ali adalah sahabat-sahabat utama Rasulullah) yang menurut 
Ibnu Taimiyyah mempertanyakan siapa yang salah atas pecahnya kedua konflik tsb 
adalah bid'ah.

2) Era Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah juga arab oriented, yang non arab 
(persia dan seljuk) ya
 tidak mendapatkan tempat. Peralihan dari bani umayyah ke bani abbasiyah juga 
lewat pertumpahan darah bahkan pendiri kekhalifahan abbasiyah bergelar, "abu 
abbas as saffah = abu abbas sang penumpah darah"

3) Era kekhalifahan turqi utsmani, karena non arab (bani seljuk) ya seljuk 
oriented, yang arab tidak mendapatkan tempat, makanya ketika kekhalifahan turqi 
utsmani, keluarga arab saud bergandengan ria dengan kaum kafir USA sehingga 
muncul nation state KSA (Kingdom of Saudi Arabiyah).

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- Pada Sel, 13/7/10, papabonbon <masar...@gmail.com> menulis:

Dari: papabonbon <masar...@gmail.com>
Judul: Re: [wanita-muslimah] Jongos / Masalah permainan harem dan Sebab2  
runtuhnya Khilafah Islamiyah
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 13 Juli, 2010, 6:03
 AM







 



  


    
      
      
      yang lebih gila lagi, praktik kekhalifahan yang seperti ini mau

dilestarikan.  mau pilih pemimpin gila yang seperti apa sih, umat islam ini

? hehehehe :D



salam,

papabonbon.wordpress.com



2010/7/12 donnie damana <donnie.dam...@gmail.com>



> Jangankan dikebiri, sejak Sultan Mehmed 2 untuk meminimalisir kemungkinan

> kudeta, mereka membunuh saudara laki2nya. Yang aneh, karena dilarang

> menumpahkan darah di Istana, maka pembunuhan dilakukan dengan mencekik

> saudara2 nya dengan selendang sutra :D

> Praktek tersebut kemudian ditinggalkan dan digantinkan dengan mengurung

> para calon penerus tadi di lingkungan harem tanpa bisa berkomunikasi dengan

> orang lain, banyak yang secara mental menjadi tidak stabil. Bahkan anak

> rajanya sendiri harus tinggal di Harem saja sampai raja yang berkuasa

> meninggal (dan tidak boleh kawin serta punya keturunan).

>

> Itu salahs satu penyebab runtuhnya khilafah Ottoman, karena adanya krisis

> kepemimpinan. Karena banyak calon penerus yang menjadi gila karena proses

> isolasi, dan tidak dilibatkan dalam pemerintahan sebelumnya sehingga tidak

> mempunyai kekuatan politik yang cukup kuat untuk mendukung pemerintahan

> berikutnya.

>



[Non-text portions of this message have been removed]





    
     

    
    


 



  






Reply via email to