Pak Chodijim, kalau kajian ilmu tanah, saya makmum saja pak, panjenengan 
imamnya. :)

Wassalam
Abdul Mu'iz

--- Pada Sab, 24/7/10, chodjim <chod...@gmail.com> menulis:

Dari: chodjim <chod...@gmail.com>
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 24 Juli, 2010, 10:45 PM







 



  


    
      
      
      Mas Muiz,



Kalau kita mempelajari ilmu tanah, hal-hal itu ada dalam kaidah tekanan air, 
tekanan tanah, dan tekanan air tanah. Sebenarnya, Alquran itu memberitahukan 
sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui oleh manusia pada umumnya. Itu 
mukjizat Alquran.



Sayangnya, umat Islam terpana pada mukjizat itu, dan tidak ingin mengetahui 
lebih lanjut sehingga mampu menghasilkan karya jenius. Kita ini hanya bisa 
bertepuk tangan.... dan sebatas percaya pada mitos.



Apa yang diceritakan Mas Muiz di Bali, kejadian yang sama ada di Tuban, di sana 
ada sumur di pantai dan air sumur itu tetap tawar. Lalu, dimitoskan sebagai 
karomah Sunan Bonang.... 



Padahal, sebelum daratan suatu pulau tergerus oleh air laut atau abrasi, sejak 
jutaan tahun yang lalu daratan telah menampung air hujan. Sebagian air hujan 
itu jatuh di permukaan tanah dan jadilah air lepas yang menuju ke tempat-tempat 
yang lebih rendah (kubangan, jublang, telaga, situ, danau) dan atau langsung ke 
sungai (kali). Sebagian lagi meresap ke bagian dalam lapisan tanah, dan dari 
air yang meresap di dalam tanah ini ada yang keluar sebagai air sumber. Dan..., 
sebagain air hujan di daerah-daerah pegunungan atau dataran yang tinggi, ada 
yang masuk ke bagian tanah yang kedap lewat celah antar lempeng bebatuan. Di 
bagian tanah yang kedap ini tekanan air amat sangat tinggi, bisa puluhan hingga 
ratusan atm tergantung ketinggian datarannya. Bila di dataran rendah air yang 
berada di tanah kedapnya itu berasal dari dataran tinggi --yang tinngginya di 
atas 2000 m dpl  dan amat luas-- maka sangat besar tekanannya.



Nah, di daerah rendah yang terjadi retakan lapisan batu kedap air secara alami, 
maka air itu akan memancar ke atas permukaan. Bila hal ini terjadi di laut, air 
ini akan menerobos air laut dan tentunya air yang tekanannya berbeda ini tetap 
tawar. Bila di daratan, dan dilakukan pengeboran yang dalam dan menembus 
lapisan batu kedap air, maka airnya akan menyembur ke luar permukaan dan 
disebut air artesis.



Cukup sekian, agar nggak kepanjangan dan malah membuat bingung pembacanya, 
hehehe....



Wassalam,



chodjim



----- Original Message ----- 

  From: Abdul Muiz 

  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 

  Sent: Friday, July 23, 2010 5:58 PM

  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?



kalau  di muara sungai, bukan dua laut yang mengalir. Satu 

  sungai, satu laut. Bergeser ke arah laut, perbedaan salinitas membentuk 

  pynocline. Tetapi sekali lagi, juga bukan dua laut mengalir, karena 

  batasnya adalah batas level, bukan teritorial.



Kalau merujuk qur'an, "Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir 
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan 
Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi" (Al Furqan : 53)



Yang disampaikan Al qur'an tsb memang telah dibuktikan oleh berbagai penelitian 
ilmuwan antara lain :



1) Adanya di pertemuan Laut Merah dan Samudera Hindia (Teluk Aden) <--- 
berdasarkan penelitian scientist Jerman



2) Juga di pertemuan Laut Tengah dan Samudera Atlantik (Selat Gibraltar) <--- 
berdasarkan penelitian Cousteau



Just info, di Singaraja - Bali, tepatnya di desa Sahih (sekitar 17 km) 
merupakan tempat wisata kolam renang. Air dari kolam pemandian ini sangat 
jernih dan menyegarkan. Air memancar

  tiada henti dari bawah pasir dan mengalir lagi ke laut. Meskipun 

  lokasinya tepat di pinggir pantai, uniknya air di kolam pemandian ini 

  adalah air tawar, bukan asin.



Wassalam

  Abdul Mu'iz



--- Pada Sab, 24/7/10, H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id> 
menulis:



Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrah...@yahoo.co.id>

  Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?

  Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com

  Tanggal: Sabtu, 24 Juli, 2010, 7:03 AM



----- Original Message ----- 



From: "Waluya" <wal...@plasa.com>



To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>



Sent: Friday, July 23, 2010 17:07



Subject: [wanita-muslimah] Re: Allah itu Personal?



> "Yudi Yuliyadi" <y...@...> wrote:



> Sudah dijelaskan oleh harun yahya dengan ilmu pengetahuan, mengapa 



> setiap laut memiliki kadar garam yang berbeda dan mengapa air tawar 



> tidak bis menyatu dengan air asin tetapi terpisah



Ikut nimbrung, tapi cuma merasa terganggu sekali dengan kalimat "air tawar 
dengan air asin tidak menyatu". 



######################################################################################



HMNA:



Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara televisi `Discovery' pasti 
kenal Mr.Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli kelautan (oceanografer) dan ahli 
selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang 
hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film 
dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton jutaan pemirsa di 
seluruh dunia.



Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia 
menemukan beberapa kumpulan air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena 
tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, 
seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.



Fenomena ganjil itu membuat penasaran Mr. Costeau dan mendorongnya untuk 
mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah 
lautan. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung 
mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.



Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia 
pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran 
tentang bertemunya dua lautan: 



-- Wa huwa lladziy maraja lbahrayni ha-dzaa 'adzbun furaatun wa ha-dzaa milhun 
ajaajun wa ja'ala baynahumaa bazakhan wa hiran tahjuwran (S. Al Furqaan, 
25:53), artinya: 



-- Dialah (Allah) yang mempertemukan dua laut, yang ini tawar lagi segar dan 
yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antar keduanya dinding dan batas 
yang menghalang di antara keduanya. 



-- Maraja lbahraini yaltaqiya-ni . Baynahumaa barzakhun laa yabghiya-ni (S. 
ArRahma-n, 55:19-20), artinya: 



-- Dialah (Allah) biarkan dua lautan bertemu . Di antara keduanya ada batas 
yang tidak bisa ditembus. 



Biasanya para penafsir mengatakan pertemuan air tawar dengan air lau di muara 
sungai, ada juga yang menafsirkannya dengan Terusan Suez. Namun penafsiran ini 
tidak memuaskan, karena tidak dapat menjelaskan apa yang disebutkan dalam ayat 
yang berikutnya: 



-- Yakhruju minhuma lu'lu`u wa lmarjaan (S.ArRahma-n, 55:22), artinya: 



-- Keluar dari keduanya mutiara dan marjan. 



Di muara sungai dan Terusan Suez tidak ditemukan mutiara dan marjan.



################################################################################



Maaf pisan, maksud Mas/Kang/ Pak Yudi teh bagaimana? Air tawar dengan air asin 
kalau dicampur, ya jelas akan jadi air payau (air setengah asin, tergantung 
kadar garamnya). Itu kejadian biasa, tidak perlu mengutip Harun Yahya, di dapur 
juga sering kejadian, kalau sayur keasinan, ya ditambah air tawar ..hehehe



Salam,



WALUYA



[Non-text portions of this message have been removed]



[Non-text portions of this message have been removed]



[Non-text portions of this message have been removed]





    
     

    
    


 



  







[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke