Indonesia, Target Misionaris Kaum Evangelis









google_protectAndRun("render_ads.js::google_render_ad", google_handleError, 
google_render_ad);

 

Jika di Barat agama Kristen mengalami krisis karena sedikit demi sedikit mulai 
ditinggalkan penganutnya, situasi berbeda terjadi di Asia. Sebuah artikel di 
situs majalah Time menyebutkan bahwa di kawasan Asia agama Kristen justeru 
mengalami perkembangan pesat, terutama aliran Kristen Evangelis yang jumlah 
penganutnya terus bertambah terutama di kalangan anak muda di kawasan Asia.
Dalam artikelnya, Time mengutip hasil survei Pew Forum on Religion and Public 
Life yang berbasis di Washington D.C. tentang peningkatan jumlah penganut agama 
Kristen secara umum di kawasan Asia. Menurut survei itu, pada terjadi 
peningkatan tajam jumlah penganut agama Kristen di Asia, jika pada tahun 1970 
jumlahnya cuma 101 juta orang, sampai tahun 2005 jumlah umat Kristiani di Asia 
mencapai 351 juta orang. Peningkatan terbanyak terjadi di kalangan penganut 
aliran Kristen Pantekosta dan Evangelis karena kedua aliran ini menyebarjan 
ajaran agama Kristen yang karismatik sehingga menarik minat banyak orang
Time juga menyebutkan, pada tahun 2050 nanti, dipekirakan mayoritas penganut 
agama Kristen berada di negara-negara berkembang, mulai dari daratan India, 
Korea sampai Cina. Pengaruh ajaran Pantekosta dan Evangelis yang tidak terlalu 
terikat oleh sejarah seperti agama Katolik Roma atau Protestan, membuat banyak 
orang yang berpindah keyakinan dan memeluk aliran agama Kristen ini. Pantekosta 
dan Evangelis lebih menekankan konsep ajaran Kristen untuk kesejahteraan, 
sebuah konsep teologi yang berkembang di Amerika. Konsep teologi ini lebih 
mengedepankan ajaran Kristen yang karismatik, menjanjikan kekayaan bagi 
penganutnya yang menjunjung tinggi moralitas.
Sebagai salah satu negara besar di Asia, Indonesia tak lepas dari pengaruh 
aliran Kristen ini, meski mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Time 
dalam artikelnya “Christianity’s Surge in Indonesia” mengklaim terjadi 
pertumbuhan yang pesat jumlah penganut Evangelis di Indonesia, dan kebanyakan 
mereka adalah penganut-penganut baru yang pindah agama menjadi penganut 
Evangelis. Untuk menggambarkan “booming” penganut aliran ini, Time bahkan 
menulis bahwa revolusi keagamaan sedang mengubah wajah Indonesia.
Pastor David Nugroho dalam artikel itu mengatakan, “Orang berpikir bahwa 
Indonesia cuma sebuah negara Muslim. Tapi lihatlah jamaah ini, kami tidak takut 
untuk menunjukkan keyakinan kami,” ujarnya sambil membanggakan jamaah gerejanya 
yang berjumlah sekitar 400 orang, sedang mengikuti kebaktian.
Time menulis, sulit mendapatkan jumlah pasti penganut Kristen di negara seperti 
Indonesia, dimana orang yang pindah agama dari Islam ke Kristen akan menghadapi 
stigmatisasi. Menurut sensus tahun 2000, penganut Kristen hanya 10 persen dari 
total penduduk Indonesia dan banyak pemuka umat Kristiani yang tidak percaya 
dengan angka ini. Mereka meyakini, jumlah penganut Kristen sebenarnya jauh 
lebih besar. Indikasi ini terlihat dari semakin banyaknya gereja-gereja yang 
dibangun di Indonesia. Di Temanggung misalnya, pada tahun 1960-an tak ada satu 
pun gereja Evangelis di daerah itu, tapi sekarang ada sekitar 40 gereja. Di 
ibukota Jakarta, juga banyak dibangun gereja-gereja yang megah, bahkan 
kebaktian sering diselenggarakan di tempat-tempat seperti hotel dan mall. Pada 
tahun 2007, di Manado dibangun patung Yesus Kristus tertinggi di Asia dan 
tersedianya saluran televisi Kristen yang tayang selama 24 jam.
Keberagaman Agama, Antara Berkah dan Musibah
Perlahan tapi pasti aliran agama Kristen Pantekosta dan Evangelis makin 
menancapkan pengaruhnya di Indonesia. Menurut Time, konsep keselamatan diri 
menjadi kekuatan aliran ini untuk mempengaruhi tipikal masyarakat negara-negara 
berkembang yang hidup di lingkungang padat penduduk dan kumuh, seperti 
kebanyakan masyarakat di Indonesia. Pada saat yang sama, kelompok masyarakat 
yang rentan ini menyaksikan ulah sekelompok muslim yang melakukan kekerasan 
dengan mengatasnamakan agama, aksi-aksi terorisme yang terjadi beberapa tahun 
belakangan ini dan menimbulkan banyak korban, memicu pertanyaan terhadap ajaran 
agama yang menjadi mayoritas di negeri ini. Ditambah lagi kecenderungan ke arah 
Islam konservatif yang mendorong munculnya aturan-aturan berbasis hukum Islam, 
misalnya penerapan aturan cara berpakaian bagi kaum perempuan.
Tidak semua Muslim bisa menerima pengaruh-pengaruh yang dianggap berasal dari 
Barat. Sehingga keberagaman penganut agama di Indonesia seringkali justeru 
memicu konflik, terutama antara Muslim dan Kristiani. Sebut saja konflik 
sektarian yang terjadi di Poso dan Ambon beberapa tahun yang lalu dengan korban 
diklaim mencapai 1.000 orang dari kedua belah pihak yang berkonflik. 
Benih-benih kekerasan berlatar belakang perbedaan keyakinan masih ada.
Masih dalam artikelnya, Time menulis bahwa kaum Kristiani mengkalim, selama 
bertahun-tahun kelompok-kelompok Islamis menutup dengan paksa gereja dan 
sekolah-sekolah agama Kristen dengan tuduhan mereka melakukan pemurtadan. 
Pemerintah, termasuk pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sekarang ini, tidak 
terlalu menonjol perannya dalam membela kelompok agama minoritas dan cuma bisa 
berdiam diri melihat pemerintahan-pemerintahan lokal yang menerapkan hukum 
syariah yang mengancam hak-hak umat Kristiani.
Penganut Kristen di Indonesia seringkali mengeluhkan bahwa pemerintah lebih 
memberikan kemudahan izin pembangunan masjid dibandingkan izin pembangunan 
gereja. “Ada ketakutan terhadap penyebaran ajaran Kristen,” kata Mike Hilliard, 
seorang warga Skotlandia yang mengelola panti asuhan bersama isterinya, seorang 
perempuan Indonesia.
Pendeta Roman Katolik Romo Andang Binawan pada Time bahkan mengatakan bahwa 
dibandingkan situasi lima tahun yang lalu, hubungan antara Muslim dan umat 
Kristiani sekarang ini memburuk. “Banyak orang, termasuk pejabat pemerintah 
merasakan tekanan oleh sekelompok masyarakat yang menyebut diri mereka sebagai 
muslim yang baik, mereka takut disebut kurang bertaqwa jika terlalu dekat 
dengan penganut agama lain, bahkan mengucapkan ‘selamat natal’ bisa memicu 
persoalan,” kata Romo Andang.
Meski situasinya sulit, kelompok-kelompok misionaris Evangelis baik dari dalam 
maupun dari luar negeri begitu agresif dalam menyebarkan ajarannya dan mencari 
donasi. Meski fakta bahwa Indonesia mengakui enam agama resmi yaitu Islam, 
Kristen Katolik, Protestan, Budha, Hindu dan Konghucu, sulit menghindari adanya 
“benturan peradaban” berlatar belakang agama di Indonesia.

SAVE OUR FOREST

--- On Sun, 9/5/10, Wikan Danar Sunindyo <wikan.da...@gmail.com> wrote:


From: Wikan Danar Sunindyo <wikan.da...@gmail.com>
Subject: Re: [wanita-muslimah] bahaya pengkristenan di aceh
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Sunday, September 5, 2010, 10:59 PM


  



saya ga ngerti apa hubungan antara khalifah dengan penangkalan kristenisasi
sekarang saja khalifah tidak ada, bagaimana dia bisa menolong dirinya sendiri
kalau khalifah ada di turki, bagaimana dia bisa menangkal kristenisasi di aceh?
seperti jaman dulu saja, jangankan buat menangkal kristenisasi di
aceh, buat mempertahankan keselamatan dirinya saja, khalifah kesulitan
kok, dan akhirnya harus bubar karena tidak sanggup buat menopang
dirinya sendiri
jangan2 bukan khalifah yang bisa menyelamatkan kita atau menyelamatkan
ummat dari kristenisasi
malah ummat yang disuruh berkorban buat menyelamatkan khalifah

salam,
--
Wikan

2010/9/6 Yudi Yuliyadi <y...@geoindo.com>
>
>
>
> Inilah bukti kebohongan Kristen yang katanya toleran dan menghargai
>
> Atas nama bantuan kemanusian dan cinta kasih, mereka berusaha merusak aqidah
> umat
>
> Mereka selalu berdalih dengan atas nama HAM dan minoritas, ternyata yang
> memiliki rencana jahat terhadap islam
>
> Akankah kita diam saja melihat saudara-saudari kita dimurtadkan dan dibantai
> seperti kasus poso dan ambon
>
> Rapatkan barisan dan ukhuwah kita untuk membentengi umat dari kaum kafirun
> perusak agama dan pengusung ajaran sesat seperti ahmadiyah, JIL dll
>
> Mari kita berdoa agar umat islam kembali berkuasa dengan al-qur`an dan
> sunnah
>
> Mari kita selamatkan aqidah umat dari kaum kafir ,Tegakkan syariat islam dan
> khilafah








      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to