HADITS-HADITS DHAIF YANG TERSEBAR SEPUTAR BULAN RAMADHAN
Dhaif, Hadits, Ramadhan 

Kami menilai perlunya dibawakan pasal ini pada kitab kami, karena adanya 
sesuatu yang teramat penting yang tidak diragukan lagi sebagai peringatan bagi 
manusia, dan sebagai penegasan terhadap kebenaran, maka kami katakan :

Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menetapkan sunnah Nabi secara adil, (untuk) 
memusnahkan penyimpangan orang-orang sesat dari sunnah, dan mematahkan ta'wilan 
para pendusta dari sunnah dan menyingkap kepalsuan para pemalsu sunnah.

Sejak bertahun-tahun sunnah telah tercampur dengan hadits-hadits yang dhaif, 
dusta, diada-adakan atau lainnya. Hal ini telah diterangkan oleh para imam 
terdahulu dan ulama salaf dengan penjelasan dan keterangan yang sempurna.

Orang yang melihat dunia para penulis dan para pemberi nasehat akan melihat 
bahwa mereka -kecuali yang diberi rahmat oleh Allah- tidak memperdulikan 
masalah yang mulia ini walau sedikit perhatianpun walaupun banyak sumber ilmu 
yang memuat keterangan shahih dan menyingkap yang bathil.

Maksud kami bukan membahas dengan detail masalah ini, serta pengaruh yang akan 
terjadi pada ilmu dan manusia, tapi akan kita cukupkan sebagian contoh yang 
baru masuk dan masyhur dikalangan manusia dengan sangat masyhurnya, hingga 
tidaklah engkau membaca makalah atau mendengar nasehat kecuali hadits-hadits 
ini -sangat disesalkan- menduduki kedudukan tinggi. (Ini semua) sebagai 
pengamalan hadits : "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat ."  [Riwayat 
Bukhari 6/361], dan sabda beliau : "Agama itu nasehat" [Riwayat Muslim no. 55]

Maka kami katakan wabillahi taufik :

Sesungguhnya hadits-hadits yang tersebar di masyarakat banyak sekali, hingga 
mereka hampir tidak pernah menyebutkan hadits shahih -walau banyak- yang bisa 
menghentikan mereka dari menyebut hadits dhaif.

Semoga Allah merahmati Al-Imam Abdullah bin Mubarak yang mengatakan :  
"(Menyebutkan) hadits shahih itu menyibukkan (diri) dari yang dhaifnya".

Jadikanlah Imam ini sebagai suri tauladan kita, jadikanlah ilmu shahih yang 
telah tersaring sebagai jalan (hidup kita).

Dan (yang termasuk) dari hadits-hadits yang tersebar digunakan (sebagai dalil) 
di kalangan manusia di bulan Ramadhan, diantaranya.

Pertama.

"Artinya : Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa yang ada di dalam 
Ramadhan, niscaya umatku akan berangan-angan agar satu tahun Ramadhan 
seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk Ramadhan dari awal tahun kepada 
tahun berikutnya .." Hingga akhir hadits ini.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (no.886) dan Ibnul Jauzi di dalam 
Kitabul Maudhuat (2/188-189) dan Abu Ya'la di dalam Musnad-nya sebagaimana pada 
Al-Muthalibul 'Aaliyah (Bab/A-B/tulisan tangan) dari jalan Jabir bin Burdah 
dari Abu Mas'ud al-Ghifari.

Hadits ini maudhu' (palsu), penyakitnya pada Jabir bin Ayyub, biografinya ada 
pada Ibnu Hajar di dalam Lisanul Mizan (2/101) dan beliau berkata : "Mashur 
dengan kelemahannya". Juga dinukilkan perkataan Abu Nua'im, " Dia suka 
memalsukan hadits", dan dari Bukhari, berkata, "Mungkarul hadits" dan dari 
An-Nasa'i, "Matruk" (ditinggalkan) haditsnya".

Ibnul Jauzi menghukumi hadits ini sebagai hadits palsu, dan Ibnu Khuzaimah 
berkata serta meriwayatkannya, "Jika haditsnya shahih, karena dalam hatiku ada 
keraguan pada Jarir bin Ayyub Al-Bajali".

Kedua.

"Artinya :Wahai manusia, sungguh bulan yang agung telah datang (menaungi) 
kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu 
bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan 
menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan 
diri pada bulan tersebut dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama 
(nilainya) dengan menunaikan perkara yang wajib pada bulan yang lain .. Inilah 
bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah 
merupakan pembebasan dari api neraka .." sampai selesai.

Hadits ini juga panjang, kami cukupkan dengan membawakan perkataan ulama yang 
paling masyhur. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887) dan 
Al-Muhamili di dalam Amalinya (293) dan Al-Asbahani dalam At-Targhib (q/178, 
b/tulisan tangan) dari jalan Ali bin Zaid Jad'an dari Sa'id bin Al-Musayyib 
dari Salman.

Hadits ini sanadnya Dhaif, karena lemahnya Ali bin Zaid, berkata Ibnu Sa'ad, Di 
dalamnya ada kelemahan dan jangan berhujjah dengannya, berkata Imam Ahmad bin 
Hanbal, Tidak kuat, berkata Ibnu Ma'in. Dha'if berkata Ibnu Abi Khaitsamah, 
Lemah di segala penjuru, dan berkata Ibnu Khuzaimah, Jangan berhujjah dengan 
hadits ini, karena jelek hafalannya. Demikian di dalam Tahdzibut Tahdzib 
(7/322-323).

Dan Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkan hadits ini, Jika benar 
kabarnya. berkata Ibnu Hajar di dalam Al-Athraf, Sumbernya pada Ali bin Zaid 
bin Jad'an, dan dia lemah, sebagaimana hal ini dinukilkan oleh Imam As-Suyuthi 
di dalam Jami'ul Jawami (no. 23714 -tertib urutannya).

Dan Ibnu Abi Hatim menukilkan dari bapaknya di dalam Illalul Hadits (I/249), 
hadits yang Mungkar

Ketiga.

"Artinya : Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat"

Hadits tersebut merupakan potongan dari hadits riwayat Ibnu Adi di dalam 
Al-Kamil (7/2521) dari jalan Nahsyal bin Sa'id, dari Ad-Dhahak dari Ibu Abbas. 
Nashsyal (termasuk) yang ditinggal (karena) dia pendusta dan Ad-Dhahhak tidak 
mendengar dari Ibnu Abbas.

Diriwayatkan oleh At-Thabrani di dalam Al-Ausath (1/q 69/Al-Majma'ul Bahrain) 
dan Abu Nu'aim di dalam At-Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin 
Abi Dawud, dari Zuhair bin Muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih dari Abu 
Hurairah.

Dan sanad hadits ini lemah. Berkata Abu Bakar Al-Atsram, "Aku mendengar Imam 
Ahmad -dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin 
Muhammad- berkata, "Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair,-pent) beberapa hadits 
mereka (orang-orang Syam, -pent) yang dhoif itu". Ibnu Abi Hatim berkata, 
"Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada haditsnya 
(yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia". Al-Ajalaiy berkata. 
"Hadits ini tidak membuatku kagum", demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul 
Kamal (9/417).

Aku katakan : Dan Muhammad bin Sulaiman Syaami, biografinya (disebutkan) pada 
Tarikh Damasqus (15/q 386-tulisan tangan) maka riwayatnya dari Zuhair 
sebagaimana di naskhan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadits ini darinya.

Keempat

"Artinya : Barangsiapa yang berbuka puasa satu hari pada bulan Ramadhan tanpa 
ada sebab dan tidak pula karena sakit maka puasa satu tahun pun tidak akan 
dapat mencukupinya walaupun ia berpuasa pada satu tahun penuh"

Hadits ini diriwayatkan Bukhari dengan mu'allaq dalam shahih-nya (4/160-Fathul 
Bari) tanpa sanad.

Ibnu Khuzaimah telah memalukan hadits tersebut di dalam Shahih-nya (19870), 
At-Tirmidzi (723), Abu Dawud (2397), Ibnu Majah (1672) dan Nasa'i di dalam 
Al-Kubra sebagaimana pada Tuhfatul Asyraaf (10/373), Baihaqi (4/228) dan Ibnu 
Hajjar dalam Taghliqut Ta'liq (3/170) dari jalan Abil Muthawwas dari bapaknya 
dari Abu Hurairah.

Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (4/161) : "Dalam hadits ini ada 
perselisihan tentang Hubaib bin Abi Tsabit dengan perselisihan yang banyak, 
hingga kesimpulannya ada tiga penyakit : idhthirah (goncang), tidak diketahui 
keadaan Abil Muthawwas dan diragukan pendengaran bapak beliau dari Abu 
Hurairah".

Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkannya :Jika khabarnya shahih, karena 
aku tidak mengenal Abil Muthawwas dan tidak pula bapaknya, hingga hadits ini 
dhaif juga:.

Wa ba'du : Inilah empat hadits yang didhaifkan oleh para ulama dan di lemahkan 
oleh para Imam, namun walaupun demikian kita (sering) mendengar dan membacanya 
pada hari-hari di bulan Ramadhan yang diberkahi khususnya dan selain pada bulan 
itu pada umumnya.

Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian hadits-hadits ini memiliki makna-makna 
yang benar, yang sesuai dengan syari'at kita yang lurus baik dari Al-Qur'an 
maupun Sunnah, akan tetapi (hadits-hadits ini) sendiri tidak boleh kita 
sandarkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,  dan terlebih lagi 
-segala puji hanya bagi Allah- umat ini telah Allah khususkan dengan sanad 
dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Dengan sanad dapat diketahui mana 
hadits yang dapat diterima dan mana yang harus ditolak, membedakan yang shahih 
dari yang jelek. Ilmu sanad adalah ilmu yang paling rumit, telah benar dan baik 
orang yang menamainya : "Ucapan yang dinukil dan neraca pembenaran khabar".

Sumber: almanhaj.or.id






Kirim email ke