Muslim Meningkat, Masjid-Masjid di Inggris Kewalahan Salat Id, Bisa sampai Lima Kali
Kebanyakan masjid di Inggris kewalahan menampung jamaah. Karena itu, banyak masjid yang saat ini gencar merenovasi bangunannya. --- DILIHATsekilas, tidak ada yang istimewa pada bangunan di Woodford Avenue di depan Stasiun Gants Hill, London Timur, itu. Dari luar, bangunan tersebut lebih mirip sebuah rumah toko (ruko). Di kanan dan kiri bangunan bercat hijau itu terdapat toko kelontong, toko bangunan, bengkel, dan biro perjalanan. Yang membedakan dengan ruko-ruko di sekitarnya adalah setiap Jumat siang. Bangunan itu ramai dengan orang-orang yang ingin salat Jumat. ''Tidak ada kubah atau menara. Hanya tulisan kecil di dinding depan yang menyatakan bahwa ini adalah Masjid Gants Hill,'' kata Hendri Lucky, salah seorang warga Indonesia yang tinggal tak jauh dari masjid itu. Juga tidak ada pengeras suara yang mengeraskan suara azan. Begitu melewati pintu masuk yang berada di samping, terlihat rak-rak sepatu, kamar kecil, dan ruang untuk wudu. Terdapat satu pintu lagi yang menghubungkan ruang wudu dengan ruang utama. Di samping pintu ini terdapat kursi tua dan di atasnya terdapat kotak amal serta kalender berisi jadwal salat. Ruang utama masjid itu berukuran sekitar 15 meter x 25 meter. Di bagian depan terdapat ruang imam dengan mimbar untuk khotbah di sampingnya, serta jam penanda waktu salat. Masjid Gants Hill adalah satu di antara 1.600-1.700 masjid di seluruh Inggris. Tidak seperti di Indonesia, sebagian besar masjid di Inggris tidak berbeda seperti bangunan biasa yang ada di sekitarnya alias tanpa arsitektur khusus seperti halnya masjid di tanah air. Memang, ada sejumlah masjid yang besar dan megah seperti East London Mosque di kawasan White Chapel di London Timur dan Central Mosque di London. Central Mosque yang merupakan masjid terbesar di London, berada di jantung kota, tidak jauh dari Regent Park. Dari taman yang luas itu, bangunan masjid itu tampak mencolok dengan kubah emas dan menara yang menjulang. Namun, kebanyakan masjid di Inggris berbentuk seperti Masjid Gants Hill, yang tadinya rumah atau ruko kemudian dialihfungsikan menjadi masjid. Tidak mengherankan bila kapasitas masjid-masjid seperti itu sangat terbatas. Hendri Lucky mengungkapkan, kapasitas Masjid Gants Hill hanya sekitar 150 jamaah. Karena jumlah jamaah melebihi daya tampung masjid, untuk salat Jumat, salat Tarawih, dan salat Id biasanya dilakukan beberapa kali. Salat Jumat dan Tarawih pada bulan Ramadan biasanya dilakukan dua kali. Sedangkan salat Id bisa dilakukan hingga lima kali. Selain menggelar salat beberapa kali sebagai upaya untuk mengakomodasi jamaah, beberapa pengurus masjid memperbesar kompleks masjid. Masjid Ibrahim di Barking Road, London Timur, misalnya, sepuluh tahun lalu hanya berupa rumah dua lantai. Kini masjid yang terletak tak jauh dari stadion klub Liga Primer West Ham United itu terlihat megah, lengkap dengan kubah dan menara. Meskipun, ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kubah dan menara ala masjid-masjid di Indonesia. Langkah yang sama juga dilakukan pengurus Greenwich Islamic Centre di London Tenggara, sekitar 15 menit berkendara dari Greenwich Royal Observatory, titik O waktu GMT. Dibandingkan dengan Masjid Gants Hill atau Masjid Ibrahim, masjid di kawasan Plumstead itu sebenarnya jauh lebih besar. Bangunan bercat cokelat tersebut memiliki tiga lantai, ditambah satu lantai bawah tanah. Jamaah yang bisa masuk ke masjid itu tak kurang dari 400 orang. Tapi, itu ternyata tetap tidak cukup. Setiap Jumat banyak jamaah yang harus salat di areal parkir atau trotoar jalan, meskipun sudah dilakukan dua kali salat. ''Kami tidak ingin melihat jamaah salat di luar masjid. Kasihan mereka,'' kata salah seorang pengurus kepada Jawa Pos. Pada musim panas, salat di luar masjid memang tidak menjadi persoalan. Namun, begitu musim dingin tiba, ketika hujan sering turun dan suhu di luar bisa mencapai di bawah nol derajat Celsius, salat di halaman masjid tentu bukan sesuatu yang mengenakkan. Sejak tahun lalu, renovasi besar-besaran di Greenwich Muslim Centre itu mulai berjalan. (nurani susilo/c4/kum