Sambungannya kapan ya?? 
ditunggu deh..

--- In WongBanten@yahoogroups.com, Sp Saprudin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pagi sekitar jam 6hari minggu, diteras depan rumah Pak Zaenal 
Abidin sedang asyik ngobrol dengan menantunya yaitu Arif Suryadin. 
Kelihatan mertua dan menanantu akrab betul, ditemani dua gelas kopi 
hangat dan goreng singkong serta rebus kacang tanah yang masih 
ngebul menambah suasana tambah akrab. Sementara diberanda samping 
rumah, tampak Ibu Atik isterinya Pak Zaenal beserta anaknya Neneng 
isterinya Arif juga sedang asyik ngobrol basa-basi mengenai harga-
harga pada mahal terutama bahan pokok akibat dampak dari kenaikan 
BBM.
>  
> Mertua: Nak, kenapa sih setiap kamu diundang oleh tetangga untuk 
acara tahlilan kamu tidak pernah datang? Kita wajib datang kalo 
orang lain mengundang kita.
>  
> Menantu :Pak, tahlilan itu sebetulnya apa sih?
>  
> Mertua :Lho, kamu kan orang yang faham agama?
>  
> Menantu :tapi untuk hal tahlilan saya tidak faham
>  
> Mertua :Lho...lho...yaitu acara tahlilan, masyarakat kita sudah 
biasa dengan acara ini, dari satu harinya hingga tujuh harinya
>  
> Menantu: Oh ....acara berkumpul-kumpul di tempat keluarga si mayit
>  
> Mertua :Iya
>  
> Menantu: Saya tidak menyukai acara macam itu
>  
> Mertua: Kenapa tidak suka? Bukankah kita datangnya ke tempat 
keluarga ahli mayit merupakan turut berbela sungkawa dan turut 
mendo’akan si mayit?
>  
> Menantu : Acara makan-makan itu yang tidak saya sukai, setiap 
orang yang datang ke rumah ahli mayit, pulangnya bawa tentengan. 
Padahal kita tahu, bahwa ahli mayit sedang berduka, bukankah 
kewajiban kita membantu mereka, bukan kita yang nyusahin mereka
>  
> Mertua : Itu kan sudah tradisi masyarakat kita, jadi gak ada 
celanya kan?
>  
> Menantu: Gak mau saya membebek begitu saja Pak. Dan saya gak mau 
mengikuti yang tidak ada dasar syariatnya. Apa kita ini beragama 
dengan cara meng-agamakan tradisi ?
>  
> Mertua :Lho, berkumpulnya jamaah di rumah keluarga ahli mayyit kan 
bukan berbuat maksiat, mereka datang bukan sekedar makan-makan, 
mereka datang diundang untuk sama-sama mendo’akan si mayit, karena 
disana dibacakan ayat-ayat suci al Qur’an, dzikir, tasbih, tahmid 
dan takbir serta tahlil, bukankah bacan-bacaan macam ini sangat 
dianjurkan oleh agama?
>  
> Menantu: emang betul tidak berbuat maksiat dan bacaan-bacaan tsb 
sangat dianjurkan oleh agama, tapi konteksnya yang tidak tepat, 
bukankah acara macam ini membuat repot keluarga ahli mayit.
>  
> Mertua :Repot gimana ? Maksudmu hidangan dan besek yang disediakan 
oleh keluarga si mayit lalu orang-orang pada bawa tentengan besek, 
begitu maksudmu? 
>  
> Menantu :Bukan itu saja, acara ritual dari satu harinya hingga 7 
harinya bahkan hingga 40 hari terus 100 hari. Bukankah syariat tidak 
mengajarkan demikian dan tidak ada satu dalilpun yang 
menjelaskannya? Bukankah ta’jiyah secara syari adalah tiga hari. 
Selama tiga hari kita turut membantu meringankan beban keluarga ahli 
mayit, bukan sebaliknya ikut makan dan menenteng makanan dari 
keluarga ahli mayit. Kalau macam itu namanya mattam yaitu sama 
dengan perbuatan meratap. Hidangan dan masalah bacaan-bacaan yang 
jamaah ucapkan, tidak akan ada manfaatnya kepada si mayit, karena 
tidak akan sampai.
>  
> Mertua :Hmmm....Nak?, untuk masalah besek dan hidangan yang 
disajikan oleh keluarga si mayit memang tidak akan sampai kepa si 
mayit, lha wong sudah mati. Begini..... masalah hidangan yang 
disajikan barangkali keluarga si mayit punya maksud atau hajat atau 
ada keleluasan rizkinya untuk sedekah. Jamaah yang datang pastinya 
ada kaum fakir miskinnya toh. Masa iya mereka ngundang orang cuman 
air teh to ?. Mengenai jamaah kumpul di tempat keluarga si mayit 
adalah dalam rangka turut mendo’akan si mayit. Intinya adalah 
jamaah mendo’akan si mayit. Bacan-bacaan ayat suci al Qur’an, 
tasbih, tahmid, takbir dan tahlil akan bermanfaat kepada si mayit. 
Ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat al Hasyr ayat 10 yang 
artinya:“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan 
Anshor), mereka berdo’a :” Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan 
saudar-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami” . 
Nak, makna ayat ini adalah Allah menyanjung
>  orang2 yang beriman karena memohon ampunan bagi orang-orang 
beriman sebelum mereka. Yang berarti ayat ini menunjukkan bahwa 
orang yang telah meninggalkan dapat manfaat dari do’a orang2 yang 
masih hidup. Begitupun dengan Sabda Nabi Saw. artinya:” Dari Auf 
bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW â€" 
setelah selesai shalat jenazah-bersabda:” Ya Allah ampunilah 
dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, 
muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah 
dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan 
sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya 
tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang 
lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari 
pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka” 
(HR Muslim). 
>  
> Menantu: Tapi Pak bunyi ayat tersebut dan hadits tersebut 
kaitannya dengan orang-orang yang beriman yang mendo’akannya. Tapi 
kenyataan dari acara tahlilan justru yang datang banyak orang2 yang 
gak jelas integritas keimanannya, banyak mereka belum pernah datang 
ke mushola atau masjid. Mereka gak pernah mau datang ketika ada 
undangan dari Allah melalui kumandang suara adzan, mereka melalaikan 
dan menyepelekan undangan Allah. Gimana mau sampai do’a dari 
orang2 macam itu, sedangkan ayat yang baru Bapak bacakan adalah 
do’a yang keluar dari mulut  orang-orang yang beriman?
> 
> 
> Mertua :Jangan berburuk sangka dulu nak, kita ambil manfaatnya? 
Bapak lanjutkan lagi dengan salah satu hadits lain Nabi 
Saw.bersabda: artinya: Dari Ustman bin ‘Affan ra berkata:“Adalah 
Nabi SAW apabila selesai menguburkan mayyit beliau beridiri lalu 
bersabda:” mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintalah keteguhan 
hati untuknya, karena sekarang dia sedang ditanya” (HR Abu Dawud) 
> 
> Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra bahwa ia bertanya 
kepada Nabi SAW: artinya:”bakaimana pendapatmu kalau saya 
memohonkan ampun untuk ahli kubur ? Rasul SAW menjawab, 
“Ucapkan:salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada ahli kubur baik 
mu’min maupun muslim dan semoga Allah memberikan rahmat kepada 
generasi pendahulu dan generasi mendatang dan sesungguhnyaâ€"insya 
Allah- kami pasti menyusul”(HR Muslim). 
> 
> Hadits riwayat lain yang artinya: Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa 
Saad bin Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak ada ditempat, 
lalu ia datang kepada Nabi SAW unntuk bertanya:” Wahai Rasulullah 
SAW sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang saya tidak ada di 
tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya bermanfaat baginya ? 
Rasul SAW menjawab: Ya, Saad berkata:” saksikanlah bahwa kebunku 
yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya” (HR Bukhari). 
> 
> Menantu : Maaf Pak, bukan saya mau menyanggah semua ungkapan 
Bapak, menurut saya untuk masalah kematian seyogyanya para tetangga, 
sanak famili, dan handai tolan datang ikut bela sungkawa dengan 
membawa sesuatu untuk mengurusjenazah atau membawa makanan untuk 
keluarga yang ditinggalkan.Hal ini sesuai dengan Sabda  Rasulullah 
SAW :  Berkata Abdullah bin Ja’far tatkala datang khabar bahwa 
Ja’far telah terbunuh, Rasulullah SAW bersabda:” Bikinkanlah 
makanan untuk keluarga Ja’far karena telah datang kepada mereka 
hal yang menyibukkan mereka”(HR Asy-Syafi’I dan Ahmad). 
> Jadi menurut hadits ini yangmenyediakan makanan adalah tetangga 
untuk keluarga yang kena musibah kematian, bukan yang terkena 
musibah menyediakan makanan buat orang yang datang. Dan hadits lain 
menerangkan bahwa menghidangkan makanan dalam upacara kematian 
adalah termasuk meratap yang dilarang oleh agama sebagaimana hadits 
yang diriwayatkan imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah Al Bajali 
dengan sanad yang shohih: ” Adalah kami (para sahabat) menganggap 
bahwa berkumpul di rumah ahli mayyit dan mereka menyediakan makanan 
sesudah mayyit dimakamkan adalah termasuk perbuatan meratap”. 
>  
> Mertua: Mhh....terus lanjutkan
>  
> Menantu: Riwayat lain menerangkan: Bahwa Jarir datang kepada Umar 
ra, lalu Umar bertanya:” Adakah mayyit kalian diratapi ? Dia 
menjawab: Tidak, lalu bertanya juga: Adakah orang-orang berkumpul di 
keluarga mayyit dan membuat makanan ? Dia menjawab:ya, maka Umar 
berkata:” Yang demikian adalah ratapan”. (Al Mugni Ibnu Qudamah 
zuz 2 hal 43). 
> Sekarang berkaitan dengan masalah bacaan yang dihadiahkan kepada 
si mayit, jelas sangat kontradiktif dengan firman Allah Allah surat 
An-Najm:38-39: yang artinya:” Yaitu bahwasannya seorang yang 
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain danbahwasannya seorang 
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” 
> Dalam surat Yaasiin:54 yang artinya:” Maka pada hari itu 
seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi 
kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan” 
> Didalam surat Al Baqaraah 286 yang artinya:” Ia mendapat pahala 
(dari kebaikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari 
kejahatan) yang dikerjakannya”. 
> Jadi ayat-ayat tersebut diatas adalah sebagai jawaban dari 
keterangan yangBapak sampaikan tadi, bahwa orang yang telah mati 
tidak bisa mendapat tambahan pahala kecuali yang disebutkan dalam 
hadits: yang artinya:” Apabila seorang manusia meninggal maka 
putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, anak yang 
shalih yang mendo’akannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya”
(HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’I dan Ahmad). 
> Pak, menurut hadits tersebut yang bisa sampai kepada si mayit 
adalah sedekah jariyah yakni amal jariyah yang dilakukan oleh si 
mayit ketika hidup. Lalu anak yang shalih yang selalu mendo’akan 
si mayit. Kemudian ilmu yang bermanfaat, yakni ketika si mayit masih 
hidup mengajarkan ilmu kepada orang lain baik ilmu agama maupun ilmu 
dunia yang bermanfaat. Misal Ilmu yang dia ajarkan kepada kelomok 
orang, lalu kelompok orang itu terus mengajarkannya lagi kepada 
kelompok orang lain terus berlanjut.....berlanjut....Walau jamaah 
seabrek-abrek datang rumah keluarga si mayyit, kalo tiga faktor 
tersebut tidak dipunyai oleh keluarga si mayit......jadinya 
mubazir....
> Nah.. Nash Al Qur’an dan al Hadits ini yang jadi  pandangan 
saya dalam menyikapi masalah tahlilan. ........
>  
> Mertua: Mhm....tapi ditinjau dari segi bacaanayat-ayat suci 
Alqur’an, tahlil, tahmid, takbir, tasbih, shalawat,do’a dll 
semua itu sangat dianjurkan oleh Islam untuk membacanya. 
> 
> 
> Menantu :  Betul Pak, tapi dari sisidari sisi hidangan yang 
disediakan oleh keluarga mayyit , hal ini bertentangan dengan hadit 
Ja’far bin Abi Thalib. 
>  
> Mertua : Tapi nak, Islam selalu menganjurkan untuk peduli dan 
membantu orang yang sedang susah. Salah satunya kita bisa berbagi 
suka dengan hadirnya jamaah di tempat keluarga si mayit
>  
> Menantu  :Tapi Pak,realitanyamalahansebaliknya orang yang kena 
musibah yang memberi bantuan kepada orang yang tidak kena musibah. 
Dan yang lebih menyedihkan adalah banyak orang yang kurang mampu 
memaksakan diri untuk menyediakan hidangan sekalipun dengan 
hutangsana sini.........  
> 
> 
> Mertua: terdiam
>  
> Menantu : terdiam.....
> Bersambung.......
> 
> 
>       Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. 
Download sekarang juga.
> http://id.toolbar.yahoo.com/
>


Kirim email ke