Sulit, Karena kita tidak serupa... Beda tindak, beda rasa Tapi, mudah... Karena kita satu Iman... Satu Allah, satu cinta...
Tidakkah itu cukup? 2008/5/30 ozanku <[EMAIL PROTECTED]>: > Sambungannya kapan ya?? > ditunggu deh.. > > --- In WongBanten@yahoogroups.com <WongBanten%40yahoogroups.com>, Sp > Saprudin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Pagi sekitar jam 6hari minggu, diteras depan rumah Pak Zaenal > Abidin sedang asyik ngobrol dengan menantunya yaitu Arif Suryadin. > Kelihatan mertua dan menanantu akrab betul, ditemani dua gelas kopi > hangat dan goreng singkong serta rebus kacang tanah yang masih > ngebul menambah suasana tambah akrab. Sementara diberanda samping > rumah, tampak Ibu Atik isterinya Pak Zaenal beserta anaknya Neneng > isterinya Arif juga sedang asyik ngobrol basa-basi mengenai harga- > harga pada mahal terutama bahan pokok akibat dampak dari kenaikan > BBM. > > > > Mertua: Nak, kenapa sih setiap kamu diundang oleh tetangga untuk > acara tahlilan kamu tidak pernah datang? Kita wajib datang kalo > orang lain mengundang kita. > > > > Menantu :Pak, tahlilan itu sebetulnya apa sih? > > > > Mertua :Lho, kamu kan orang yang faham agama? > > > > Menantu :tapi untuk hal tahlilan saya tidak faham > > > > Mertua :Lho...lho...yaitu acara tahlilan, masyarakat kita sudah > biasa dengan acara ini, dari satu harinya hingga tujuh harinya > > > > Menantu: Oh ....acara berkumpul-kumpul di tempat keluarga si mayit > > > > Mertua :Iya > > > > Menantu: Saya tidak menyukai acara macam itu > > > > Mertua: Kenapa tidak suka? Bukankah kita datangnya ke tempat > keluarga ahli mayit merupakan turut berbela sungkawa dan turut > mendo'akan si mayit? > > > > Menantu : Acara makan-makan itu yang tidak saya sukai, setiap > orang yang datang ke rumah ahli mayit, pulangnya bawa tentengan. > Padahal kita tahu, bahwa ahli mayit sedang berduka, bukankah > kewajiban kita membantu mereka, bukan kita yang nyusahin mereka > > > > Mertua : Itu kan sudah tradisi masyarakat kita, jadi gak ada > celanya kan? > > > > Menantu: Gak mau saya membebek begitu saja Pak. Dan saya gak mau > mengikuti yang tidak ada dasar syariatnya. Apa kita ini beragama > dengan cara meng-agamakan tradisi ? > > > > Mertua :Lho, berkumpulnya jamaah di rumah keluarga ahli mayyit kan > bukan berbuat maksiat, mereka datang bukan sekedar makan-makan, > mereka datang diundang untuk sama-sama mendo'akan si mayit, karena > disana dibacakan ayat-ayat suci al Qur'an, dzikir, tasbih, tahmid > dan takbir serta tahlil, bukankah bacan-bacaan macam ini sangat > dianjurkan oleh agama? > > > > Menantu: emang betul tidak berbuat maksiat dan bacaan-bacaan tsb > sangat dianjurkan oleh agama, tapi konteksnya yang tidak tepat, > bukankah acara macam ini membuat repot keluarga ahli mayit. > > > > Mertua :Repot gimana ? Maksudmu hidangan dan besek yang disediakan > oleh keluarga si mayit lalu orang-orang pada bawa tentengan besek, > begitu maksudmu? > > > > Menantu :Bukan itu saja, acara ritual dari satu harinya hingga 7 > harinya bahkan hingga 40 hari terus 100 hari. Bukankah syariat tidak > mengajarkan demikian dan tidak ada satu dalilpun yang > menjelaskannya? Bukankah ta'jiyah secara syari adalah tiga hari. > Selama tiga hari kita turut membantu meringankan beban keluarga ahli > mayit, bukan sebaliknya ikut makan dan menenteng makanan dari > keluarga ahli mayit. Kalau macam itu namanya mattam yaitu sama > dengan perbuatan meratap. Hidangan dan masalah bacaan-bacaan yang > jamaah ucapkan, tidak akan ada manfaatnya kepada si mayit, karena > tidak akan sampai. > > > > Mertua :Hmmm....Nak?, untuk masalah besek dan hidangan yang > disajikan oleh keluarga si mayit memang tidak akan sampai kepa si > mayit, lha wong sudah mati. Begini..... masalah hidangan yang > disajikan barangkali keluarga si mayit punya maksud atau hajat atau > ada keleluasan rizkinya untuk sedekah. Jamaah yang datang pastinya > ada kaum fakir miskinnya toh. Masa iya mereka ngundang orang cuman > air teh to ?. Mengenai jamaah kumpul di tempat keluarga si mayit > adalah dalam rangka turut mendo'akan si mayit. Intinya adalah > jamaah mendo'akan si mayit. Bacan-bacaan ayat suci al Qur'an, > tasbih, tahmid, takbir dan tahlil akan bermanfaat kepada si mayit. > Ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat al Hasyr ayat 10 yang > artinya:"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan > Anshor), mereka berdo'a :" Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan > saudar-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami" . > Nak, makna ayat ini adalah Allah menyanjung > > orang2 yang beriman karena memohon ampunan bagi orang-orang > beriman sebelum mereka. Yang berarti ayat ini menunjukkan bahwa > orang yang telah meninggalkan dapat manfaat dari do'a orang2 yang > masih hidup. Begitupun dengan Sabda Nabi Saw. artinya:" Dari Auf > bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW �€" > setelah selesai shalat jenazah-bersabda:" Ya Allah ampunilah > dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, > muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah > dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan > sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya > tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang > lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari > pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka" > (HR Muslim). > > > > Menantu: Tapi Pak bunyi ayat tersebut dan hadits tersebut > kaitannya dengan orang-orang yang beriman yang mendo'akannya. Tapi > kenyataan dari acara tahlilan justru yang datang banyak orang2 yang > gak jelas integritas keimanannya, banyak mereka belum pernah datang > ke mushola atau masjid. Mereka gak pernah mau datang ketika ada > undangan dari Allah melalui kumandang suara adzan, mereka melalaikan > dan menyepelekan undangan Allah. Gimana mau sampai do'a dari > orang2 macam itu, sedangkan ayat yang baru Bapak bacakan adalah > do'a yang keluar dari mulut orang-orang yang beriman? > > > > > > Mertua :Jangan berburuk sangka dulu nak, kita ambil manfaatnya? > Bapak lanjutkan lagi dengan salah satu hadits lain Nabi > Saw.bersabda: artinya: Dari Ustman bin 'Affan ra berkata:"Adalah > Nabi SAW apabila selesai menguburkan mayyit beliau beridiri lalu > bersabda:" mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintalah keteguhan > hati untuknya, karena sekarang dia sedang ditanya" (HR Abu Dawud) > > > > Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah ra bahwa ia bertanya > kepada Nabi SAW: artinya:"bakaimana pendapatmu kalau saya > memohonkan ampun untuk ahli kubur ? Rasul SAW menjawab, > "Ucapkan:salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada ahli kubur baik > mu'min maupun muslim dan semoga Allah memberikan rahmat kepada > generasi pendahulu dan generasi mendatang dan sesungguhnya�€"insya > Allah- kami pasti menyusul"(HR Muslim). > > > > Hadits riwayat lain yang artinya: Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa > Saad bin Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak ada ditempat, > lalu ia datang kepada Nabi SAW unntuk bertanya:" Wahai Rasulullah > SAW sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang saya tidak ada di > tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya bermanfaat baginya ? > Rasul SAW menjawab: Ya, Saad berkata:" saksikanlah bahwa kebunku > yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya" (HR Bukhari). > > > > Menantu : Maaf Pak, bukan saya mau menyanggah semua ungkapan > Bapak, menurut saya untuk masalah kematian seyogyanya para tetangga, > sanak famili, dan handai tolan datang ikut bela sungkawa dengan > membawa sesuatu untuk mengurusjenazah atau membawa makanan untuk > keluarga yang ditinggalkan.Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah > SAW : Berkata Abdullah bin Ja'far tatkala datang khabar bahwa > Ja'far telah terbunuh, Rasulullah SAW bersabda:" Bikinkanlah > makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang kepada mereka > hal yang menyibukkan mereka"(HR Asy-Syafi'I dan Ahmad). > > Jadi menurut hadits ini yangmenyediakan makanan adalah tetangga > untuk keluarga yang kena musibah kematian, bukan yang terkena > musibah menyediakan makanan buat orang yang datang. Dan hadits lain > menerangkan bahwa menghidangkan makanan dalam upacara kematian > adalah termasuk meratap yang dilarang oleh agama sebagaimana hadits > yang diriwayatkan imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah Al Bajali > dengan sanad yang shohih: " Adalah kami (para sahabat) menganggap > bahwa berkumpul di rumah ahli mayyit dan mereka menyediakan makanan > sesudah mayyit dimakamkan adalah termasuk perbuatan meratap". > > > > Mertua: Mhh....terus lanjutkan > > > > Menantu: Riwayat lain menerangkan: Bahwa Jarir datang kepada Umar > ra, lalu Umar bertanya:" Adakah mayyit kalian diratapi ? Dia > menjawab: Tidak, lalu bertanya juga: Adakah orang-orang berkumpul di > keluarga mayyit dan membuat makanan ? Dia menjawab:ya, maka Umar > berkata:" Yang demikian adalah ratapan". (Al Mugni Ibnu Qudamah > zuz 2 hal 43). > > Sekarang berkaitan dengan masalah bacaan yang dihadiahkan kepada > si mayit, jelas sangat kontradiktif dengan firman Allah Allah surat > An-Najm:38-39: yang artinya:" Yaitu bahwasannya seorang yang > berdosa tidak akan memikul dosa orang lain danbahwasannya seorang > manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya" > > Dalam surat Yaasiin:54 yang artinya:" Maka pada hari itu > seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi > kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan" > > Didalam surat Al Baqaraah 286 yang artinya:" Ia mendapat pahala > (dari kebaikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari > kejahatan) yang dikerjakannya". > > Jadi ayat-ayat tersebut diatas adalah sebagai jawaban dari > keterangan yangBapak sampaikan tadi, bahwa orang yang telah mati > tidak bisa mendapat tambahan pahala kecuali yang disebutkan dalam > hadits: yang artinya:" Apabila seorang manusia meninggal maka > putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, anak yang > shalih yang mendo'akannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya" > (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa'I dan Ahmad). > > Pak, menurut hadits tersebut yang bisa sampai kepada si mayit > adalah sedekah jariyah yakni amal jariyah yang dilakukan oleh si > mayit ketika hidup. Lalu anak yang shalih yang selalu mendo'akan > si mayit. Kemudian ilmu yang bermanfaat, yakni ketika si mayit masih > hidup mengajarkan ilmu kepada orang lain baik ilmu agama maupun ilmu > dunia yang bermanfaat. Misal Ilmu yang dia ajarkan kepada kelomok > orang, lalu kelompok orang itu terus mengajarkannya lagi kepada > kelompok orang lain terus berlanjut.....berlanjut....Walau jamaah > seabrek-abrek datang rumah keluarga si mayyit, kalo tiga faktor > tersebut tidak dipunyai oleh keluarga si mayit......jadinya > mubazir.... > > Nah.. Nash Al Qur'an dan al Hadits ini yang jadi pandangan > saya dalam menyikapi masalah tahlilan. ........ > > > > Mertua: Mhm....tapi ditinjau dari segi bacaanayat-ayat suci > Alqur'an, tahlil, tahmid, takbir, tasbih, shalawat,do'a dll > semua itu sangat dianjurkan oleh Islam untuk membacanya. > > > > > > Menantu : Betul Pak, tapi dari sisidari sisi hidangan yang > disediakan oleh keluarga mayyit , hal ini bertentangan dengan hadit > Ja'far bin Abi Thalib. > > > > Mertua : Tapi nak, Islam selalu menganjurkan untuk peduli dan > membantu orang yang sedang susah. Salah satunya kita bisa berbagi > suka dengan hadirnya jamaah di tempat keluarga si mayit > > > > Menantu :Tapi Pak,realitanyamalahansebaliknya orang yang kena > musibah yang memberi bantuan kepada orang yang tidak kena musibah. > Dan yang lebih menyedihkan adalah banyak orang yang kurang mampu > memaksakan diri untuk menyediakan hidangan sekalipun dengan > hutangsana sini......... > > > > > > Mertua: terdiam > > > > Menantu : terdiam..... > > Bersambung....... > > > > > > Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. > Download sekarang juga. > > http://id.toolbar.yahoo.com/ > > > > > -- "lebih baik menyalakan lilin, daripada mencela kegelapan"