Krisis Moneter: Rugi Investor dan Rugi Fund Manager Kemarin malam saya ditelpon sahabat akrab saya orang Amrik. Tapi malam itu suaranya begitu putus asa. Katanya 3 bulan yang lalu sahamnya masih bernilai hampir 120 ribu USD. Tapi kemarin Jumat, nilainya cuma 30 rb USD lebih sedikit. Dia bingung campur putus asa apa yang harus dilakukan?
Sebelum saya jawab pertanyaannya maka saya tanya kembali ybs; "Bagaimana saran Fund Manager-mu?" Jawabnya; "Fund Manager-nya bilang, bahwa saham-2 teman saya itu adalah kombinasi saham progresif dan blue chip. Yang jatuh nilainya adalah saham-2 progresif. Memang dalam waktu dekat investasi saham tidak menguntungkan. Tapi dalam jangka 1 tahun atau 2 tahun harga saham blue chip akan pulih lagi bahkan juga akan mendapatkan deviden". Mendengar jawaban Fund Manager yang disampaikan oleh teman saya tadi maka saya mengambil dua kesimpulan: Pertama, saya positif thinking pada Fund Manager. Dia jujur kasih analisa ke teman saya. Kebiasaan Fund Manager itu menganalisa saham dengan dua teknik analisa yaitu: Market Analisis dan Fundamental Analisis. Klo pake Market Analisis, maka bisa betul bahwa 1-2 tahun lagi, harga saham yang diposisi bottom pasti suatu saat akan naik. Jadi, lebih baik sabar menunggu sampai sentimen pasar hilang sehingga harga saham naik lagi. Klo pake pendekatan fundamental, maka saham-2 blue chip biasanya kesehatan perusahaannya baik. Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas performance-nya baik. Jadinya, Fund Manager yakin harga saham blue chip akan naik atau minimal akan dapat deviden. Tapi benarkah demikian? Dalam situasi sekarang ini maka perlu dianalisa juga adalah pendekatan makro ekonomi. Analisa paling optimis tentang Amrik adalah, Amrik baru mulai bisa merangkak lagi paling cepat 2 tahun. Berarti selama 2 tahun ke depan perusahaan-2 Amrik meskipun Blue Chip memiliki beberapa tantangan besar: 1. Kesulitan untuk mendapatkan kredit dalam bentuk dana lancar untuk modal kerja, karena bank dan investment bank tidak mau pinjamin uang. 2. Andaikan sang perusahaan mempunyai dana lancar yang cukup, perusahaan juga menghadapi tantang berat yaitu daya beli konsumen yang turun drastis. Akibatnya, omsetnya juga turun drastis. 3. Andaikata perusahaan-2 tersebut tetap mampu survival, tetap saja jelas perusahaan tersebut dalam waktu cukup lama belum mau membagikan devidenya ke stakeholder. Kenapa? karena keuntungan perusahaan pasti akan digunakan untuk cadangan aktiva lancar sampai perusahaan yakin bahwa dunia perbankan punya dana cash untuk memberi pinjaman. 4. Sialnya, klo perusahaan ybs sampai bangkrut maka sahamnya pasti berharga nol. Kenapa? karena kompensasi kerugian terhadap pemilik saham itu tidak menjadi prioritas penting. Harta kekayaan dari perusahaan brankrut biasanya sudah habis untuk bayar hutang. Akhirnya, menurut saya, secara makro ekonomi ndak ada alasan untuk mempertahankan saham yang ada ditangan. Kedua, Berangkat dari asumsi makro itu saya berpikir negatif pada Fund Manager. Saya yakin para Fund Manager sebenarnya tahu persis bahwa saham-2 itu akan banyak sekali yang nantinya bernilai nol meskipun tidak semua akan bernilai nol. Tapi kemungkinan bernilai nol itu besar. Hanya kalo Fund Manager mengatakan yang sebenarnya maka siapa investor yang akan mempercayakan uangnya pada dia? Rugi investor adalah rugi kehilangan hartanya, rugi Fund Manager adalah rugi kehilangan pekerjaannya... Salam, Ferizal