orang mati meniggalkan seluruh yg ditinggalin




________________________________
From: halim hd <[EMAIL PROTECTED]>
To: WongBanten@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, November 19, 2008 3:22:06 PM
Subject: Re: [WongBanten] Fw: Empati


gajah mati meninggalkan gading
macan mati meninggalkan belang
orang mati meninggalkan ............ .....

--- On Wed, 11/19/08, Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com> wrote:

From: Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com>
Subject: Re: [WongBanten] Fw: Empati
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Date: Wednesday, November 19, 2008, 12:14 AM


suharto sudah wafat,cukup kita doaakan saja,apa yg dia lakukan selamam 
memimpin;jika salah,dapat ampunan,jika benar bisa diterima amal ibadahnya.

Adji not ajie




________________________________
From: halim hd <[EMAIL PROTECTED] com>
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Sent: Wednesday, November 19, 2008 2:42:25 PM
Subject: Re: [WongBanten] Fw: Empati


gimana kalo dibandingin sama SUHARTO?

--- On Tue, 11/18/08, Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com> wrote:

From: Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com>
Subject: Re: [WongBanten] Fw: Empati
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Date: Tuesday, November 18, 2008, 10:46 PM


hehehe..radeu- radeu mending tEh yucca tulang mah,dibandingakeun lan 
SUMANTOmah.. .




________________________________
From: yucca zinnia <yuccazinnia@ yahoo.com>
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Sent: Wednesday, November 19, 2008 1:24:47 PM
Subject: Re: [WongBanten] Fw: Empati


NgGileukakeune kang Adji!!!! tekan tulang tulange! rakus pisan! bagi bagi dong 
sama kang Uching! heuheue
--- On Wed, 11/19/08, Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com> wrote:

From: Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com>
Subject: Re: [WongBanten] Fw: Empati
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Date: Wednesday, November 19, 2008, 9:32 AM


kalo saya terbiasa makan sampai bersih,kadang tulangnya saya makan 
juga...sayang, kalo menyisakan makanan...hahahah




________________________________
From: Abdul Latief <abdullatiefku@ gmail.com>
To: [EMAIL PROTECTED] ups.com
Sent: Wednesday, November 19, 2008 9:28:38 AM
Subject: [WongBanten] Fw: Empati


 



 
Dear 
all,

A nice article, 
good to share with others.
 
EMPATI
By: Andy F 
Noya

Suatu malam, sepulang kerja, 
saya mampir di sebuah restoran cepat saji
dikawasan Bintaro. Suasana sepi. 
Di luar hujan. Semua pelayan sudah 
berkemas.
Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah 
saya yang memelas
karena lapar, salah seorang dari mereka memberi 
aba-aba untuk tetap
melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka 
menolak.


Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para 
pelayan restoran. Ada yang
menghitung uang, mengemas 
peralatan masak, mengepel lantai dan ada 
pula
yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang 
berantakan.


Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka 
seperti itu dari hari ke hari.
Selama ini hal tersebut luput 
dari perhatian saya. Jujur saja, jika
menemani anak-anak makan di 
restoran cepat saji seperti ini, saya tidak
terlalu hirau akan keberadaan 
mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada.
Mereka ada jika saya membutuhkan 
bantuan dan mereka serasa tiada jika saya
terlalu asyik menyantap 
makanan.


Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang 
selama ini seakan tak
terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran 
itu membersihkan
sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang 
sebenarnya biasa-biasa
saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati 
saya yang melihat,
pemandangan tersebut menjadi 
istimewa.


Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja 
yang sedang
dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa 
sebenarnya yang baru
saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari 
sisa-sisa makanan yang
berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. 
Tetapi yang menarik
perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu 
meninggalkan sampah bekas makanan.


Sungguh pemandangan yang 
menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di 
atas
meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa 
dijadikan tempat sampah.
Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja 
juga kotor oleh tumpahan remah-remah. 
Mungkin rombongan itu 
membawa anak-anak.


Meja tersebut bagaikan ladang 
pembantaian. Tulang belulang berserakan.
Saya tidak habis pikir bagaimana 
mereka begitu tega meninggalkan sampah
berserakan seperti itu. Tak 
terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa 
makanan
yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh 
seseorang, walau dia seorang
pelayan 
sekalipun.


Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk 
membuang sendiri sisa
makanan jika bersantap di restoran semacam itu. 
Saya juga meminta
anak-anak
melakukan hal yang sama. Awalnya 
tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya. 
Tetapi perbuatan saya 
itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. 
Saya dibilang sok 
kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah keluar 
negeri.
Sebab di banyak 
negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah
jamak pelanggan membuang sendiri 
sisa makanan ke tong sampah. 
Pelayan terbatas 
karena tenaga kerja mahal.


Sebenarnya tidak terlalu sulit 
membersihkan sisa-sisa makanan kita.
Tinggal meringkas lalu 
membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa 
menit.
Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang 
melakukannya, artinya akan
besar sekali bagi para pelayan 
restoran.


Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan 
kecil yang punya arti
besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak 
anaknya untuk
membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di 
kompleks rumah mereka.
Karena setiap hari warga kompleks melihat sang 
bapak dan anaknya membersihkan
sampah di situ, lama-lama mereka 
malu hati untuk membuang sampah 
disitu.


Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk 
mengikuti jejak sang bapak
itu dan ujung-ujungnya 
lingkungan perumahan menjadi bersih dan 
sehat.
Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak 
tersebut. Tidak ada slogan,
umbul-umbul, apalagi spanduk 
atau baliho. Dia hanya memberikan 
keteladanan.
Keteladanan kecil yang berdampak 
besar.


Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan 
senyum. Jika saja setiap
orang memberi senyum kepada paling sedikit satu 
orang yang dijumpainya hari
itu, maka dampaknya akan luar 
biasa. Orang yang mendapat senyum akan 
merasa
bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain 
yang dijumpainya.
Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas 
kepada banyak orang. 
Padahal asal mulanya 
hanya dari satu orang yang tersenyum.


Terilhami oleh sebuah cerita di 
sebuah buku "Chiken Soup", saya kerap
membayar karcis tol bagi mobil 
di belakang saya. Tidak perduli siapa di
belakang. Sebab dari cerita di 
buku itu, orang di belakang saya pasti akan
merasa mendapat kejutan. Kejutan 
yang menyenangkan. Jika hari itu dia
bahagia, maka harinya yang indah 
akan membuat dia menyebarkan virus
kebahagiaan tersebut kepada 
orang-orang yang dia temui hari itu. Saya
berharap virus itu dapat 
menyebar ke banyak orang.


Bayangkan jika Anda memberi 
pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari. 
Pujian itu akan 
memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia 
dan menularkan virus 
kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di 
sekitarnya.


Anak saya yang di SD selalu 
mengingatkan jika saya lupa mengucapkan 
kata
"terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan 
karcis dan uang kembalian.
Menurut dia, kata "terima kasih" 
merupakan "magic words" yang akan membuat
orang lain senang. Begitu juga 
kata "tolong" ketika kita meminta bantuan
orang lain, misalnya pembantu 
rumah tangga kita.


Dulu saya sering marah jika ada 
angkutan umum, misalnya bus, mikrolet,
bajaj, atau angkot seenaknya 
menyerobot mobil saya. 
Sampai suatu hari 
istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka. 
Para supir kendaraan 
umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. 
"Sementara kamu kan 
tidak mengejar setoran?'' 
Nasihat itu diperoleh 
istri saya dari sebuahtulisan almarhum Romo Mangunwijaya. 
Sejak saat itu, jika 
ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, 
saya segera teringat 
nasihat istri tersebut.


Saya membayangkan, alangkah 
indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. 
Alangkah 
menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. 
Betapa bahagianya 
jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji, 
kita sudah 
meringankan pekerjaan pelayan restoran.


Begitu juga dengan tidak 
membuang karcis tol begitu saja setelah 
membayar,
kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. 
Dengan tidak membuang
permen karet sembarangan, kita sudah menghindari 
orang dari perasaan kesal
karena sepatu atau celananya 
lengket kena permen karet.


Kita sering mengaku bangsa yang 
berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di
antara kita yang ketika berada 
di tempat-tempat publik, ketika membuka
pintu, menahannya sebentar dan 
menoleh kebelakang untuk berjaga-jaga 
apakah
ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi 
sering melihat orang yang
membuka pintu lalu melepaskannya 
begitu saja tanpa perduli orang di
belakangnya terbentur oleh pintu 
tersebut.


Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. 
Hal yang tidak
memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang 
lain. Mulailah dari
hal-hal kecil-kecil. Mulailah dari diri Anda lebih 
dulu. Mulailah 
sekarang juga. 


-- 

thankfully
farjuni"jujun" sofiyanto





The information transmitted is intended only for the person or the entity to 
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged material. 
If you have received it by mistake please notify the sender by return e-mail 
and delete this message including any of its attachments from your system. Any 
use, review, reliance or dissemination of this message in whole or in part is 
strictly prohibited. Please note that e-mails are susceptible to change. The 
views expressed herein do not necessarily represent those of PT Astra 
International Tbk and should not be construed as the views, offers or 
acceptances of PT Astra International Tbk.
 
 

 

 
    


      

Reply via email to