atow UNIPERKITAS GAJAH MABUK

--- On Sun, 1/11/09, Setiadji Achmad <setiadji.ach...@yahoo.com> wrote:
From: Setiadji Achmad <setiadji.ach...@yahoo.com>
Subject: Re: [WongBanten] Re: Dr. Kaya Pribadi Sahabat saya
To: WongBanten@yahoogroups.com
Date: Sunday, January 11, 2009, 7:02 AM










    
            
kira2 apa yg terbayang oleh kang HHD kalo beliau bisa menjadi rektor UGM saat 
itu??
 




wassalam
dari pinggiran Xapus
Setiadji N Achmad






From: halim hd <halimh...@yahoo. com>
To: wongban...@yahoogro ups.com
Sent: Sunday, January 11, 2009 9:58:57 PM
Subject: Re: [WongBanten] Re: Dr. Kaya Pribadi Sahabat saya







saya malah baru nyaho kalow beliau pernah balon rektor ugm. saya gak bisa 
ngebayangin, hehehehe, kalow beliau jadi rektor.
hhd.

--- On Sun, 1/11/09, tata septayuda <infose...@yahoo. co.uk> wrote:

From: tata septayuda <infose...@yahoo. co.uk>
Subject: Re: [WongBanten] Re: Dr. Kaya Pribadi Sahabat saya
To: wongban...@yahoogro ups.com
Date: Sunday, January 11, 2009, 6:50 AM









oo... yang dimaksud mr P ini doktor purwadi, yang pernah balon rektor UGM? luar 
biasa, buku2 tentang majapahit dan kebudayaan jawanya, top markotop, good 
marsogood... 
 
-tata septayuda-

--- On Sun, 11/1/09, halim hd <halimh...@yahoo. com> wrote:

From: halim hd <halimh...@yahoo. com>
Subject: Re: [WongBanten] Re: Dr. Kaya Pribadi Sahabat saya
To: wongban...@yahoogro ups.com
Date: Sunday, 11 January, 2009, 7:34 PM








saya kira, tak ada salahnya saya memberikan informasi tentang pak Pur, itulah 
panggilan tentang beliau; teman saya, fachrudin, anak jombang,  memanggilnya 
'kang Pur'. Pak Pur seorang doktor dalam bidang sejarah-kebudayaan, keahliannya 
pada sejarah kebudayaan jawa. seratusan judul byuku telah ditulisnya sekitar 
sejarah dan kebudayaaan jawa. banyak buku yang dianggap 'kontroversi' karena 
dianggap 'kurang ilmiah'. tudingan itu, oleh pak Pur, hanya dijawaba dengan 
senyum dan tawa. sebab, pernah 5 guruesaar ugm-ikip (sekarang univ. negeri 
jogja) menguji, dan semuanya tak bsia omong apapun juga; artinya, semua buku 
pak Pur yang dianggap 'kacangan' itu, memiliki landasan teori dan metode yang 
kuat dan sangat populer. yang menarik, oleh sejumlah kalangan pengamat 
perbukuan, pak Pur itu memperkaya penerbit yang modalnya cuma pas-pasan: 
bukunya laku banget, dan sementara itu, pak Pur dibayar dengan ala kadarnya. 
dan untuk bayaran yang ala
 kadarnya itu, dan ada yang malah kabur atau ngutang bertahun-tahun, pak Pur 
hanya menerima dengan legawa dan kalou ditanya, yo ben. biarkan saja. rejeki 
masih banyak berserak di mana-mana. sampai sekarang pak Pur masih mengajar di 
fak. budaya ugm dan unj. 2-3 kali ke rumahnya, diantar oleh fachrudin, aktivis 
komunitas literasi jombang dan penulis cerpen, kita akan mendapatkan rumah yang 
sederhana, dan diterima dengan cara yang ngoko, gak ada basa-basi. minggu ke-4 
desember 2008, pak Pur diundang mendalang di lenteng agyung, markasnya PDIP, 
dan pada minggu pertama jan 2009, diundang mendalang di kertosono, jatim. 
beberapa bulan yang lalu, ada undangan mendalang ke medan. beliau selalu ngirim 
sms kepada saya atau fachrudin, jika mendalang atau sedang menulis sesuatu. pak 
Pur juga bercita-cita menulis 400-an kabupaten di seluruh nusantara. dibalik 
sosok sederhana ini, ada sejumlah enerji menulsi yang tak pernah henti, dan tak 
pernah bisa dihentikan oleh
 kritikan apapun juga. 
hhd.

--- On Sun, 1/11/09, Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com> wrote:

From: Setiadji Achmad <setiadji.achmad@ yahoo.com>
Subject: Re: [WongBanten] Re: Dr. Kaya Pribadi Sahabat saya
To: wongban...@yahoogro ups.com
Date: Sunday, January 11, 2009, 4:15 AM







ngemeng-ngemeng Dr.P ini sapa ya??..bolehkah tau informasina, tertarik membaca 
cerita mas FR
 




wassalam
dari pinggiran Xapus
adji






From: halim hd <halimh...@yahoo. com>
To: wongban...@yahoogro ups.com
Sent: Sunday, January 11, 2009 7:03:12 PM
Subject: Re: [WongBanten] Re: Dr. Kaya Pribadi Sahabat saya







tulisan anda saya teruskan kepada kenalan baiknya, fachruddin dan teman-teman. 
hhd.

--- On Sun, 1/11/09, Ferizal Ramli <fram...@yahoo. com> wrote:

From: Ferizal Ramli <fram...@yahoo. com>
Subject: [WongBanten] Re: Dr. Kaya Pribadi Sahabat saya
To: wongban...@yahoogro ups.com
Date: Sunday, January 11, 2009, 3:57 AM




Kang Halim

Iya betul. Bliau lulus S-1 Sastra dan Budaya Jawa.. S-2 dan S-3 Studi
ilmu Filsafat.

Salam hangat hangat,

FR

--- In wongban...@yahoogro ups.com, halim hd <halimh...@. ...> wrote:
>
> bung ferizal,
> pak DR. P ini apa bukan yang ahli sejarah dan kebudayaan jawa? saya
kenal pribadi, dan sedang berusaha menerbitkan 31 judul buku kupasan
sejarah lokal jatim. 
> hhd.
> 
> --- On Sun, 1/11/09, Ferizal Ramli <fram...@... > wrote:
> From: Ferizal Ramli <fram...@... >
> Subject: [WongBanten] Dr. Kaya Pribadi Sahabat saya
> To: wongban...@yahoogro ups.com
> Date: Sunday, January 11, 2009, 12:41
 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> http://ferizalramli .wordpress. com/2009/ 01/02/dr-
kaya-pribadi- sahabat-saya/
> 
> 
> 
> ---Tulisan ini saya didekasikan pada siapapun yang pantang menyerah
> 
> berjuangan untuk mewujudkan impian yang paling mustahil sekalipun
> 
> menjadi nyata. Dr. Pribadi adalah inspirasi nyata, dari keminskinan
> 
> absolut yang nyata, menjadi penulis paling produktif di Indonesia
> 
> dengan 300 buku dalam 5 tahun, dan saat ini sedang membimbing para
> 
> Doktor untuk membuat ensiklopedia Islam Indonesia. Beliau adalah
> 
> Rektor Institut Budaya Jawa di Yogyakarta. Selamat membaca...
> 
> 
> 
> München,
> 
> 11.01.09
> 
> 
> 
>
 XXX
> 
> 
> 
> Dr. Kaya Pribadi sahabat saya
> 
> (Artikel ini pertama kali dipublikasikan pada Fri Oct 13, 2006 10:29
am).
> 
> 
> 
> Pribadi (bukan nama aseli), tapi kisahnya 100% tidak palsu, adalah
> 
> sahabat yang sangat saya hormati. Santun, tepo selero, tulus, lugu,
> 
> ikhlas, tabah, cuek, khas pribadi wong Yogya yang sangat njawani.
> 
> Lahir dari keluarga sangat miskin, dalam arti miskin secara absolut,
> 
> tapi kaya dalam citra dan harga diri.
> 
> 
> 
> Ciri khasnya pasti: aktivitasnya hanya sekitar kampus, kemana-mana
> 
> pake sepeda ontel butut, sendal Lily, tas kresek penuh buku, baju
> 
> batik lusuh, kaca mata besar tidak modis sama sekali dengan tangkai
> 
> bengkok karatan. Plus kebisaannya yang selalu nembang lagu-lagu jawa
> 
> merdu dan
 mendalang.
> 
> 
> 
> Rasanya saya kenal dekat dengannya. Tapi kelak baru saya sadari bahwa
> 
> saya tidak cukup dekat untuk memahami maknanya. Di agak akhir dekade
> 
> 1990-an wajahnya terpampang dalam headline Tabloid Adil (dulu tabloid
> 
> tersebut punya reputasi nasional, tapi entah sekarang). Tidak kalah
> 
> gaya dengan Adji Massaid dengan Moge-nya, Dr. Pribadi pun berpose di
> 
> atas sepeda ontel-nya.
> 
> 
> 
> Judul besarnya: „Dengan Sepeda Ontel meraih gelar Doktor".
> 
> Keterkejutan saya justru menyadarkan saya bahwa saya selama ini tidak
> 
> cukup mengenalnya secara dekat. Tidak disangka diantara rekan sesama
> 
> aktivis kampus ternyata dia yang paling cepat menyelesaikan S-3
> 
> sementara yang lain baru sibuk persiapan pendadaran skripsi.. Biasalah,
> 
> aktivis
 selalu telat lulus harap maklum. Tapi Pribadi memang berbeda;
> 
> minim fasilitas justru minim juga waktu studinya. Sahabat saya lainnya
> 
> yang baru saja kemarin lulus doktor spesialis SDM bilang; Pribadi
> 
> adalah salah satu dari sedikit orang yang dengan modal sangat minim
> 
> tapi berhasil „memelentingkan" prestasinya.
> 
> 
> 
> Pernah suatu ketika saya bertemu di kampus dengannya. Dari sepeda
> 
> motor, tegur saya: „Di, sampeyan mau kemana?" sambil menyamakan
> 
> kecepatan sepeda motor dengan kecepatan kayuhan sepeda ontelnya.
> 
> „Toko buku Gramedia, katanya kalem dengan senyum khas njowonya".
> 
> „Yo wes, tak bonjengin. Kita ke Gramedia bareng", sambil saya rem itu
> 
> sepeda motor.
> 
> Okay katanya, lalu digeletakin begitu saja sepeda ontelnya di pinggir
> 
> jalan
 kampus, cuek langsung mboceng ke motor saya.
> 
> "Lho sepeda ontelmu ndak dikunci?" tanya saya dalam kaget.
> 
> "Ora opo-opo. Ndak mungkin dicuri. Lagian seluruh Satpam kampus juga
> 
> tahu kok bahwa kereta kencana itu hanya milikku seorang", katanya
enteng...
> 
> 
> 
> Persahabatan saya dengan pribadi menjadi semakin dekat ketika
> 
> tiba-tiba musibah menimpa keluarga saya sehingga nasib ini
> 
> mengharuskan terjerumus menjadi mahasiswa miskin secara absolut.
> 
> Karena sesama miskin absolut maka lahirlah perasaan senasib dan
> 
> sepenanggungan. Seolah dia tahu akan kerisauan hati saya, Pribadi
> 
> menghibur: „Fer, sampeyan ndak perlu khawatir ndak bisa makan.
> 
> Percayalah Gusti Allah bersama kita. Para MalaikatNya dengan cara
> 
> kegemarannya sendiri pasti deh akan kirim rejeki ke kita. Bahkan
 kita
> 
> bisa makan enak, gratis dan bergizi tiap hari", begitu katanya
meyakinkan.
> 
> 
> 
> „Lho caranya piye?" kata saya ndak percaya, tidak mampu menyembunyikan
> 
> rasa cemas. Iyalah cemas. Yang namanya mulut ini butuh 3 x sehari
> 
> disumpal je. Kalau uang Rp 100 untuk naik bis kota aja ndak punya piye
> 
> arep makan enak tiap hari? (catatan: waktu itu untuk makan nasi sayur
> 
> telur Rp 400 di Warung Sederhana namanya)... „Jaket Alma Mater-mu itu
> 
> tiket untuk dapat makan gratis, enak dan begizi", katanya
terkekeh-kekeh…
> 
> 
> 
> Kelak saya baru tahu. Sebuah kampus dengan 61 jurusan plus program
> 
> Pasca Sarjana, ditambah Pusat Studi, puluhan unit kegiatan ternyata
> 
> jika di rata-rata setiap hari selalu ada seminar gratis. Jadi, yang
> 
> dibutuhkan cuma datang ke
 bagian Humas kampus lalu minta jadwal
> 
> seminar gratis selama 1 bulan. Lalu cepat samber itu jaket alma mater,
> 
> trus hadir ke ruang seminar. Santai serius menikmati berbagai sudut
> 
> pandang pemikiran dan ide-2 segar baru dari para pembicara untuk
> 
> amunisi berdebat kalo pas demonstrasi. Tentu saja berusaha akrab saja
> 
> dengan nara sumber atau pembicara yang biasanya Professor, Direktur
> 
> Perusahaan, Gubernur atau Menteri sekalian menjalin hubungan personal
> 
> sambil tetap tersenyum dan tidak lupa terus menuju ke meja makan,
> 
> ha…, ha…
> 
> 
> 
> Sudah 5 tahun lebih saya tidak bertemu dengannya. Tapi saya ingat
> 
> betul keinginannya untuk membimbing kandidat doktor baru agar meneliti
> 
> sejarah Islam di seluruh Indonesia. Dia ingin setiap seorang kandidat
> 
> doktor
 bertanggung jawab meriset 1 propinsi tentang sejarah dan
> 
> perkembangan Islam. Harapannya, akan muncul ensiklopedia Islam
> 
> nusantara yang terdokumentasi secara ilmiah dari Sabang sampai Merauke...
> 
> 
> 
> Sayang saya tidak tahu perkembangan selanjutnya. Tapi terlepas
> 
> berhasil atau tidak, tampaknya membuat "ensiklopedi Islam Indonesia"
> 
> merupakan sesuatu yang sangat layak untuk diperjuangkan oleh siapapun
> 
> juga yang mampu melakukannya.
> 
> 
> 
> Salam,
> 
> Dari Tepian Lembah Sungai Elbe
> 
> 
> 
> Ferizal
 Ramli
>









      
      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      

Reply via email to