SAP dan Pertamina-3: Dimensi Biaya dalam Implementasi Standard Software

http://ferizalramli.wordpress.com/

Pak Bambang Harymurti: „…Saya sependapat dengan mas Ferizal. Kalau software 
seperti SAP, Oracle dsb itu dianggap sebagai 'gun' maka para konsultan 
penerapan software ini adalah 'the man behind the gun'. Celakanya dalam sistem 
penerapan SAP di Pertamina saya dengar (ini perlu dikonfirmasi lagi) 
penenderannya cenderung 'pendekatan harga terendah' karena khawatir kalau bukan 
harga terendah nanti dituduh 'merugikan negara untuk keuntungan diri atau pihak 
lain'. Akibatnya banyak konsultan SAP yang berpengalaman dan punya jam terbang 
tinggi tak mau ikut tender tersebut. Adakah yang dapat menambah info soal ini? 
Bhm

XXX

SAP dan Pertamina-3: Dimensi Biaya dalam Implementasi ERP

Jika biaya yang menjadi persoalan saat penentuan tender Pertamina, sehingga 
Pertamina takut menjadi bulan-2 kritik, lalu memilih konsultan yang menawarkan 
biaya terendah, maka saya prihatin sekaligus empatik dengan persoalan Pertamina 
ini.

Pertama, prihatin. Mungkin karena kita begitu trauma dengan korupsi maka orang 
langsung curiga jika Pertamina memilih konsultan yang harganya mahal.

Akibatnya, keputusan Pertamina bukan karena pertimbangan rasional dingin 
layaknya dalam bisnis, tapi pertimbangan irrasional yang tujuannya meredam 
kritik masyarakat. Secara bisnis, apa yang dilakukan Direksi Pertamina, no 
doubt, 100% keliru.

Tetapi dalam konteks Indonesia maka keputusan Dewan Direksi Pertamina "yang 
keliru" tadi dapat saya dipahami. Disinilah titik empatik saya, termasuk 
empatik saya bahwa Pertamina mendapat tekanan politis besar saat mengambil 
keputusan bisnis yang seharusnya menggunakan kalkulasi rasional an sich.

XXX

Sekarang ijinkan saya membuat coretan ringan tentang variable biaya ERP. 
Sebenarnya bagaimana menentukan biaya konsultan?

Saya sharing sedikit tentang dimensi pembiayaan dalam implementasi Standard 
software
dalam bahasa warung kopian.

Pertama: Setiap Perusahaan konsultan punya "Program Terapi" untuk Proyek IT dan 
System integrasi sesuai dengan persoalan yang ada di perusahaan masing-2. Harga 
dari "Platform Program Terapi" antara Perusahaan konsultan satu dengan lainnya 
berbeda dan tanpa standard
pembanding. Tergantung pada reputasi, pengalaman kesuksesan serta innovasi dari 
platform yang ditawarkan.

Perusahaan konsultan harus berani menolak client, jika client-nya tidak mampu 
memberi fee sesuai dengan standard profesionalitas. Karena jika dipaksakan maka 
perusahaan konsultan tersebut tidak bisa memberikan hasil terbaik yang akhirnya 
berakhir pada kegagalan.
Kerugiannya: reputasi perusahaan konsultan hancur dan client sudah mengeluarkan 
biaya termasuk kegiatan oprasionalnya bisa terancam berhenti, akhirnya bangkrut.

Jadi, sebuah perusahaan konsultan seharusnya lebih fokus pada penawaran 
kualitas tinggi dari pada penawaran harga murah. Berdasarkan pengalaman kami, 
pake logika harga murah itu ndak bisa jalan. It doesn't work. Konsultan 
terdidik, terlatih, berpengalaman mana bisa
berharga murah? Biaya training seorang konsultan SAP 1 minggu saja 5.000 Euro. 

Biaya training 1 minggu SAP ini lebih mahal dari pada biaya yang dikeluarkan 
untuk kuliah sampai lulus Program MM UGM, UI atau ITB. Jadi, bagaimana mungkin 
seorang konsultan SAP bisa berharga murah? Pengalaman saya pribadi saja, 
tercatat sudah menghabiskan puluhan ribu Euro hanya untuk training saja.

Bagi saya Profesionalitas baru bisa dicapai jika harus memenuhi 3 faktor:

1. Profesional People: para pekerjanya (konsultannya) memenuhi standard 
kompetensi profesional

2. Profesional prosess and result: proses kerja dan hasilnya memenuhi standard 
yang telah ditetapkan

3. Profesional reward: untuk semua hasil profesional tsb ada sebuah jaminan 
akan mendapatkan kompensasi profesional.

Selama ini kita cuma bicara Profesional di process dan result. Padahal itu ndak 
mungkin tercapai profesional di process dan result jika orangnya dan reward 
yang ditawarkan tidak profesional. Ini menyalahi sunahtullah :)

Kedua: Variable biaya berikutnya adalah Biaya Konsultan.
Biaya ini didasarkan pada luasnya sekup proyek. Berapa lama program 
implemenntasi itu berjalan terhadap 7 tahan yang dalam email sebelumnya saya 
paparkan. Lalu ditentukan berapa banyak konsultan yang terlibat dan berapa lama 
keterlibatannya dan lalu dikalikan sesuai tarif masing-2 konsultan.

Ketiga: Biaya lisensi Software. Biasanya biaya ini sudah standard.

Keempat: Biaya pelatihan

Kelima: Biaya support system lainnya

Nah, disini titik persoalannya. Biaya implementasi Project ERP itu benar-2 
tidak standard. Dia bisa berbiaya: hanya jutaan Euro saja tapi bisa ratusan 
juta Euro. Tidak ada standardnya kecuali rasionable sesuai akal sehat.

Jika perusahaan ingin benar-2 "rombak total" maka dia bisa bernilai proyeknya 
ratusan juta Euro. Tapi apakah benar yang diperlukan rombak total, atau rombak 
sebagian? Ini benar-2 tidak ada standardnya.

Menjadi sulit ketika kriteria harga murah sebagai pedoman dalam proyek 
implemtasi ERP.

Bagi saya, kriteria yang harusnya jadi pedoman adalah:
1. Referensi dari para customer yang pernah dilayani oleh perusahaan konsultan. 
Ini titik terpenting untuk menilai kredibilitas konsultan
2. Penilaian dari lembaga riset indenpenden tentang kredibilitas perusahaan 
konsultan
3. Company Profile perusahaan consultan
4. Adanya Platform dan tools inovatif yang ditawarkan konsultan
5. Presentasi dari perusahaan konsultan

Sayangnya, KPI (key performance indicators) diatas sulit dipahami oleh orang 
awam. Jadi, orang awam apalagi politisi lihat pada sisi yang paling primitif 
saja: mana yang murah itu yang dibeli.

Menentukan konsultan memang tidak semudah membeli sembako...

Salam hangat,
Dari Tepian lembah Sungai Isar,

Ferizal Ramli


Kirim email ke