Lawangbagja; catatan buruhmigran 

Pin Dewan

Pin yang disematkan di dada baju safari baju anggota dewan memang memiliki 
'sima'. 'Sima' dalam bahasa sunda berarti pesona yang memiliki daya magis 
sehingga dapat membuat seseorang yang berada di hadapan tergagap, lemas, 
menunduk patuh, dan pasrah. Deskripsi saya mungkin membuat anda tambah pusing. 
Saya buat simpel saya, 'sima' adalah kesan yang anda rasakan ketika berada di 
tempat sepi, sendirian tiba-tiba di depan berdiri sebuah harimau bertaring 
tajam 15 centimeter panjangnya, matanya mengumbar hasrat mengunyah anda, dan 
besarnya harimau tadi hampir sama dengan seekor kuda Australia!

Ya, itulah pin para anggota dewan kita yang terhormat. 'Wajarlah' jika pin ini 
dibandrol 5 juta rupiah perkeping. Pin ini hadir sebagai bentuk pengejawantahan 
akan makna dari sebuah lembaga yang menjungjung tinggi kehormatan. Pin bukan 
sembarang pin. Bukan pin yang biasa disematkan kepada para anggota siaga atau 
penggalang dalam kepanduan kita. Saya tidak tahu apakah ada versi KW 1 atau KW 
2 untuk pin ini. Itu tidak penting karena biasanya semua sudah ditenderkan 
terlebih dahul melalui birokrasi yang dari dulu sampai sekarang konon banyak 
'keranjang sampahnya'. Ya..karena sebentar-sebentar urusan tender menender 
harus buang duit.

Sebagai warga kebanyakan, dengan pemahaman yang terbatas tentang 
ketatanegaraan, saya sendiri tidak mengerti jika pin ini bisa seharga 5 juta 
rupiah perkeping. Jika ia terbuat dari emas, yang jika dilihat rate emas 22 
karat pergramnya 263676 rupiah maka mungkin saja beratnya sekitar 18,96 gram. 
Saya belum sempat memegangnya tapi bisa jadi beratnya kurang dari itu. Lantas 
apa yang membuat pin ini begitu mahal? Ada yang pernah berkata mungkin jalur 
birokrasi, mungkin modelnya berbeda dan sangat terbatas jumlahnya, dan masih 
banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya. Di balik itu semua pin ini adalah 
simbol dari sebuah kehormatan. Ya kehormatan..! (barangkali)

Antara 'Pantat' dan Kepala

Saya tinggal di gulf saat ini. Ada yang menarik saya amati dalam hal budaya 
yang dijunjung tinggi oleh para penduduk asli arab gulf. Mereka memandang 
menjaga aib adalah sebuah usaha menjaga kehormatan. Contohnya; jangan pernah 
sekali-kali disengaja atau tidak menepuk 'pantat' terhadap teman sendiri (Yang 
sejenis tentunya). (maaf) Pantat dan sekitar aurat yang semestinya dijaga bagi 
mereka adalah wilayah 'aib'. 'Aib yang berarti malu dan cela. Bukan semata 
menepuk pantatnya tetapi perbuatan menepuk pantat itu sebuah simbol atau pesan 
bahwa wilayah yang semestinya dijaga itu sudah diintervensi sebagai bentuk 
usaha mempermalukan karena wilayah itu adalah aurat. Aurat diartikan sebagai 
'dignity'. Bisa juga berarti kemulyaan. Mengapa ini dipersoalkan ? karena ini 
menyangkut 'worthy'. Seberapa berharganya kemulyaan diri mereka di hadapan 
masyarakatnya.

Ini berbeda dengan kita. Umumnya budaya kita adalah sangat menjunjung tinggi 
kepala. Kepala adalah simbol akan berharganya 'otak' manusia. Orang gulf bilang 
al mukh/ mukhun yang berarti akal. Lewat mukh/ akal inilah manusia diberikan 
kemampuan berfikir. Beda dengan binatang yang mempunyai kepala dan batang otak 
tapi tidak mampu berfikir. Kita sepakat begitu berharganya akal yang dismbolkan 
dengan kepala, maka siapa saja yang berani menyentuh, mengeplak, menjitak atau 
apapun bentuknya bisa diartikan sebagai sebuah 'declare of war'. Pernyataan 
perang dan awas ya..kalau berani-berani pegang!karena hal itu bentuk 
penghinaan. Kemarahan luar biasa disertai perasaan terhina akan meluap hingga 
ubun-ubun. Ini semua karena masyarakat kita begitu menghargai bahwa AKAL adalah 
anugerah Tuhan dan pergunakanlah ia semestinya.

Ditarik korelasi antara (maaf) PANTAT di budaya arab Gulf dan KEPALA di budaya 
masyarakat Indonesia begitu singkron. Untuk arab Gulf kira-kira pesannya 
berbunyi; 
Jagalah dirimu dari perbuatan cela/aib karena nilai seberapa berharganya dirimu 
ditentukan oleh usahamu menjaga aib/ cela dirimu dan keluargamu. 

Sedangkan untuk orang Indonesia kira-kira berbunyi:
Jagalah akalmu dan muliakanlah dirimu dengan selalu mendahulukan berfikir 
dengan akal sehatmu.
Jadi yang satu menjaga cela dan satu lagi lagi menggunakan akal sehat. Itulah 
sebuah NILAI KEHORMATAN dalam hidup.

Tentang pin anggota dewan. Akal sehat saya serta merta menolak bahwa pin kecil 
bisa berharga 5 juta rupiah!.Jika ia berada di pasar atau mal dan dijual bebas 
menurut anda, adakah yang mau membeli pin ini seharga 5 juta rupiah? Sudahkah 
akal fikiran digunakan untuk menentukan nilai dari pin ini? Jika biaya untuk 
membeli pin ini berasal dari kantong pribadi tidak menjadi soal tetapi biaya 
membeli pin ini dari uang kita semua..ya uang anda dan seluruh rakyat Indonesia.

Di saat masyarakat tengah ditimpa musibah oleh gempa dan banyak menimbulkan 
korban harta serta jiwa dan hidup dalam keprihatinan maka sebuah AIB/ CELA 
rasanya uang yang seyogyanya bisa diperbantukan meringankan derita dan beban 
yang ditimpa musibah malah dipakai untuk biaya pelantikan. Meminjam istilah 
edirorial Indonesia, pelantikan tak ubahnya hari pertama masuk sekolah. 

Maka, bagaimana kita memaknai arti dari harga sebuah pin yang akan disematkan 
pada dada para anggota dewan yang katanya terhormat itu?


      

Reply via email to