kota jadi anomali!! elite hanya mikir dokap. disorientasi akan selalu terjadi!!
________________________________ From: WongBanten <jaya_sant...@yahoo.com> To: WongBanten@yahoogroups.com Sent: Wed, January 20, 2010 9:41:41 PM Subject: [WongBanten] Hilang Lagi Salah Satu BCB Serang. Ketika saya masih kecil, di sekitar tempat tinggalku di jalan Diponegoro Serang ada dua buah bangunan peninggalan Belanda. Meski keduanya sama-sama memiliki ciri khas arsitektur Eropa, salah satu bangunan tersebut ada yang juga di dominasi assesoris China. Tempat tinggalku diapit oleh ke-dua bangunan ini. Yang berada di sebelah kiri -sekarang disamping Bandar, biasa kami sebut dengan Ho Hap dan yang di sebelah kanan biasa kami sebut Pi Min. Keduanya juga mempunyai halaman yang luas sehingga kedua tempat ini menjadi tempat vaforit untuk bermain. Uniknya belakang kedua tempat ini dapat bertemu di sebuah lahan kosong yang disebut Kramat Keling, sebelum tembus ke jalan Juhdi -Kantin. Yang saya bicarakan adalah Ho Hap, sebuah bangunan berarsitektur Eropa dengan ke-khasan atap plafon yang sangat tinggi, pintu-pintu yang lebar dan tinggi serta lantai penuh ornamen. Yang sangat unik di bangunan ini adalah sebuah sayap di lokasi akak belakang bangunan yang menjorok ke kiri bangunan. Tempat ini dikelilingi dengan kaca dan jendela kaca. Ketiga sisinya menghadap ke kebun bunga, sedangkan salah satu sisi lainnya merupakan akses ke bangunan utama. Ruang ini bercat putih dengan meja oval besar ditengahnya. Ini merupakan ruang makan. Tidak banyak bangunan kuno yang memiliki ruang makan khusus. Di sayap kanan ada ruang baca dan santai dengan sebuah kolam kotak berukuran 3x3 meter. Sewaktu saya kecil, kolam ini berisi ikan mas dan teratai berwarna merah darah. Bangunan ini kemudian diketahui dimiliki oleh Lie Viet Kiong -kalau tidak salah menuliskan. Seorang yang punya pemikiran maju dan berorientasi pada industri. Ia pernah punya gagasan membuat pabrik jarum pentul, jarum jahit dan peniti. Barang-barang ini sampai detik ini pabriknya tidak ada di Indonesia. Keenceran otaknya pada indusri berbasis mesin membuat dia membuka bengkel bubut dan permesinan pertama di Serang. Lokasinya di bagian belakang bangunan ini. Bangunan ini juga pernah dijadikan Gereja sementara bagi penganut protestan. Bisa dibilang inilah cikal-bakal Gereja Kristen Indonesia di Banten. Di bangunan ini pernah tinggal sedikitnya 6 keluarga secara bersamaan. Ada yang memegang bengkel, ada yang membuat bakso, ada yang menjahit, dokter gigi, tukang empe-empe dan pedagang pasar. Di tahun 90-an bangunan ini berpindah tangan kepada H. Hilmi -demikian kabarnya, mohon ma'af jika keliru. Setelah beberapa lama bangunan ini dikuasai oleh BCA. Beberapa hari lalu, ketika saya sedang di depan komputer dan istri sedang di lantai 3, kami dikejutkan dengan getaran mirip getaran ledakan bom. Istri langsung panik turun disangka ada gempa. Sayapun bingung dengan kejadian ini namun saya yakin ini bukan gempa. Saya berasumsi ada barang sangat berat jatuh. Pikiran sederhana kemungkinan toko Bandar sedang menurunkan barang, tapi terjatuh. Ketika kejadian ini berulang hingga beberapa kali akhirnya saya tertarik menyelidikinya. Ternyata bangunan Ho Hap sedang di gempur roboh dengan cara manual. Tembok-tembok tebal yang tinggi dijatuhkan begitu saja sehingga menimbulkan getaran besar. Padahal ada peraturan untuk tidak membangun dengan menimbulkan getaran yang berbahaya. Mal Serang dan Gedung Pajak di Alun-alun dan di jalan Diponegoro, tidak menggunakan tiang pancang beton yang memakai hammer, tetapi memakai sistim bor yang kemudian di cor, untuk menghilangkan getaran. Karena area sekelilingnya banyak bangunan Benda Cagar Budaya -BCB. Hari ini saya melihat sebuah mobil Tadano siap untuk melaksanakan pemancangan tiang perdana yang kemungkinan besar untuk perkantoran BCA. Satu lagi tempat bermain sewaktu kecil yang merupakan BCB telah dihapuskan dari zaman. Tabek.