Hallo Gank!, On Fri, 26 Apr 2002 at 21:40 GMT -0700 (27/04/2002 11:40 where you think I live) "Rifki Muhida"=[RM] wrote to [EMAIL PROTECTED] :
> Wcds, saya postingkan berita baru yang saya ambil dari media > indonesia, yang menceritakan seorang pelajar yang stress karena > nggak lulus-lulus kuliah. . > Pelajar itu nekat menembak guru2 dan beberapa siswa sekolah hingga > 18 orang tewas.Bulan pebruari lalu kejadian serupa di jerman > menewaskan 3 orang, dan pelakukanya bunih diri. Bukannya di Jepang, kasus macam ini tergolong tinggi ? > Kejadian siswa stress, banyak kita temui di ITB, waktu jaman saya > kuliah, saya menemui banyak kasus, salah seorang diantaranya adalah > Erwin, anggota menwa ITB angakatan 18? (80-an akhir ?), jurusan > sipil ITB yang DO. Ketika saya menjabat komandan, Erwin sering > datang ke kampus dan posko dalam rentang waktu 2 bulan, dan sempat > bikin repot pihak ITB (dosen, staf ITB dan satpam). Untungnya erwin > tidak melakukan tindakan senekat mahasiswa jerman ini. Di ITB banyak > orang2 semacam erwin dikarenakan sistem ITB yang keras/absoulud dan > banyaknya dosen yang tidak mau ambil perduli dengan masalah yang > dihadapi si mahasiswa, mereka jalan terus dengan standar2 yang > tinggi dan ideal tanpa melihat bahwa si mahasiswa sudah kehabisan > napas. Terlalu banyak yang ingin dikejar oleh ITB, lulusan yang > hebat, siap bersaing dll, padahal itu akan membuat orang jadi > pongah, dan hal2 yang sederhana, seperti bagaimana orang harus > berteman, bekerjasama terlupakan, padahal itu lebih berharga bahkan > untuk waktu yang panjang dari pada sekedar angka2 yang dinytakan > dalam transkrip. Apakah ITB sekarang masih seperti yang dulu? > mudah-mudahan berubah. Saya jadi teringat pernah baca ttg Thomas A Edison (atau Einstein ya, lupa persisnya) waktu ditanya orang ttg apakah anaknya nanti harus jadi ilmuwan orang genius lain, jawabnya "tidak perlu, saya cuma menginginkan dia cukup punya perhatian terhadap apa yg dikerjakannya...". Berbicara soal "kerasnya sistem", saya jadi ingat sekolah anak-2x saya :-) Di sekolah anak saya yg SD, setiap tahun di evaluasi hasil belajarnya, kemudian anak-2x yg setara peringkatnya dikumpulkan menjadi satu kelas (saat masuk kelas 1, mrk diberikan test juga dg maksud spt itu). Dampaknya, makin tinggi kelasnya maka peringkat siswa per catur wulan makin menciut, misalkan saja saat anak saya kelas 4, ada 37 siswa akan tetapi hanya ada 5 peringkat...akan tetapi peringkat 1 isinya 10 orang, peringkat 2 isinya 16 orang...dan terakhir peringkat 5 isinya 1 orang saja. Mereka sekolah setiap hari jam 08:00 s/d jam 14:30 (Sabtu tidak ada pelajaran), dan nampaknya mereka happy-happy saja (kalau ada orang tua yg protes anaknya jadi stress krn cara/sistem ini, maka boleh pindah ke kelas lain). Yg aneh, lulusan sekolah SD ini (hasil EBTA) tidak banyak yg masuk dalam Top Ranking di tingkat Kabupaten, bahkan tdk jarang utk tahun tertentu tidak masuk dalam ranking 10 besar tingkat Kabupaten, shg banyak juga yg masuk SMP Swasta (umumnya SMP swasta welcome menerima lulusan SD ini). -- Salam, - Syafril - Old Ekek Never Die, They Just Regenerates! YON-1 ITB <RET> A-7911664 #...Moderator and Fellow [EMAIL PROTECTED] List Member...# Thought of The Day : ***Hanya dia yg mempunyai keberanian yg sesungguhnya, yg mampu menanggung beban dari pengalaman yg seburuk-buruknya yg bisa dialami manusia dg sikap bijaksana (william Shakepeare, 1564-1616). --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu> 1 Mail/day : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=set%20yonsatu%20digest>