Assalamu'alaikum Rekans CORPS sekalian ,

Setelah tulisan beberapa waktu yang lalu tentang perjumpaan dengan pak Tanto 
, jenderal bintang tiga pensiun yang pernah menjadi Panglima Siliwangi , 
kebetulan saya mendapat sedikit cuplikan dari  otobiografi beliau yang saat 
ini sedang disusun oleh  Daud Sinjal .
Saya hanya mengutip bagian yang terkait dengan peristiwa 1978 , karena 
menurut hemat saya , pada saat inilah saat terjadinya  perubahan  paradigma 
TNI , yang dulu membela rakyat dan bahu-membahu dengan rakyat , sejak tahun 
1978 , saat kekuatan TNI digunakan untuk  menumpas gerakan mahasiswa yang 
melakukan koreksi terhadap pemerintahan Suharto . Bukan hanya mahasiswa yang 
merasa terluka dengan penindasan tersebut , tetapi juga seorang Himawan 
Sutanto ,  yang Panglima Siliwangi ,.....

Ketika mahasiswa mulai melakukan demo dan memasang spanduk sepanjang 50 
meter dipagar kampus ITB dengan tulisan menyolok :"tidak mempercayai lagi 
kepemimpinan Suharto" , Himawan membiarkan saja dan prajurit Siliwangi yang 
dikirim ke ITB malah berbaur main gaple dengan mahasiswa .
Himawan menyebut kebijakannya dengan strategi pendekatan tak langsung , 
diilhami teori Liddle Hart  (strategy of indirect approach)  , yang 
kelihatannya berhasil menjinakkan mahasiswa ITB ketika itu .
Tetapi para kolega dan atasannya di Jakarta mulai panik dan mendirikan  
"crisis centre" .

Ketika 18 Januari 1978 KOPKAMTIB melancarkan  "operasi Kilat" dengan 
menyerang kampus2 dengan empat target , yaitu : menangkap serentak semua 
pimpinan dewan dan senat mahasiswa yang menandatangani ikrar 28 Oktober 1977 
, melokalisasi dan menangkap dalang yang menggerakkan pressure group 
mahasiswa , melarang terbit untuk sementara waktu Koran Kampus , Kompas , 
Sinar Harapan, Pelita dan Merdeka , menindak tegas perwira tinggi ABRI yang 
memberi angin pada gerakan mahasiswa .
Himawan Sutanto tidak mengetahui tentang gerakan pasukan tersebut , dan 
Himawan juga tidak mengetahui darimana pasukan yang menembaki rumah Iskandar 
Alisyahbana itu berasal , dia juga tidak bisa berbuat apa2 , ketika Iskandar 
  menemuinya dan bertanya dalam bahasa Belanda : "mengapa anda bertindak 
begitu pengecut?" .
Belakangan diketahui , bahwa kekerasan militer tersebut ditempuh bukan 
sekedar memulihkan ketertiban dan keamanan Sidang Umum MPR 1978 , tetapi 
karena Rektor ITB dan Pangdam Siliwangi membiarkan Presiden dipermalukan 
oleh mahasiswa dengan spanduk sepanjang 50 meter tersebut .

Peristiwa 1978 di ITB tersebut adalah gerakan terakhir mahasiswa Indonesia , 
karena dibekukan habis oleh kebijakan Pemerintah dengan program "normalisasi 
Kampus" , yang akhirnya duapuluh tahun kemudian , gerakan mahasiswa tersebut 
bangkit kembali untuk menumbangkan pemerintahan Suharto .
Sementara bagi tentara , tahun 1978 adalah tahun terakhir ketika para 
Komandan Teritorial mencoba bertindak arief bijaksana  dan cerdas dalam 
menanggapi perintah atasannya .

Dstnya , dstnya ,...............

Makanya jangan heran kalau pada saat ini sulit sekali mencari tokoh TNI yang 
betul2 bisa diharapkan menjadi pemimpin bangsa yang kita segani . 
Keteladanan Panglima Besar Sudirman juga sudah sulit dicari bandingannya . 
Sikap beliau yang terkenal : "satunya kata dengan perbuatan" .

Okay  ,   Rekans sekalian , cuplikan buku sudah saya bacakan  dan buku bisa 
dipesan mulai akhir Oktober 2003 di Gramedia - Kompas Group .
Terimakasih atas perhatiannya ,
Wassalam ,
Priyo PS
----------------------------

_________________________________________________________________
MSN 8 with e-mail virus protection service: 2 months FREE* 
http://join.msn.com/?page=features/virus


--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>


Kirim email ke