Mbokde Mus bilang :
Apa salahnya jadi agen CIA???
Apa jeleknya jadi agen CIA???
Justru SBY difitnah sebagai agen CIA akibatnya jadi terpilih sebagai
Presiden.

Saya bilang : 
Nggak ada salahnya sih. Cuma harus siap dan ati ati. Habis dilambungin kalau 
udah nggak kepakai harus siap dijungkirin atawa dimampusin. Contoh sudah banyak.

Mbokde Mus bilang :
Semua pejabat Indonesia yang berhasil jadi agen CIA, maka masa
depannya pasti cerah bahkan matinya PASTI JADI PAHLAWAN BANGSA.

Saya tanya :
Lha DN. Aidit yang katanya juga agen CIA gimana?

Please walk your talk mbokde Mus !

Salam,
Supriyadi


  ----- Original Message ----- 
  From: Hafsah Salim 
  To: zamanku@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, November 26, 2008 8:53 AM
  Subject: [zamanku] Re: Wapres Kalla: Tak Mungkin Adam Malik Agen CIA


  Apa salahnya jadi agen CIA???
  Apa jeleknya jadi agen CIA???
  Justru SBY difitnah sebagai agen CIA akibatnya jadi terpilih sebagai
  Presiden.

  Bangsa Indonesia mayoritas sangat bangga dengan CIA, banyak yang
  rebutan mau jadi agen CIA, sayangnya enggak gampang jadi agen CIA
  karena persyaratannya sangat berat dan jarang yang bisa memenuhi
  persyaratan.

  Semua pejabat Indonesia yang berhasil jadi agen CIA, maka masa
  depannya pasti cerah bahkan matinya PASTI JADI PAHLAWAN BANGSA.

  Amrozy cs dipastikan tidak mungkin jadi anggauta CIA karena selain
  pendidikannya rendah juga otaknya dungu cuma diisi racun Syariah yang
  justru jadi target untuk dimusnahkan oleh CIA.

  Bisa jadi anggauta CIA sudah pasti merupakan kebanggaan, kebanggaan
  sebuah bangsa.

  Ny. Muslim binti Muskitawati.

  --- In zamanku@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Refleksi: Apa alasan tak mungkin? Lihat Washington Post on May 21,
  1990, and the Boston Globe on May 23, 1990
  > 
  >
  
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/11/25/01052056/buku.weiner.picu.kontroversi
  > 
  > 
  > Buku Weiner Picu Kontroversi
  > Wapres Kalla: Tak Mungkin Adam Malik Agen CIA
  > Selasa, 25 November 2008 | 01:05 WIB 
  > 
  > Jakarta, Kompas - Buku "Membongkar Kegagalan CIA" (The Legacy of
  Ashes, History of CIA) karya Tim Weiner menuai kontroversi, terutama
  menyangkut penyebutan mantan Wakil Presiden Adam Malik (almarhum)
  sebagai agen Badan Pusat Intelijen AS atau CIA. Wapres Jusuf Kalla
  tidak melihat kemungkinan tersebut.
  > 
  > Sementara itu, Kejaksaan Agung masih meneliti atau mengkaji sejauh
  mana buku tersebut membawa dampak yang mengganggu stabilitas. Kajian
  atau penelitian itu dilakukan Bagian Intelijen Kejagung.
  > 
  > "Pertama, sebagai Wapres saya menyesalkan tulisan itu. Saya tidak
  bisa percaya. Tidak mungkin Pak Adam Malik itu menjadi apa yang
  ditulis itu (agen CIA)," kata Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Senin
  (24/11). Alasan kepribadian dan posisi politik Adam Malik otomatis
  membantah kemungkinan itu.
  > 
  > Wapres menjelaskan, Adam adalah orang yang pandai bergaul sehingga
  bisa saja mempunyai banyak teman diplomat, termasuk diplomat AS.
  Namun, tuduhan seperti ditulis dalam buku itu menurut dia sulit dipercaya.
  > 
  > "Pertama, basis politik Pak Adam Malik tidak sama dengan kepentingan
  AS. Pemikiran beliau lebih kepada pemikiran sosialis. Beliau kan
  pendiri Partai Murba. Jadi, tidak mungkin menjadi agen CIA. Kedua,
  walaupun yang dituliskan itu sebelum beliau menjadi wapres, sulit bisa
  memahami hal itu terjadi," ujarnya.
  > 
  > Pemerintah akan mempelajari buku itu lebih lanjut. Jika perlu,
  pemerintah akan meminta pertanggungjawaban penulisnya.
  > 
  > Menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung M Jasman Panjaitan,
  jika diperlukan, pihaknya akan bekerja sama dengan instansi lain untuk
  meneliti buku itu. Kejagung akan meneliti dampak buku, terutama di
  bidang ideologi dan sosial politik.
  > 
  > Sementara itu, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono menilai terlalu
  banyak kontroversi sering diungkap pihak luar, terutama oleh
  orang-orang dari kalangan media massa, tentang Indonesia. Untuk itu,
  pelurusan sejarah di dalam negeri dinilainya menjadi suatu keharusan.
  > 
  > Juwono mencontohkan, bahkan proklamator RI, Mohammad Hatta, juga
  pernah dituduh menjadi provokator peristiwa pemberontakan PKI di
  Madiun, Jawa Timur, tahun 1948.
  > 
  > "Namun, semuanya spekulasi saja, tidak ada yang benar. Seperti kita
  tahu, industri hal-hal yang kontroversial pasarnya kan akan selalu ada
  di Amerika Utara dan Eropa. Selalu ada obsesi soal peranan
  intelijen-intelijen CIA. Padahal, sering kali kejadian di luar negeri
  mereka, entah Asia, Afrika, atau Amerika Latin, semata-mata persoalan
  dalam negeri," ujar Juwono. (INU/idr/dwa/sut)
  >



   

Kirim email ke