http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=kategori&kid=12&id=Politik
Rabu, 10 Desember 2008 'Road Show' DPD PNI Marhaenisme ke Jembrana PNI Berjasa Selamatkan Jutaan Nyawa Saat G-30-S/PKI BALI mencatat terjadinya pembantaian puluhan ribu rakyat Bali dalam tragedi G-30-S/PKI. Jembrana adalah salah satu wilayah yang paling berbahaya saat itu. Dan di sanalah peran PNI yang ikut menyelamatkan jutaan nyawa orang Bali ketika meletus konflik politik akibat G-30-S/PKI. Bagaimana tidak, saat itu rakyat Bali berbondong-bondong antre untuk dibuatkan Kartu PNI dan meminta stempel PNI yang dipasang di rumah-rumah warga, hingga selamatlah jutaan nyawa orang Bali. Demikian diungkap Dr. Shri I Gst. Ngrh. Arya Vedakarna MWS (Ketua DPD PNI Marhaenisme Provinsi Bali) saat mengunjungi kecamatan di Jembrana yakni Pekutatan, Mendoyo, Jembrana, Negara, dan Melaya. 'Tentu rakyat Jembrana masih ingat bagaimana ribuan kader Marhaenis dari seluruh Bali datang ke Penyaringan Jembrana untuk memperingati HUT PNI. Di saat yang sama PKI membuat acara tandingan. Dan dukungan rakyat Jembrana terhadap PNI sangat kuat, kekuatan itu harus dibangkitkan oleh rakyat Jembrana untuk kembali ke partai kawitan yakni PNI-M,' ungkap Dr. Vedakarna. Ia pun berpendapat bahwa rakyat Bali jangan tulah terhadap leluhur dan kebangkitan PNI saat ini tentu tidak lepas dari peran pejuang PNI yang mati untuk membela partai. 'Saya berharap agar Jembrana kembali menjadi basis PNI. Jangan seenaknya melupakan sejarah. Kita harus menyadari umat Hindu dan rakyat Bali hidup dari sejarah. Ajaran agama dan kepemimpinan di Bali adalah peninggalan sejarah yang diperjuangkan oleh leluhur. Tinggal bagaimana kita mengelola sejarah menjadi sesuatu yang bermanfaat,' ungkap pimpinan teras Arya Dalem Benculuk Tegeh Kori. Namun di satu sisi, ia tidak rela jika pengurus PNI hanya bangga dengan masa lalu tanpa aksi nyata di masa kini. Ia berharap agar kaum Marhaen mengubah citra politik menjadi lebih bermartabat. 'Hindu adalah agama politik. Contohlah politik ala Pandawa, jangan contoh politik ala Kurawa yang diterapkan partai besar. Jumlah Kurawa politik pasti lebih banyak. PNIM walau kecil, tapi berpikirlah layaknya Pandawa,' kata caleg DPR-RI No.1 ini. (r/*)