--- In forum_lingkarp...@yahoogroups.com, "ahmad ade" <ahmad...@...>
wrote:


Cermin Diri



KH Rahmat Abdullah



Orang-orang bijak pernah berpesan "Ma halaka `amru-un arafa Qadra
nafsihi" (Tak akan celaka orang yang kenal harkat dirinya). Telah banyak
orang binasa karena terlalu tinggi memasang harga diatas realita
dirinya. Banyak yang lenyap dari peredaran karena terlalu murah
menghargai dirinya – dengan waham `tawadhu' atau perasaan
tidak mampu dan tidak punya apa-apa. Selebihnya adalah jenis orang yang
berjalan dalam tidur atau tidur sambil berjalan. Tepatnya pengigau
berat. Ia tak pernah bisa menyadari dimana posisinya, apa yang terjadi
di sekitarnya dan apa bahaya yang mengancam ummatnya.



Dalam kaitan sistem, baik ormas, partai atau pemerintahan kerap terjebak
dalam wa-ham-waham kekuasaan ; berbahasa dan bertindak dengan pendekatan
kekuasaan. Mereka yang `berkuasa' merasa percaya diri, hanya
karena secara de jure punya otoritas atas wilayah territorial, wilayah
problematika dan wilayah sumber daya manusia. Bahwa wilayah ruhaniyah
dan wilayah fikriyah tak dapat ditundukkan begitu saja oleh senjata,
uang dan kedudukan, kerap luput dari renungan. Entah karena inikah
ketika ALLAH mengaitkan keselamatan dunia dengan keberadaan Ulu Baqiyah
(orang-orang yang potensial dipertahankan keberadaannya) dan mengemban
misi `mencegah kerusakan di muka bumi', justeru pada saat yang
sama mereka yang (berbakat) zalim terus saja mengikuti kecenderungan
hedonik mereka dan karenanya mereka menjadi durhaka (Qs. 10;116).



Ghurur Hal terberat yang kau hadapi bukan keraguan, kebencian dan
permusuhan orang yang tak mengenalmu. Sekeras apapun hati mereka,
kekuatan Hidayah dapat menundukkan mereka kepada kebenaran da'wahmu,
dengan idzin-Nya. Bila itu pun tidak, engkau tak akan dipersalahkan,
karena tataranmu dakwah dan tataran-Nya hidayah. Cobaan berat, justru
pada percaya diri yang tidak proporsional. Engkau nikmati benar
sanjungan orang terhadap dirimu atau jamaahmu, padahal engkau sendiri
jauh dari kepatutan itu. Malang nasibmu wahai orang yang percaya kepada
kejahilan orang yang menyanjungmu, sedangkan engkau sangat terang
melihat kekurangan dirimu. Mentalitas Qarun tersimpul dalam satu kalimat
"Hadza Li" (Semua ini karyaku, karena aku, milikku).



Ketika arogansi mendominasi hubungan `yang adi daya' dengan
`yang tak berdaya', maka yang pertama harus membayar ongkos yang
sangat mahal ; dari antipati sampai kutukan mereka yang tak berdaya.
Berat menyadarkan orang yang otaknya berjelaga, egois dan hanya melihat
apa yang mereka anggap hak, tanpa kesadaran seimbang akan kewajiban.
Kepada mereka Imam Syafii menegaskan :



Bila engkau mendekatiku, mendekat pula cintaku Jika engkau menjauh, aku
kan lebih jauh darimu Dalam hidup masing-masing kita Tak bergantung
dengan saudara Dan kita lebih tidak bergantung lagi bila tamat usia



Orang yang mentah fikiran selalu mengandalkan sanjungan kosong, tak
berbasis pada prestasi, atau mungkin mereka berprestasi, namun
menganggap itu sebagai hal besar yang memungkinkan mereka memonopoli
kebajikan. "Mereka membangkit-bangkit keislaman mereka (sebagai jasa)
kepadamu. Katakan : `Janganlah kalian bangkit-bangkitkan kepadaku
keislamanmu, akan tetapi ALLAH lah yang telah memberi karunia besar
dengan membimbing kalian kepada Iman…" (Qs. 49:17)



Sebelum bubarnya Uni Sovyet, ada dua spesies yang sangat dibenci rakyat
; 1. Partai Komunis, 2. etnik Rus. Yang pertama dibenci karena selalu
ingin campur dalam segala urusan orang. Dari urusan menteri, tentara,
pegawai negeri, isteri pegawai, anak pegawai sampai mimpi-mimpi rakyat.
Yang kedua tak tahu diri sebagai mayoritas, bagaikan truk besar yang
berlari kencang, anginnya mementalkan kendaraan-kendaraan kecil di tepi
jalan.



Cermati bagaimana karakter kekuasaan itu tumbuh. Banyak orang yang
berkuasa mengabaikan pengenalan wilayah-wilayah kekuasaan dengan segala
karakternya. Pemerintah yang mempunyai otoritas memulainya dengan 3
wilayah : 1. Wilayah ardliyah (teritorial), 2. Wilayah insaniyah
(kemanusiaan, SDM, rakyat), 3. Wilayah masailiyah (problematika). Dengan
ketiga otoritas ini mereka dapat menggusur tanah rakyat, membagi HPH,
menaikkan pajak, tarif, UMR, memainkan money politik, mencetak uang
untuk kepentingan partai, membunuh karakter lawan politik dan
memenjarakan mereka. Berapa lama mereka dapat berkuasa dengan tiga pilar
ini ? Entahlah, yang jelas telah bertumbangan begitu banyak rezim dengan
begitu banyak dana, senjata dan tentara. Mereka melupakan 2 wilayah yang
sebenarnya pagi-pagi harus sudah dikuasai, bahkan sebelum mereka
menguasai wilayah-wilayah lainnya. Jauh sebelum Rasulullah SAW hijrah ke
Madinah, rumah-rumah disana sudah menaungi begitu banyak muslim.



Pada penghujung era Makkiyah, baiah Aqabah II telah menyuratkan pesan
yang begitu kuat. "Kami siap melindungi Rasulu'Llah SAW, sebagaimana
kami melindungi anak-anak dan isteri-isteri kami". Madinah telah
dikukuhkan menjadi bumi Islam sebelum para Muhajir berangkat kesana.
Rasulullah sudah ditunggu dengan segala kerinduan, sebelum mereka
melihat wajahnya. Da'wah Qur-an telah mengakar dalam wilayah
ruhaniyah dan wilayah fikriyah mereka, dua wilayah yang pada saatnya
melahirkan energi besar, mengalahkan semua penguasa yang hanya berpuas
diri dengan tiga wilayah yang serba refleks, fenomenal dan efektif untuk
waktu singkat.



Wahan Tak kalah beratnya beban mental orang yang sama sekali tak mampu
memberikan kontribusi. Ia sendiri tak mampu membantu dirinya sendiri,
bahkan dengan sekedar percaya dan menyadari bahwa dirinya dapat
berperan. Paradigma "La syai-a indi" (Saya tak punya apa-apa), telah
banyak merugikan ummat. Dari sini orang berbuat, dari kontra produktif
sampai amoral. Ia tak merasa ada kaitan sepak-terjangnya dengan
lingkungannya. Ia mampu melumuri citranya – sama seperti mereka yang
over pede – tanpa cemas hal itu akan berdampak luas, bagi diri,
keluarga dan lingkungannya. Mereka banyak memubadzirkan umur dan hidup
tanpa program. Rendah diri dan karenanya tak jarang merawat hasad,
dengki dan khianat.



Mereka dapat tampil dalam figur seorang alim, publik figur dan apa saja
yang `mulia', namun mengabaikan berkah amal jama'i, karena
merasa `tak sebodoh' komunitasnya atau lupa bahwa dirinya (dapat
menjadi) besar di tengah mereka. Terkadang batas antara orang yang
berlebihan percaya diri dengan yang sangat tak percaya diri, begitu
sulit dibedakan. Kritik pedas bisa datang dari mereka yang gagal
melaksanakan apa yang dikritiknya. Atau yang tak cukup punya keberanian
berargumentasi karena kurang pedenya.



Marilah berjabat tangan, ayunkah langkah dengan yakin dan lengkapi
kekurangan diri dengan kelebihan saudara atau sebaliknya menopang
kelemahan mereka dengan kekuatan diri yang ALLAH amanahkan. Banyak orang
bingung mencari lahan kerja dan lahan kerja Da'wah tak pernah tutup.



Dimana posisimu ? Mungkin beberapa kalangan akan keberatan bila
kukatakan engkau telah menyulam halaman da'wah di negeri ini dengan
benang emas dan menyemaikan benih-benih berkah di lahan tandus, sehingga
berubah menjadi ladang-ladang subur masa depan. Pohon keadilan, buah
kemakmuran, bunga kesetaraan, ranah kesetiaan dan rumah kasih sayang.
Bukan tujuanmu menciptakan iri. Ada yang begitu geram ketika hamba-hamba
ALLAH perempuan keluar dari setiap gang dan kampus dengan jilbab mereka
yang anggun dan IP mereka yang cemerleng. 20 tahun yang lalu harus
keluar dari sekolah negeri yang dibangun dengan uang pajak mereka
sendiri. Ya, kebangkitan memang bukan hanya sisi ini, namun banyak
kebaikan tersimpulkan pada aspek ini. Intinya ; Perubahan.



Dan hari ini puncak gunung es itu telah memperlihatkan dinamika besar
kebangkitan, shahwah yang penuh berkah. Tauhid adalah sistem konstruksi
terpadu yang meletakkan segalanya tepat pada tempat, peran dan
kepatutannya. Intelektual adalah sistem pengapianmu yang tak pernah
padam. Kader-kader yang selalu ikhlas berkorban adalah roda yang siap
menjelajah medan-medan berat. Keulamaan adalah sistem kendali-mu yang
tahu kapan harus berbelok, menanjak, menurun dan menerobos hutan
belantara, padang tandus serta bebatuan. Yang tak bergaransi ialah
kondisi jalan, bahkan sekali pun dengan rute yang jelas dan lurus,
kendaraan yang teruji, kru yang jujur, pakar dan sabar.



Dari semua setting ini, tentukanlah dimana posisimu ; penonton yang
mencari hiburan, penunggu yang tak punya empati, atau pengharap
kegagalan karena ada yang tak sejalan dengan persepsi mereka. Atau
penuntun dan pengikut dengan pengenalan sistem navigasi yang akurat dan
keyakinan yang mantap, bahwa laut tetap bergelom-bang dan di seberang
ada pantai harapan.

Sumber : pks.or.id



[Non-text portions of this message have been removed]

--- End forwarded message ---


Kirim email ke