Om, Gak salah tulisan anda, kira kira seperti itu lah. Yakin bahwa dia BENAR, yakin karena otaknya sudah dicuci sehingga apapun yang dilakukan dianggap BENAR. Sudah menutup mata pada ajaran Islam aslinya, tidak menelaah lagi makna Quran dengan benar, tidak mencontoh perilaku hadits.
Quran dan Hadits digunakan sebagai landasan si brainwasher dengan memutilasi ayat ayat dan hadits agar maknanya diyakini sang bomber bahwa apa yang dia lakukan adalah BENAR. -----Original Message----- From: rizal lingga <nyomet...@yahoo.com> Date: Sat, 12 Dec 2009 05:37:32 To: <grek_2...@yahoo.com>; <nyomet...@yahoo.com>; <dialogislamkris...@yahoogroups.com>; <milis_i...@googlegroups.com>; <feifei2...@gmail.com>; <boiran2...@yahoo.co.uk>; <aslim...@yahoo.com>; <rudi_jam...@yahoo.com>; <zamanku@yahoogroups.com>; <murtadin_kafi...@yahoogroups.com>; <gkran...@yahoo.com> Subject: Sebelum Bom diledakkan Saya jadi berpikir, apa yang ada pada pikiran sang bomber sebelum dia meletikkan picu bom? Yang saya tahu berdasarkan rekaman, yang diucapkan oleh pilot Muslim pada peristiwa 9/11 sebelum mereka menabrakkan pesawat ke menara WTC, ucapannya adalah : Allahu Akbar! Menyerukan nama Allah sebelum mati. Saya mengartikan, didalam batinnya dia pasrah menantikan kematian yang akan segera tiba, dengan yakin, tanpa takut. Apa yang diyakininya? Bahwa apa yang dilakukannya adalah BENAR. Saya kira demikian. Saat itu tak ada terlintas pikiran akan bidadari, bahkan tak ada terlintas pikiran akan kafir dan Yahudi. Pikiran khusuk semata-mata. Kepasrahan yang penuh menyambut maut. Jika ada pikiran demi apa? Hanya ada dua demi untuk membenarkan apa yang akan dilakukannya. DEMI ALLAH dan DEMI ISLAM. Kalau tidak itu, lantas untuk apa dia mau mati? Orang hanya bersedia mati demi suatu sebab yang paling agung dan mulia. Dan bagi Muslim, hanya Allah dan Islam lah penyebab utama mengapa dia mau mati. Bahwa didalam kenyataan dia hanya pion yang sudah dicuci otak, itu soal lain. Yang jelas pengajarnya sudah sukses dalam menanamkan kepadanya bahwa apa yang dilakukannya adalah demi Allah dan Islam. Bahwa yang mati karena perbuatannya adalah lebih banyak Muslim? Tidak soal. Yang penting adalah apa yang ada di benaknya pada saat-saat terakhir itu. Demikianlah mentornya dengan efektif menggunakan Alquran dan Hadits untuk mengarahkan pikiran sang bomber kepada alasan utama untuk mati.