Bung  ChanCT Yang sangat baik,
Kalau bung bertanya bagaimana caranya menghilangkan noda dan kotoran pada
kata <pribumi>, maka  saya jawab: dengan memberikan pengertian yang benar
dan bebas dari tujuan-tujuan politik tertentu dan mengembalikan arti kata
itu pada asal mula artinya. Dalam kamus umum dan juga dalam banyak kamus
bahasa Indonesia maupun bahasa Melayu (baca: Malaysia) kata pribumi berarti
penduduk asli, bumiputra.Bukankah itu kata Indonesia? arti netralnya, bumi
berarti tanah.
Sedangkan <pri> berarti sebelum atau mulal-mula, yang pertama. Jadi pribumi
mengandung arti penduduk yang mula-mula atau yang pertama yang mendiami
suatu bagian bumi atau daerah atau wilayah atau kawasan tetentu. Di mana
letak rasialisnya yang dikandung kata itu. Tapi kalau kita mau main
difinisi-difinisian atau main criterium yang ketat maka akan rusaklah sebuah
semantik atau arti kata mula sebuah kata. Sebuah kata lahir bukan dari hasil
perundingan dari para cerdik pandai dan juga bukan hasil berpandir-pandir
orang-orang dungu atau setengah waras.Kata itu lahir dari kesepakatan
masyarakat suatu bahasa yang telah mereka terima atau setidaknya sebagian
besar telah menerimananya dan dipastikan sebagai sebuah kata dengan arti
tertentu. Demikian pula halnya dengan kata <pribumi>. Tapi kalau kita main
mutlak-mutlakan dan lantas menuntut difinisi muluk-muluk,super eksak , semua
kata akan menjadi rusak, mengalami revisi yang gila-gilaan. Mengapa
umpamanya orang harus kelabakan atau trauma akan kata <asli> dalam <penduduk
asli> . Apakah setiap insan pribumi akan menjadi rasialis bila dia merasa
penduduk asli suatu daerah tertentu dimana ia dilahirkan, dimana orang
tuanya yang telah berketurunan berlahiran dan berdiam di sana. Ada sebuah
anekdot yang sangat populer di Perancis: "Bila ingin mencari orang Perancis
asli, datanglah ke kuburan". Jangan buru-buru
membenarkan teori anti pribumi. Orang Perancis tidak banyak ambil pusing
siapa yang suka merasa asli maupun yang tidak, kecuali Le Pen.Tapi orang
Perancis pasti akan menolak kalau dikatakan di Perancis tidak ada orang
Perancis atau penduduk asli. Persetan pada itu definisi apa itu asli apa
yang tidak asli, hak merasa asli, siapa yang punya siapa yang tidak. Semua
itu omong kosong, direkayasa dan dibikin bikin.Tapi politik, kongkretnya
politik Orba-nya Suharto dimasa ia sedang berkuasa, ia mempertajam bentrokan
ras terutama dengan ras Cina untuk mengentalkan politik diskriminasinya
sampai ke bidang bahasa. Asli atau pribumi dia beri arti mutu dan perbedaan
hak antara dua macam manusia yang berlainan ras. Inilah yang telah berkali
kali saya uraikan sebagai mengotori dan mencemarkan arti sebuah kata yang
netral seperti kata <pribumi> menjadi kata yang lalu ditabukan oleh
penerusnya Habibi dengan intsruksinya yang melarang penggunaan kata
"pribumi"dan "non pribumi" dengan maksud untuk menutupi wajah diskriminasi
rasialnya. Tapi orang menilai dan melihat perbuatannya dan bukan cuma
kata-katanya yang lalu menjadi istruksinya sebagai Presiden. Apa yang telah
dibuat Habibi kongkretnya dalam mencari, menangkap para pelaku kerusuhan dan
teror rasial di bulan Mei 1998?. Apakah dia telah menangkap para
biangkeladi, para penyulut, para pelaku kerusuhan itu. Siapa orang-orangnya?
apakah sudah diadili  dan dipenjara? siapa nama-namanya? di mana atau
dipenjara mana mereka-mereka itu sekarang, dari oknum-oknum yang mana saja?.
Cobalah jawab pertanyaan dasar ini.
Lalu apakah dia (Habibi) telah menjamin secara hukum dan dilakukan dalam
praktek bahwa etnis Cina yang telah melarikan diri ke luar negeri bisa
kembali ke Indonesia dengan aman?.
Lalu apakah sesudah pengharaman dan pelarangan kata "pribumi"dan "non
pribumi: semua etnis Cina tidak lagi didiskriminasi, sudah merasa aman
tentram? Mengapa dia gagal jadi Presiden pilihan rakyat padahal telah
dianggap pahlawan anti diskriminasi rasial maupun segala bentuk diskriminasi
sosial, ekomomi, politik dsb-nya? Masih bergunung pertanyaan, apa yang telah
dia buat kongkret atas perlawanannya terhadap diskriminasi rasial di
Indonesia, dalam perbuatan dan bukan cuma dalam kata-kata dan instruksi
melulu. Berdiri di belakang Habibi (bukan cuma dia juga produk mega Orba)
dan menganggapnya sebagai pahlawan anti diskriminasi rasial adalah
kekeliruan yang dalam, salah kaprah dalam pandangan politik maupun ideologi.
Kardinal fout .
Kembali ke soal kata <pribumi>. Mengharamkan kata itu lalu timbul kebutuhan
mengharamakan kata
<pendatang> untuk menegasi kata <asli> yang  dijadikan trauma itu.
Betul-betul ini sebuah lingkraran setan yang dibuat-buat untuk menyiksa diri
dan juga pada giliranya menyiksa orang lain. Kalau umpamanya ke Belitung
berdatangan orang-orang dari suku lain seperti Jawa, Madura, Sunda ke pulau
Belitung (yang sekarang bukan main banyaknya) lalu saya atau kami orang
Belitung menyebutnya sebagai warga-warga pendatang, lalu saya atau kami
dituduh rasialis karena itu berarti mendiskriminasi mereka sebagai "non
pribumi". La ila Haillalla, mak, alangkah telah pengapnya dunia ini dibikin
para ahli definisi, tukang-tukang kriterium, instrusksi Presiden, "para
pejuang" anti diskriminasi rasial yang yang punya kesensitifan absolut.
Semua yang gila-gilaan ini ahirnya akan kembali ke retorika yang sudah
inflasi, suduh luar biasa inflasinya. Sudahlah, saya kira diskusi yang
berputar-putar seperti komidi putar ini  telah memang benar-benar sia-sia,
menghabiskan waktu yang akan abadi tanpa menemukan titik temu yang bisa
disepakati bersama.
Tentang kembali ke Yunnan. Saya lebih suka kembali yang lebih jauh lagi,
yaitu ke Afrika. Tapi oke deh, kalau memang suka menempuh jalan singkat,
seperti menerima saja instruksi Habibi untuk menyetop  diskriminasi rasial
hinggga tuntas, hal antrian yang lebih belakangan ini, saya sendiri tidak
keberatan kalau disebut asal usul saya ini Cina. Tapi apakah bangsa
Indonesia akan menerima berita sejarah ini dan mengakui asal usulnya dari
Cina.? Saya jadi teringat akan sebuah film yang saya lihat di TV (Discovery
Channel) ,sebuah film dokumenter tentang penyelidikan seorang doktor
Amerika (saya lupa namanya) yang menyelidiki asal usul nenek moyang manusia
yang berdasarkan DNA, ia mengatakan asal usul nenek moyang manusia adalah
dari Afrika. Dan ketika ia memeriksa DNA seorang bangsa Kirgistan yang rupa
mukanya sangat Cina, tapi ternyata DNA-nya DNA orang Afrika berumur puluhan
ribu tahun lalu yaitu DNA asal usul nenek moyang manusia yang berasal dari
Afrika itu .Bagaimana kalau kita mengaku sebagai orang Afrika saja sehingga
di Indonesia tidak ada orang Indonesia, tidak ada orang Jawa, tidak ada
orang Cina , tidak ada semua etnis yang ada sekarang ini ada,  dan yang ada
hanyalah dari Afrika. Barangkali ini baik untuk menghilangkan diskriminasi
rasial. Tapi bung tentu lebih suka dimulai dari Yunnan saja. Lebih dekat dan
lebih menguntungkan. Tapi manusia bukan emas atau intan. Untuk manusia, asli
dan tidak asli bernilai sama. Mengapa yang asli maupun yang tidak asli mesti
dikutuk atau diharamkan.Barangkalai di sinilah kita bertemu atau tidak
bertemu secara meyakinkan. Namun salam persaudaraan yang sehangat-hangatrnya
dari saya.
asahan aidit.

definisi-difinisi dalam ilmu eksak
----- Original Message ----- 
From: "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "HKSIS-Group" <[EMAIL PROTECTED]>; <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Sent: Friday, September 16, 2005 10:21 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi
dan Non Pribumi?


> Bung Asahan yang budiman,
>
>    Penegasan bung untuk mempertahankan penggunaan istilah "Pribumi" cukup
> menarik, kita harus membuang segala pengertian kotor yang telah menodai
> istilah "Pribumi" itu. Kata bung: "Kita bersihkan kata <pribumi> dari
> semua noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator bangsa di
> masa lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan
> suku, sama derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang mencintai
> keadilan dan melawan semua bentuk diskriminasi politik, ekonomi,
> kebudayaan maupun ras."
>
>    Setuju! Saya juga sangat setuju dengan pengertian bung itu. Tapi,
> pernahkah bung pikirkan bagaimana cara menghilangkan noda dan begitu
> kotornya, jahatnya pengertian yang selama ini melekat keras pada istilah
> "Pribumi" itu? Bukankah salah satu cara yang dekat, adalah menghentikan
> penggunaan istilah "Pribumi" dan "Non-Pribumi" itu, yang jelas selama ini
> digunakan untuk mengkotak-kotak warga negara Indonesia ini menjadi,
> "Pribumi" dan "Non-Pribumi" untuk sekelompok yang etnis Tionghoa.
>
>    Mungkinkah tercapai seperti yang bung artikan, bahwa semua kita adalah
> pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku? Tentu saja sulit, ya.
> Karena setelah kita gunakan sebutan istilah pribumi pada sekelompok warga,
> akan ada sekelompok lain yang harus disebut non-pribumi. Kalau kita sebut
> sekelompok warga dengan sebutan orang Indonesia asli, tentu ada sekelompok
> lain yang harus disebut menjadi non-asli. Lalu, kita harus memberi
> definisi siapa saja yang bisa dikategorikan "Pribumi" dan "Asli-Indonesia"
> dan yang lain menjadi "Non-Pribumi" dan "Non-asli".
>
>    Kalau kita semua mengakui, secara biologis penghuni di Nusantara ini
> adalah pendapatang dari daeerah Yunnan itu, jadi hanyalah berbeda waktu,
> sekelompok datang lebih dahulu dan yang lain lebih belakang, maka
> sebenarnya kita semua, sudah tidak lagi berhak menyandang "Pribumi" atau
> "Asli-Indonesia", yang masih berhak disebut "Pribumi" hanyalah orang-orang
> Nusatenggara dan Irian-Papua yang berkulit kehitam-hitaman dan berambut
> kriting itu. Ini kalau kita melihat dari sudut biologis. Bukankah begitu?
>
>    Lalu, untuk mengikuti sebagaimana pengertian "Pribumi" yang bung ajukan
> itu, dimana semua kita adalah sama-sama pribumi, mungkin hanya bisa
> dibenarkan kalau melihatnya dari segi hukum. Maaf, saya awam akan HUKUM,
> tapi kira-kira bisa diajukan dalam pengertian begini: Berdasarkan
> ketentuan Undang-undang No.3 tahun 1946, yang menetapkan asas ius-soli,
> jadi setiap orang yang lahir di Indonesia sebagai orang Indonesia. Maka,
> secara hukum bisa dikatakan orang-orang yang lahir di Indonesia sejak
> diundangkannya pada tahun 1946 itulah orang-orang Indonesia asli, yang
> "Pribumi". Tentu, dengan tidak mempedulikan seorang itu dari ras apa, suku
> apa dan etnis apa, asal dia lahir di Indonesia, maka bisa dikategorikan
> Pribumi, yang asli-Indonesia. Dan, ... ini hanya digunakan untuk
> membedakan orang-orang pendatang, yang tidak lahir di Indonesia, entah
> orang Belanda, orang Tionghoa, atau orang Arab dll. yang menjadi
> warganegara Indonesia setelah melepas warganegara asal. Jadi, orang-oran!
> g yang tidak lahir di Indonesia, kemudian menjadi Indonesia dengan
> naturalisasi inilah yang bisa disebut sebagai non-pribumi, non-asli
> Indonesia.
>
>    Tapi sungguh, kenyataan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di
> Indonesia selama ini tidak demikian adanya. "Pribumi" dan "Non-Pribumi"
> adalah sebutan yang dipakai untuk mengkotak-kotak kelompok yang ada
> didalam masyarakat, jelasnya untuk menyudutkan kelompok yang etnis
> Tionghoa itu. Menghadapi kenyataan begini, apa tidak lebih baik kita
> sambut instruksi Presiden itu, agar dihentikan penggunaan istilah
> "Pribumi" yang jelas merusak persatuan bangsa ini? Apa kiranya yang mau
> dan bisa dicapai dengan mempertahankan sebutan "Pribumi" dan "Non-Pribumi"
> itu?
>
>    Saya pun setuju, melawan diskriminasi rasial tidaklah berarti
> meniadakan segala perbedaan yang ada pada setiap ras, setiap suku dan
> setiap etnis. Apalagi hanya ditujukan untuk meniadakan identitas etnis
> tertentu. Berpegang teguh pada semboyan Bhineka Tungal Ika, dimana kita
> bersatu-teguh dengan segala perbedaan yang ada, ya beda ras, ya beda suku,
> ya beda etnis, ya beda agama, ya beda ideologi. Sayang seribu sayang,
> sekalipun sudah lebih 60 tahun semboyan Bhineka Tunggal Ika diserukan dan
> berkumandang di Nusantara ini, tapi belum juga terwujud dalam kenyataan
> hidup yang sesunguhnya. Itulah tugas berat generasi muda untuk lebih keras
> berjuang mempercepat gerak-langkah melanjutkan cita-cita pejuang
> kemerdekaan yang belum selesai itu.
>
>    Salam,
>    ChanCT
>
>
>  ----- Original Message ----- 
>  From: BISAI
>  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA
>  Sent: Friday, September 16, 2005 6:15 AM
>  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi
> dan Non Pribumi?
>
>
>  Saudara Andri Halim yang saya hormati,
>  Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat perkalimat. Saya merasakan
>  kejernihan pikiran anda, langsung menangkap masaalah yang sedang
> dibicarakan
>  dan menangkap hakekat atau inti masaalah tanpa berpanjang panjang atau
>  berprasangka buruk. Tepat sungguh seperti yang anda bilang: ..."bagaimana
>  cara menghilangkan"DISKRIMINASI" dengan tidak adanya diskriminasi lagi
> maka
>  secara langsung efek dari Pribumi dan non Pribumi akan pupus dengan
>  sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari Pribumi dan non pribumi".
>  Menurut saya inilah kesimpulan terbaik  dari seluruh diskusi yang anda
>  temukan dengan kepala dingin dan pikiran yang terang. Memang kita tidak
>  melawan kata tapi melawan setiap pikiran, tindakan maupun naluri
>  diskriminasi. Hanya dengan pikiran demikian kita bisa mendekati atau
>  manangkap hakekat melawan diskriminasi secara benar dan terfokus.
>  Mem-phoby-kan kata <pribumi> yang hanya karena adanya instruksi  seorang
>  Presiden yang kelanjutan dari seorang Presiden  diktator yang terguling
>  sebelumnya, cumalah perbuatan sia-sia dan juga terlalu sentris untuk
> semata
>  disangkutkan kepada satu etnis, sedangkan sebagian terbesar etnis lainnya
>  harus manut begitu saja, seolah mereka tidak setetespun menderita racun
>  diskriminasi. Pandangan sentris yang begini patut kita tentang justru
> karena
>  kita menghendaki bangunan masyarakat yang pluralis seperti yang juga anda
>  dan saya
>  menghendakinya.
>  Melawan diskriminasi ataupum diskriminasi rasial bukan berarti semua
> etnis
>  harus dihilangkan identitas etnis-nya, tidak ada lagi Jawa, tidak ada
> lagi
>  Sunda, tidak ada lagi Melayu, Batak dsb, dan yang ada hanya Indonesia,
>  Indonesia dan Indonesia. Itu tentu sangat indah kedengarannya. Dan ketika
>  dua orang Indonesia yang baru berkenalan di Jakarta umpamanya, yang satu
>  tanya : "Saudara berasal dari mana?".Lalu yang ditanya menjawab: "Saya
>  berasal dari Indonesia". Dan lalu terjadilah dialog dan tanya jawab sbb:
>
>  "Di mana kampung halaman saudara?
>
>  "Kampung halaman saya  di Indonesia"
>  "Dan saudara tinggal di mana?"
>  "Saya tinggal di Indonesia".
>  "Saudara berasal dari suku mana"
>  "Saya berasal dari suku Indonesia"
>  "Bisakah saya mengetahui alamat Saudara?"
>  "Alamat saya di Indonesia"
>  "Di manakah saudara bekerja?"
>  "Saya bekerja di Indonesia"
>  "Apakah pekerjaan Saudara?
>  "Pekerjaan saya Indonesia".
>  "Apakah saudara Bangsa Indonesia?"
>  "Bukan, saya peranakan Cina".
>  "Jadi saudara bukan pribumi???"
>  "Ah, jangan sebut kata itu, najis! , haramejadah!
>  Nah beginilah kalau kita ingin menghilangkan identitas etnis orang lain
>  tapi cuma menjaga identitas etnis sendiri dengan maksud berjuang melawan
>  diskriminasi hanya melalui kata-kata, perang kata dan pemalsuan kata.
> Dalam
>  kehidupan, tidak semua benda bisa dijadikan benda politik, demikian pula
>  bahasa. Tidak semua kata bisa bisa dimanipulasi untuk kepentingan
> politik.
>  Dan bila sudah begini, orang(bila dia adalah penguasa) mulai dengan
>  memperbudak kata dan lalu menjadi budak kata (yang dikuasai). Saya
> sendiri
>  tidak gandrung apalagi fanatik dengan kata <pribumi>, tapi saya
>  mempertanyakan, mengapa kata itu harus diharamkan dan hingga ini hanya
> anda
>  yang bisa menjawab dan meyakinkan saya bahwa pengharaman kata <pribumi>
> sama
>  sekali bukan hakekat terjadinya diskriminasi tapi justru politik
>  diskriminasi Orba-lah yang telah mendiskriminasi semua etnis, termasuk
>  etnis Cina dan bukan kata <pribumi> yang dijadikan kambing hitam.Tapi
>  pertanyaan saya dalam bentuk tulisan yang juga menjadi pemikiran saya
> telah
>  dipertajam dan dijerumuskan ke jurang fitnah besar, bahwa saya seorang
>  rasialist, anti Cina, preyektor politik rasialis Orba dsb, dsb-nya ,hanya
>  karena ada perbedaan pendapat.Semua
>  pemikiran saya tidak dijawab dengan pemikiran kembali untuk mengembangkan
>  diskusi
>  yang sehat dan berguna bagi banyak pihak, tapi pada saya diberi cap-cap
> atau
>  stempel
>  yang bukan saja bermaksud untuk membunuh karakter pribadi saya tapi juga
>  menghina dan memfitnah orang-orang yang mungkin sefikiran dengan  saya,
>  senasib dengan saya yang juga menderita diskriminasi seperti saya. Tapi
>  semua itu telah saya jawab dengan pemikiran, dengan kemampuan yang sesuai
>  dengan
>  yang saya punyai, dengan argumentasi yang tapi juga tentu saja dengan
> sambil
>  membela diri dan memberikan reaksi yang adil terhadap serangan dan
>  fitnah-fitnah yang saya terima. Sebagai ahir kata, saudara Andri, saya
>  merasakan penderitaan saudara sebagai etnis Cina yang yang
> sungguh-sungguh
>  ingin menjadi orang Indonesia yang sejajar dan sederajat dengan semua
> orang
>  Indonesia lainnya tidak pandang etnis apapun, tapi toh tetap saja
> menderita
>  diskriminasi. Saudara tidak sendiri tapi saudara berada di antara puluhan
>  bahkan ratusan juta manusia Indonesia yang di-pariakan lainnya yang
>  didiskiriminir oleh penguasa bangsanya sendiri, dan bahkan kadang-kadang
>  oleh saudara-saudara se-etnisnya sendiri yang adalah juga sebagai akibat
>  politk diskriminasi penguasa diktator di masa lalu. Kita tetap berjuang
>  melawan semua
>  bentuk diskriminasi dan kediktatoran dan bukan hanya melawan kata yang
> telah
>  dilumuri tujuan politik gelap. Kita bersihkan kata <pribumi> dari  semua
>  noda dan kotoran yang diberikan oleh penguasa dan diktator bangsa di masa
>  lalu. Semua kita adalah pribumi-pribumi dari segala macam ras dan suku,
> sama
>  derajat dan semua kita adalah bangsa Indonesia yang mencintai keadilan
> dan
>  melawan semua bentuk diskriminasi politik, ekonomi, kebudayaan maupun
> ras.
>  Kecuali memang ada yang berkeinginan lain. Itu adalah urusan mereka.
>  Salam perkenalan dan persahabatan yang sehangat hangatnya dari saya.
>  asahan aidit.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give at-risk students the materials they need to succeed at DonorsChoose.org!
http://us.click.yahoo.com/Ryu7JD/LpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke