hm dada, biar kita masukin Confuciusme sebagai agama, tapi itu agama yg 
berbedalar, gak ditarik2 ke tempat asal agama itu.

doeloe ya jaman kapan itu sekitar taon 1500an kalu gak salah ada satu pejabat 
di jepang yg penganut Confuciusme ditanya ame org, gimana kalu Kong Zi ame Meng 
Zi serang Jepang, itu pejabat bilang ya tetep angkat senjata ngelawan, en kata 
pejabat itu Kong Zi ama Meng Zi pasti ngertilar.
Lu inget gak ya nama itu pejabat ?

tapi intinya gini, ajaran KHC gak dikait2in ama negara asal tempat ajaran itu 
lahir dsbnya. ajaran KHC lebih mengarah kepada tempat dimana ajaran itu 
berkembanglar.
Setuju gak lu ?


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Dada" <wrw....@...> wrote:
>
> Agama , suka atau tidak suka , seperti ideologi komunis dan lain lain ,
> "meluangkan" waktu untuk berbagai solusi untuk pemerintahan dalam
> mengelola negara . Dari ekonomi syariah sampai etika dasar kristen yang
> mendasari kapitalisme di kemudian hari. Atau peran Neo Confucian dalam
> revolusi ilmu di Jepang dan Korea.  Jadi , walau secara pribadi saya
> tidak suka dengan keterlibatan agama dalam pemerintahan , partai
> berdasarkan agama masih lebih masuk akal daripada partai berdasarkan ras
> . Lagipula , apakah keragaman ras di malaysia itu sekompleks Tiongkok
> atau Indonesia?
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Azura-Mazda <Extrim_bluesky@>
> wrote:
> >
> > Zhou Fuyen jangan somse. Di Malay, partai berdasarkan garis ras itu
> > sudah bener. Daripada di Indonesia, ada dominasi partai berasas agama
> > tunggal.
> > Â
> >
> >
> > --- Pada Rab, 1/9/10, zhoufy@ zhoufy@ menulis:
> >
> >
> > Dari: zhoufy@ zhoufy@
> > Judul: Re: [budaya_tionghua] Dengan cara diskriminasi-rasial menuju
> kemakmuran bersama?
> > Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > Tanggal: Rabu, 1 September, 2010, 1:41 PM
> >
> >
> > Â
> >
> >
> >
> > Percayalah, Malaysia adalah bom waktu!
> > Politik rasialnya sekarang justru mendapat tantangan berat! Di sana
> partai adalah berdasarkan ras, ini jelas ketinggalan dibanding
> Indonesia, masak kita harus berjalan mundur?
> > Nep ternyata tdk membawa berkah ke masyarakat luas, hanya golongan
> elite bumi putra yg menikmati hasilnya, dan nanti setelah kemudahan
> dicabut, apakah mereka masih dpt bersaing?
> >
> > Jika ingin memajukan golongan masyarakat yg terbelakang, jangan
> berdasarkan ras, tapi harus berdasarkan kelas ekonomi. Kita harus
> memberi banyak subsidi untuk kelompok ini, misalnya bea siswa, kredit
> usaha murah, subsidi perumahan, pelatihan kerja, tranportasi murah,
> tunjangan kesehatan dll, semua ini memang memakan dana yg cukup besar,
> dananya ya diambil dari pajak, maka tingkatkan prosentase pajak bagi
> pengusaha besar dan barang mewah semacam sedan dan rumah mewah.
> >
> >
> > Sent from my BlackBerry®
> > powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> >
> >
> > From: Harry Adinegara sans_culotte_30@
> > Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > Date: Wed, 1 Sep 2010 05:51:39 -0700 (PDT)
> > To: tionghoa-...@yahoogroups.com; budaya
> tionghuabudaya_tiong...@yahoogroups.com
> > ReplyTo: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > Cc: gelora45gelor...@yahoogroups.com; media
> caremediac...@yahoogroups.com
> > Subject: [budaya_tionghua] Dengan cara diskriminasi-rasial menuju
> kemakmuran bersama?
> >
> > Â
> >
> >
> >
> > Rupanya perlu di-telaah lebih mendalam perihal  berita soal
> Pak Wapres Jusuf Kalla, yang dalam pidatonya yang terachir sempat beliau
> dikatagorikan sebagai seorang yang rasialis, seorang rasialis yang anti
> suku Tionghoa.
> > Â
> > Bersamaan dengan kejadian ini ,negara tetangga kita , Malaysia
> merayakan policy yang waktu itu, dikenal sebagai NEP(New Economic
> Policy) yang dicetuskan di tahun 1971, jadi sudah 40-an tahun yll. NEP
> ini bertujuan untuk menjebatani suatu fusi antara ,terutama 3 etnis di
> M'sia, yakni etnis Chinese, Indian dan majority orang Malay atau
> bumiputra, untuk bisa kerja sama dengan lebih efektip bagi kemakmuran
> bersama. Tujuan policy ini adalah untuk menyatukan sikap ,
> ketrampilan dan kinerja segenap kekuatan (3 etnis) ini untuk bisa kerja
> sama  menuju kemakmuran bersama. Untuk mencapai tujuan achir ,
> kemakmuran bersama maka perlu di-awali dengan mengangkat sikon-nya orang
> Malay (bumi putra) yang mayoritas(60%)untuk bisa berdiri sama tinggi,
> duduk sama rendah. Caranya dengan , apa yang dikenal
> > dengan affirmative action.  Kejadian huru hara tahun 1969, clash
> antar etnis memberikan stimuli pada pemerintah waktu itu untuk mencari
> jalan keluar(solusi)  dari kejadian ini  yang telah menelan
> korban jiwa dan harta, Mencari idee ,mencari , mengolah suatu rancangan
> undang2 untuk mengatasi kejadian ini dan mempersatukan segenap kekuatan
> , bekerja sama segenap kekuatan bagi kemajuan negara Malaysia. Caranya
> yalah dengan memberikan ...preferential access ke misalnya bea siswa,
> kepemilikan saham dalam perusahaan sampai ke pembelian rumah,policy ini
> akan memberikan fasilitas pertama2 kepada bumi putra.  Dengan cara
> affirmative action ini ditargetkan kalau dalam kurun waktu tidak lama
> maka para bumi putra akan sanggup ber-mitra dengan etnis2 lain yang
> dulunya  mustahil bisa terlaksana karena status bumi putra tak
> se-imbang dalam banyak hal. Dalam kurun waktu 40 tahun semenjak policy
> NEP ini, dirasakan oleh pemerintah sekarang, sudah sampai waktunya
> >  untuk mengganti atau mengolah policy NEP ini dengan lebih rinci,
> menghilangkan aspek policy yang kurang menguntungkan dan memberikan
> "suntikan" baru agar kemajuan yang sudah sempat dicapai sekarang ini
> akan bisa lebih di-galak-kan mengingat globalisasi dimana semua negara
> bersaing untuk kemajuan negara nya masing2.
> > Â
> > Mengapa NEP , oleh pemerintah Najib Razak perlu di olah /dirubah dan
> disesuaikan dengan waktu dan pemrmintaan zaman ?  Dalam perjalanan
> policy NEP ini, Malaysia sudah bisa mencapai hasil yang cukup
> mengagumkan. Pasca PD II, waktu itu Malaysia bisa di golongkan sebagai
> negara miskin, 50% hidup dalam kondisi kemiskinan. Sekarang hanya 4%,
> dan sebagain besar pribumi  bisa menikmati social welfare yang
> memadai. Tapi kemajuan ini membawa complacency bagi rakyat Malaysia.
> Mereka jatuh ke era "middle income trap", complacency jadi aturan hidup
> ,dan kemajuan dibidang R&D terbengkalai dan produksi dalam negeri tidak
> memadai untuk bisa dianggap memberikan devisa yang kecukupan. Ada
> kemajuan  per-capita income tapi tidak bisa menandingi perkembangan
> negara sesama Asia misalnya Korea Selatan. Tahun 1970-an  Korea
> Selatan nasional income capitanya $260 sedangkan Malaysia sudah unggulan
> $380,, tapi dini hari Korea Selatan melejit jauh kedepan $19,800,=
> sedangkan
> >  Malaysia ketinggal dan hanya sempat menggalang  $7,200.=. Karena
> ini pemerintah Malaysia saat ini perlu mengolah kembali NEP dan
> menyesuaikan policy yang mungkin sekarang sudah dianggap out of date
> karena sikon dalam negeri dan dunia sudah berubah.
> > Â
> > Dicanangkanlah suatu model policy baru yang dinamakan NEM (New
> Economic Model) Planning-nya yalah untuk memberikan stimuli ke sektor
> privat dengan menghilangkan red tape, seperti policy NEP dengan aturan
> ala Ali-Baba dimana bumiputra diberikan hak untuk dapat bermitra ,albeit
> mereka belum sanggup ,menilik kondisinya, misalnya dalam ketrampilan
> suatu usaha.NEM mendorong edukasi kepada segenap etnis, agar tidak
> terjadi brain drain dan memelopori dengan kegiatan memajukan tenaga
> kerja tehnik.
> > "Affirmative action won't be eliminated entirely under the NEM, but
> altered to weed out abusive practices, target money where it is most
> needed and support the MOST Worthy  Malay businessmen...all the
> while trying to open up opportunities for minorities"(TIME)
> > Â
> > Menilik pengalaman/kejadian di  negara tetangga Malaysia, yang
> bisa kita lihat dalam hal pencanangang  dan pemberlakukan suatu
> policy yang ber-asaskan rasialistis diskriminatif, seperti NEC ini,Â
> sebetulnya kita perlu  lebih mendalami idee negara tetangga ini dan
> tidak serta merta mengkatagorikan idee ini sebagai sesuatu yang rasistis
> diskriminatip? Yang perlu kita hayati yalah  hasil achir yang
> positip ,....itu adalah tujuan semua idee, semua ideologi , hasil achir
> yang memicu kita/berkerja sama untuk masa depan yang gemilang untuk
> semua yang
> > yang berkiprah untuk kemaslahatan bersama dalam suatu wacana bineka
> tunggal ika.
> > Â
> > Apakah negara kita siap menerima rancangan semacam NEP? Apakah Mantan
> Pres Yusuf Kalla itu dalam intinya punya idee semacam NEP ini bagi
> kemajuan segenap warga negara,  dalam negara NKRI? Suatu pertanyaan
> yang sebenarnya sukar/gampang  dijawab, tergantung dari kita semua,
> dengan mempertanyakan kepada diri masing2 apakah , dipelopori ,oleh
> pemerintah yang kredibel/jujur /adil dan punya fisi untuk masa depan
> negara dan bangsa, kita sama2 bisa membangun negara yang adil dan
> makmur, walaupun starting pointnya kita perlu menelan pil pahit dengan
> menerima idee semacam NEP yang bisa kita anggap sebagai idee yang
> diskriminatip/rasistis? Tapi hasil achir bisa kita nikmati bersama suatu
> kemakmuran bagi semua warga negara tanpa pilih kasih, tanpa pilih
> kesukuan dan agama.
> > Â
> > Harry Adinegara
> >
>


Kirim email ke