Dear Pak Herman, Bang Poltak, dan rekan milis

Saya pernah ikut seminar Abraham Lembang mengenai option. Saya setuju dengan 
Bang Poltak bahwa mengambil untung dari bermain option tidak semudah yg kita 
dengar di radio atau seminar. Menurut saya bermain option tanpa memiliki 
induknya (underlying assetnya) sangat beresiko. Walaupun preminya kecil tapi 
kalau option tsb tidak bernilai (out the money) sampai jatuh tempo kita 
kehilangan uang kita semua (100% loss, walaupun kecil nilainya). Apalagi bila 
kita sebagai 'writer' atau penjual kerugian kita bisa tak terbatas. Manfaat 
option baru bisa maksimun kalau kita punya underlying asetnya, tanpa underlying 
aset sama saja berspekulasi. Intinya di seminar itu hanya diceritakan yg 
bagus-bagusnya aja yg jeleknya tidak diceritakan.



Rgds,
Franky


  ----- Original Message ----- 
  From: Herman Wahyudi 
  To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, April 27, 2007 12:38 PM
  Subject: Re: [Keuangan] Re: Posting tentang Dressel di milis ini...


  Hi Poltak,

  Thanks utk penjelasannya. Saya pikir ada baiknya juga kalau lewat kesempatan
  ini kita juga bisa membahas fenomena yang lagi trend saat ini, yaitu
  investasi lewat vehicle option. Saat ini banyak sekali seminar yang
  menawarkan kesempatan investasi melalui option, exchange traded fund (?),
  reksadana index. Terus terang saya sendiri belum pernah ikut seminarnya,
  hanya denger di radio dan teman saya yang ikut seminar.

  Kemasan penjualannya sangat menarik, yang paling simple adalah kombinasi
  antara beli saham dan beli put option. Jadi kalau harga saham naik, kita
  untung. Kalau harga saham turun, kita juga untung (karena kita bisa exercise
  put option-nya). Bermain option hanya butuh capital yang kecil, dan
  resikonya pun hanya sebatas preminya saja. Hanya saja apakah as simple as
  that?

  Kalau ditinjau dari teori (mudah-mudahan tidak salah ingat), option itu
  digunakan sebagai tools untuk hedging atau spekulasi. Sedangkan untuk
  investasi? Tidak pernah disinggung. Apakah teori tersebut sudah basi,
  seiring dengan pesatnya perkembangan option atau saya yang salah
  menafsirkannya.

  Akan tetapi, teman saya yang kerja di Singapore, di salah satu bank
  terbesar, memilih untuk resign dan mencoba peruntungannya di option trading.
  Dengan standar hidup di Singapore, dan keputusan dia untuk menghentikan
  penghasilan tetap dia, membuat saya menjadi berpikir ulang dan
  bertanya-tanya, apakah peruntungan di option trading ini memang benar-benar
  dahsyat?? Sekali lagi emosi mulai mempengaruhi nalar...

  Saya pribadi setuju dengan yang diilustrasikan Poltak, investasi tanpa
  knowledge yang benar, ibarat petinju kelas rt yg rawan pangan menghadapi
  kumpulan petinju kelas berat dunia. :)

  Happy Friday.

  On 4/27/07, Poltak Hotradero <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > At 10:33 AM 4/27/2007, you wrote:
  >
  > >Bang Poltak, apakah dalam kesempatan ini mau juga berkomentar mengenai
  > >investment vehicle yang lagi trend : swisscash dan option trading ala
  > >Abraham Lembang (yang beberapa kali siaran di SMART FM). Katanya beli
  > >saham/option tersebut bisa disewakan dapat return sekitar 4% per bulan.
  > >ruarrr biasa...
  >
  > Hai Herman,
  >
  > Saya baru tahu kalau option bisa "disewakan".... :D
  > (jangan-jangan sewaannya "out of money" semua).
  >
  > Cuman setahu saya sih -- pasar option itu isinya kan bukan cuma para
  > amatiran -- tetapi juga para jawara-jawara kelas berat yang sanggup
  > mempekerjakan ratusan Ph.D matematika sebagai full time
  > traders. Kalau kita bahkan Black-Scholes aja nggak ngerti tapi masih
  > mau ikut nyemplung -- ya itu sama efeknya seperti petinju kelas
  > nyamuk juara RT dari daerah rawan pangan -- berhadapan dengan Nikolai
  > Valuev, Lennox Lewis (sebelum pensiun), Mike Tyson (sebelum masuk
  > penjara), Muhammad Ali (sebelum kena Parkinson), George Foreman
  > (sebelum di-KO Ali), Rocky Marciano (sebelum pesawatnya jatuh), dan
  > Joe Louis (sebelum kalah oleh Max Schmeling) -- secara
  > sekaligus. Kalau semuanya tumplek di satu ring -- kira-kira siapa
  > yang mereka gebukin duluan? Tentu anda.
  >
  > Logikanya sih begini: Kalau ada orang yang punya angsa yang tiap
  > hari bertelur emas 1 ons -- kira-kira berapa harga jual angsa
  > demikian? Apakah setara 1 kg emas? atau 1 ton emas? (catatan: umur
  > angsa kira-kira 10-15 tahun -- dan tentu harus ikut kita perhatikan
  > fluktuasi harga emas, Time Value of Money (TVM) dan tentu juga resiko
  > penyakit angsa sebagai faktor diskon arus kas.... :)
  >
  > Tapi sangat jelas -- dengan harga emas Rp. 200 ribu per gram
  > setidaknya arus kas dari angsa tersebut bernilai Rp. 20 Juta
  > sehari... (1 ons = 100 gram).
  >
  > Nah sekarang kalau ada orang yang mengatakan punya angsa bertelur
  > emas -- dan ingin menjualnya kepada anda seharga Rp. 10 juta --
  > apakah patut dipercaya? Apa iya orang yang punya penghasilan Rp. 20
  > Juta sehari sedemikian butuh duit anda yang Rp. 10 juta...?
  >
  > Kemungkinannya:
  >
  > 1. Angsa tersebut nggak bertelur emas - atau dengan kata lain
  > angsanya memang cuman cocok buat dijadikan angsio...
  >
  > 2. Emasnya ternyata sedikit sekali. Entah karena telurnya
  > sangat-sangat kecil sekali (sampai perlu mikroskop) -- atau telurnya
  > berukuran normal - tapi cuman kulitnya disepuh emas.
  >
  > 3. Satu jam lagi angsa itu mati....
  >
  > Hanya berdasarkan skenario-skenario di atas - si penjual angsa
  > tersebut bisa lebih untung daripada kita...sehingga cukup waras untuk
  > menjualnya kepada kita.
  >
  > Sekarang tinggal kita analisa saja :
  > kalau dia cukup waras -- maka mungkin kita yang tidak cukup waras.
  >
  > (catatan: orang tidak waras SEHARUSNYA cuma minoritas).
  >
  > 
  >

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke